Opini

Jejak Islam di Tiongkok

Selasa, 29 Oktober 2024 | 10:03 WIB

Jejak Islam di Tiongkok

Salah satu situs Islam di China (Foto: Yon Machmudi/NU Online)

Baca Juga

Kehadiran Islam di Tiongkok sudah terjadi sejak dakwah Islam mulai dilakukan pada masa sahabat. Ini dapat dilihat dari adanya makam sahabat yang dikenal dengan makam Abi Waqqash di kota Guangzhou, Provinsi Guangdong. Walaupun keberadaan makam ini masih menjadi pertanyaan publik siapa sebenarnya sahabat Nabi yang dimaksud tetapi keberadaan makam ini menunjukkan bahwa hubungan Islam dan Cina sudah terjadi sejak lama. 


Beberapa informasi tentang makam ini dipercaya merupakan makam Sahabat Nabi Saad bin Abi Waqqash tetapi sumber lain menyatakan bahwa itu adalah makam salah satu kerabat Saad. Mengingat dalam sejarah Islam sendiri Sahabat Saad bin Abi Waqqash dimakamkan di Baqi, Madinah. Di luar dari perdebatan apakah Saad bin Abi Waqqash itu dimakamkan di Madinah ataupun di Guangzhou yang jelas sejarah mencatat bahwa Khalifah Umar bin Khatab pernah memerintahkan Saad bin Abi Waqqash untuk pergi ke Cina. Makam yang selalu dikunjungi oleh puluhan ribu orang tiap tahunnya ini, baik oleh para Muslim dari berbagai wilayah di Cina maupun dari mancanegara perlu untuk diteliti secara historis.


Makam sahabat Abi Waqqash sendiri terletak di pusat kota Guangzhou dan dapat dengan mudah ditemukan melalui penelusuran Google Map. Walaupun terletak di sebuah taman yang cukup luas tetapi tidak semua orang di kota ini mengetahui keberadaannya. Pengalaman penulis saat berusaha menelusuri keberadaan makam ini memang agak sedikit mengalami kendala. Penulis pada waktu itu berangkat dari Kota Shenzhen menaiki kereta cepat sekitar 1,5 jam menuju kota Guangzhou. Pada saat saya tanya ke sopir taksi untuk mengantarkan ke Tomb of Abi Waqqash, dia tidak mengetahui lokasinya. Baru setelah saya tunjukkan lokasi di Google Map, sang supir mulai mengetahui tempatnya. Memang ada yang menyebut Abi Waqqash, Masjid Huasisheng,  ada juga yang mengenalnya dengan Orchid Park. Kendala ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan saya berbahasa Cina dan memang sebagian besar orang-orang Cina tidak bisa berbahasa Inggris. Komunikasi pun terjadi dengan bahasa ala kadarnya.


Saat memasuki gerbang makam atau tepatnya taman Abi Waqqash suasana masa lalu dapat kita rasakan. Suasana yang memadukan antara sentuhan Islam dan peradaban Cina masa lalu. Benar-benar kita dapat menemukan suasana tentram di kompleks yang damai ini, di tengah hiruk pikuk kota Guangzhou. Di kompleks makam ini tidak hanya ada makam Abi Waqqash tetapi juga banyak ditemukan makam-makam kuno lainnya dengan tulisan aksara Cina. Saya kira perlu untuk dilakukan penelitian sejarah tentang siapa saja yang dimakamkan di kompleks ini dan apa hubungannya dengan Abi Waqqash itu sendiri. 


Di kompleks makam seluas hampir 5 hektar ini juga berdiri kokoh sebuah masjid yang bernama masjid Shahabi Abi Waqqash yang menunjukkan bahwa masjid itu dibangun oleh sahabat Nabi bernama Abi Waqqash. Sekali lagi nama Abi Waqqash itu sendiri perlu untuk diteliti lebih lanjut asal usulnya. Yang jelas sebuah makam lama yang banyak diziarahi oleh kaum Muslimin dalam waktu yang panjang dan situs aslinya tetap terjaga sudah bisa menjelaskan bahwa makam itu pasti merupakan orang yang memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah Islam.


Sahabat Saad bin Abi Waqqash dikenal merupakan salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Sejarah kehidupannya sangat membekas dan mempesona bagi kaum Muslimin yang membaca kisah hidupnya. Dia dikenal sebagai seorang panglima perang yang lihai memanah bahkan keahlian memanahnya konon tetap terwariskan hingga kini. Namanya tercatat sebagai pemanah yang paling handal dan bidikan panahnya selalu melesat cepat tak pernah meleset dari sasaran target sesulit apa pun medannya. Nabi pun sering memberikan pujian kepada sosok yang berpengaruh ini.


Pengaruh dakwah Saad meluas hingga ke Persia dan ini semakin mendekatkan Saad dengan wilayah Cina. Pada 615 Saad menyebarkan Islam ke Wilayah Cina di masa kekuasaan dinasti Tang di bawah pemerintahan Kaisar Yong Hui. Kedatangannya mendapatkan sambutan baik dari Kaisar dan memberikan kesempatan untuk berdakwah di Cina. 


Pengaruh yang kuat dari Saad bin Abi Waqqash sendiri menjadikan dia dikenal sebagai sebagai orang bijak. Tidak heran kalau kompleks makam itu juga dikenal dengan sebutan “makam Daren” makam orang-orang hebat (Chinahighlight.com). Menurut saya sebutan orang hebat dan bijak itu tidak hanya merujuk pada Saad bin Abi Waqqash tetapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya dan tentu orang-orang yang dimakamkan dalam kompleks makam dan masjid istimewa ini.


Layaknya sebuah makam keramat seperti di Indonesia, di makam ini juga terdapat sumur tua yang sudah berumur ribuan tahun. Air dari sumur ini berasa sejuk dan jernih dan bisa diminum secara langsung oleh para pengunjung.


Bangunan masjid Abi Waqqash sendiri memadukan arsitektur Arab dan Cina tetapi nuansa peradaban Cina sangat menonjol. Ini menunjukkan bahwa Islam mudah melakukan adaptasi dengan budaya lokal. Masjid yang memberikan kesan spiritual yang sangat mendalam ini dibangun kembali oleh Pemerintah Cina pada 2010 guna memberikan fasilitas penuh bagi peserta Asian Games. Ribuan jamaah bisa ditampung di masjid ini.


Tentu kita perlu berterima kasih kepada pemerintah Tiongkok yang tetap memelihara warisan budaya ini dan tetap dapat digunakan untuk beribadah oleh orang-orang Islam secara bebas. Warisan budaya itu mencerminkan hubungan yang harmonis antara agama Islam dan masyarakat di Cina. Ini dapat dilihat dari arsitektur bangunan yang bercirikan arsitektur Cina yang memberikan kesan spiritual Islam yang mendalam. Tertarik untuk berziarah ke salah warisan sahabat Nabi, silakan coba berkunjung ke kompleks makam sahabat Nabi Abi Waqqash sebagai simbol makam orang-orang bijak di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, Tiongkok.


Yon Machmudi, Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia