Ibnu Muqlah: dari Geometri, Kaligrafi, hingga Kebuasan Politik
Kamis, 26 Desember 2019 | 11:45 WIB
Tidak semua orang yang berjasa memperoleh penghargaan dan piala. Contohnya Ibnu Muqlah. Tuntas mendesain rumus-rumus kaligrafi, dia dieksekusi dengan cara kematian yang mengerikan. Atau seperti Galili Galileo, penemu teori "bumi bulat" pengembang teori Al-Biruni dan Copernicus, yang malah dihukum bakar karena temuannya. Arsitek Sallimar juga bernasib serupa. Ia harus menerima "pahala" ditendang dari pucuk istana raja yang selesai dibangunnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Ibnu Muqlah lahir pada 272 Hijriyah di Baghdad. Ia dikenal sebagai Imam Al-Khattathin (bapak dari para kaligrafer) yang ahli geometri. Namanya cukup besar dalam catatan sejarah. Ia berjasa menciptakan rumus-rumus "menulis kaligrafi yang benar". Ibnu Muqlah dianggap sebagai "penemu sejati" kaligrafi Arab. Mustafa Abdullah Haji Khalifah dalam kitabnya Kasyfuz Zhunun menyimpulkan, seni kaligrafi diakarkan kepada Ibnu Muqlah karena ia orang pertama yang poluler berkat kaligrafi. Ia juga menghasilkan banyak karya modivikasi yang hebat.
Karir Ibnu Muqlah sangat moncer. Karirnya meroket terlalu cepat. Perjalanannya berawal dari petugas pemungut dan distributor pajak. Ia pernah tiga kali menduduki jabatan wazir atau perdana menteri untuk tiga orang Khalifah Bani Abbas, yaitu Al-Muqtadir (908-932/M), Al-Qahir (932-934/M), dan Al-Radhi (934-940/M). Masya Allah, jabatan karir paling prestisius untuk seorang seniman kaligrafi.
Sayang, hidup Ibnu Muqlah sangat malang. Kaligrafer hebat yang khatnya pernah digunakan untuk menyalin surat perdamaian (hadnah) antara kaum muslimin dan Bangsa Romawi ini diguncang tekanan berat akibat masalah-masalah kekhalifahan yang sedang bergolak dengan segala kekisruhannya, yaitu tatkala penindasan, korupsi, dan intrik-intrik politik menjadi setan-iblis kekuasaan yang merajalela.
Model kepemimpinan pada waktu itu telah menyiksanya dengan beragam penderitaan. Ibnu Muqlah difitnah dan dijebloskan ke penjara. Lalu lengan kanannya yang merupakan "senjata sakti" untuk melahirkan karya-karya hebatnya dipotong.
Seperti kisah Nabi Yusuf mendapat ilmu ladunni saat dipenjara, Ibnu Muqlah pun dalam penderitaannya di penjara mendapat inspirasi "puncak ilmu kaligrafi". Ia bertambah kreatif. Dengan lengan kanannya yang buntung, ia terus saja menggores beruji-coba huruf dan mendesain bentuk-bentuknya yang belum beraturan pada waktu itu.
Bermodalkan kepandaiannya di bidang ilmu ukur atau geometri, Insinyur Ibnu Muqlah menemukan tata cara menulis dengan mengukur huruf per huruf (ميزان الحروف) secara tepat dan detail. Dengan alat ukur yang disebut mizan ini, bentuk-bentuk huruf sampai ukurannya, tipis-tebalnya, tegak-miringnya, tinggi-rendahnya, lengkungannya menjadi tertib, terukur, seimbang, dan harmonis.
Undang-undang ciptaan Ibnu Muqlah ini dikenal dengan sebutan al-khatt al-mansub (الخط المنسوب) alias kaligrafi berstandar yang terdiri atas:
2) Standar Alif.
3) Standar Lingkaran.
Tiga standar ukur ini mula-mula diterapkan oleh Ibnu Muqlah pada khat Naskhi. Belakangan, seluruh gaya khat kursif (khat selain Kufi) seperti Tsulus, Farisi, Diwani, dan Riq'ah pun menerapkannya dan masih berlaku lebih 1.000 tahun sampai sekarang.
Dengan patokan titik, alif, dan lingkaran, tulisan jadi sempurna. Menurut Ibnu Muqlah, kesempurnaan yang dihasilkan dari penerapan mizan huruf itu terletak pada irsal (إرسال/tingkat kelancaran), ikmal (إكمال/tingkat kesempurnaan), itmam (إتمام/tingkat ketuntasan), dan isyba' (إشباع/tingkat kepadatan). Semuanya merupakan "efek domino" penggunaan mizan titik dan alif:
كل الحروف إذانظرت فإنها #
من نقطة أجزاؤها تتركب
صورالحروف جميعها مأخوذة #
من صورة الألف التى تتقلب
فترى لصورتها رموزاجمة #
فانظر بعين حقيقة تتهذب
Artinya, "Sungguh, seluruh huruf, apabila engkau lihat, berasal dari bagian-bagian titik yang bersusunan//
Bentuk-bentuk huruf seluruhnya terambil dari satu bentuk alif yang berbolak-balik//
Maka, engkau saksikan bentuk-bentuknya memiliki rumus yang sempurna. Oleh karena itu, lihatlah dengan mata hati supaya engkau dapat pelajaran.”
Dari balik terali besi penjara, nama Ibnu Muqlah semakin bersinar. Itu membuat lawan-lawan politiknya semakin gerah dan iri dengki. Karena hasutan mereka, hukuman terhadap Ibnu Muqlah diperberat dengan pemotongan lidahnya.
Dalam derita tiada terperikan, Ibnu Muqlah meninggal pada tahun 328 H/940 M. Ia dikuburkan di rumah sultan. Mendengar peristiwa tersebut, keluarganya menuntut agar jenazahnya dikembalikan kepada mereka. Jenazahnya pun dibongkar kembali dan diserahkan kepada keluarganya untuk dikuburkan di rumah anaknya. Dari rumah anaknya, istrinya yang dipanggil Dinariyah menggalinya kembali dan menguburkan jenazah itu di rumahnya, Istana Umm Habib di Baghdad.
Seperti ditakdirkan segaris dengan "serba tiga", Ibnu Muqlah pernah tiga kali menjadi perdana menteri. Ia hidup bersama tiga orang khalifah. Ia dikuburkan tiga kali. Ia juga berjasa menciptakan tiga standar penulisan kaligrafi. Ibnu Muqlah pergi meninggalkan duka. Ia pergi untuk memetik pahala dari jasa besar yang ditanamnya.
Penulis adalah pangajar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Ia juga pendiri Lembaga Kaligrafi (Lemka).
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua