Opini

Masjid St.Petersburg dan Presiden Soekarno

Ahad, 1 Juli 2012 | 02:55 WIB

Oleh: Agus Sunyoto

RUSIA, di bawah rezim komunis Uni Soviet membabat habis kehidupan beragama. Semua tempat ibadah seperti masjid, gereja, sinagog ditutup untuk kegiatan ibadah. Sebagian bangungan dialih fungsikan untuk berbagai keperluan rezim berkuasa. Sedang sebagian lagi dibiarkan lapuk tak terawat.

<>Keadaan itu terjadi pada  masjid di Saint Petersburg yang sejak 1940 hingga 1956  diubah menjadi  gudang.

Saint Petersburg, adalah ibukota Rusia ketika masih berbentuk kekaisaran. Kota itu ketika era Uni Soviet bernama Leningrad (Lenin Gorad), nama yang dinisbatkan kepada bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir Ilyisch  Lenin. Saint Peterburg disebut sebut sebagai kota terindah di Eropa, dengan gedung-gedung berarsitektur menawan dan lanskap kota yang megah. Salah satu bangunan indah di antara deretan arsitektur kota tersebut adalah bangunan masjidnya.

Keindahan Saint Petersburg atau Leningrad inilah yang kemudian menarik minat Bung Karno atau Ir. Ahmad Soekarno, Proklamator yang juga presiden pertama Republik Indonesia untuk berkunjung ke sana dalam kunjungan resminya ke Uni Soviet bersama putri kecilnya Megawati Soekarno Putri. Kunjungan Bung Karno yang hanya dua hari di Leningrad inilah yang kemudian mengubah sejarah masjid Saint Petersburg yang terlantar dijadikan gudang itu. Sebuah perubahan indah yang menjadi kenangan abadi  bagi kaum Muslim di Saint Petersburg. 


Masjid St. Petersburg
Masjid Saint Petersburg berlokasi di pusat kota Saint Petersburg, di lokasi simbolis, berseberangan dengan Benteng Peter dan Paul di pusat kota Saint Petersburg, Rusia.

Masjid Saint Petersburg pertama kali dibangun tahun 1913 di pusat kota Saint Petersburg. Kala itu masih menjadi ibukota kekaisaran Rusia. Masjid Saint Petersburg merupakan masjid terbesar di Eropa kala itu. Dibangun atas izin dari Tsar Rusia, Nicholas II. Pendirian  masjid ini dinisbatan untuk memperingati 25 tahun berkuasanya Abdul Ahat Khan, Emir Turkistan di Bukhara.

Rencana pembangunan masjid Saint Petersburg sendiri sudah digagas oleh komunitas Muslim Saint Petersburg sejak tahun 1880. Namun  izin pendirian masjid baru keluar di tahun 1906. 

Lokasi masjid  yang berada tepat di seberang benteng Peter & Paul sempat ditentang oleh banyak pihak. Namun penentangan itu berhenti dengan sendirinya ketika Tsar Nicholas II memberikan izin bagi pembelian lahan dan pendirian masjid di lokasi tersebut, tanggal 3 Juli 1907.

Pengumpulan dana untuk pembangunan masjid itu memakan waktu selama sepuluh tahun hingga terkumpul dana sebesar 750 ribu rubbels dari beberapa sponsor kaya. Ahun Ataulla Bayazitov menjadi ketua komite pembangunan masid. Sementara pembelian lokasi, berikut biaya pembangunan seluruhnya dibayar oleh Said Abdul Ahad Amir Buharskiy, Emir dari Bokara.

Untuk rancangan arsitektur masjid diadakan kontes oleh komite pembangunan masjid. Ternyata  kontes arsitektur masjid  itu dimenangkan oleh arsitek Nikolai Vasilyev, Stepan Krichinskiy dan Alexander von Gogen. Tiga-tiganya adalah arsitek non Muslim.

Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilaksanakan 3 Februari 1910. Hadir tokoh-tokoh mewakili pemerintah, agamawan dan elit  masyarakat, termasuk Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki dan Persia, Mufti Orenburg Sultanov, pimpinan partai Islam di Gos Duma Tevkelev dan ketua komite pembangunan sekaligus inisiator pembangunan masjid, Ahun Ataulla Bayazitov.

Ide dasar bangunan masjid ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Tamerlan's di kawasan Asia Tengah. Kubah besarnya itu di ilhami dari bangunan maosolium Gur Emir di Samarkand yang dibangun pada abad ke 15. Temboknya dihias dengan granit abu-abu tua menjadikan bangunan masjid ini tampak lebih alami dan monumental di antara bangunan sekelilingnya, Fasad depan masid dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an.

Arsitektur tradisional Islam sangat jelas pada eksterior dan interior masjid Saint Petersburg ini. Kolom-kolom yang menyanggah lengkungan-lengkunan di bawah kubah ditutup dengan pualam hijau. Di pusat ruang utama tergantung lampu gantung raksasa juga dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an. Sedangkan ruang mihrab dihias dengan keramik-keramik berwarna biru. Tembok dalam masjid penuh dengan ornamen-ornamen indah.

Masjid indah ini dilengkapi dengan dua menara setinggi 49 meter lengkap dengan kubah setinggi 39 meter. Dengan kapasitas mencapai 5000 orang jamaah. Restorasi besar besaran di tahun 1980 membuat masjid ini mampu mempertahankan rekornya sebagai salah satu masjid terbesar di Eropa. Pemisahan antara jemaah pria dan wanita bukan dengan pemberian partisi di ruang yang sama, tapi dengan pemisahan tempat. Lantai dasar masjid diperuntukkan bagi jamaah pria sementara lantai satu masjid diperuntukkan khusus untuk jamaah wanita.

Kubah masjid ini dibuat dengan rancang bangun sarang lebah madu. Konstruksi sarang lebah madu dengan mudah terlihat pada ornamen bagian dalam kubah dengan rangkaian bentuk hexagonal berukir dalam baluran dominasi warna biru menghias bagian dalam kubah. Kubah berwarna biru nan indah itu terlihat dengan sempurna dari jembatan Trinity. Karena itu, masjid yang didominasi warna biru itu disebut penduduk dengan sebutan Masjid Biru.

Masjid Saint Petersburg mulai digunakan pertama kali pada tahun 1913, menandai peringatan 300 tahun berkuasanya keluarga Romanov di Rusia meskipun kala itu pembangunan masjid belum selesai seratus persen. Keseluruhan proses pembangunan baru selesai tujuh tahun kemudian dan rencananya akan  dibuka untuk umum secara reguler dalam menyelenggarakan kegiatan peribadatan pada  tahun 1920. 

Runtuhnya kekuasan Tsar Rusia oleh Rezim Komunis Uni Soviet pada tahun 1917, kemudian menjadikan Masjid Saint Petersburg terbengkalai dan diubah fungsinya menjadi gudang penyimpanan perlengkapan medis dari tahun 1940 hingga tahun 1956. 
Kharisma Presiden Soekarno
Sejarah mencatat, pemerintahan komunis Uni Soviet yang melarang kegiatan agama, telah  mengambil alih dan menutup masjid Saint Petersburg tersebut pada tahun 1940. Kemudian menjadikannya sebagi gudang hingga tahun 1956. 

Kenapa sampai tahun 1956? 

Pada tahun 1956 itu, sejarah mencatat Presiden Republik Indonesia, Bung Karno bersama putri kecilnya, Megawati Soekarno Putri, mengunjungi kota Saint Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrad.

Kekecewaan berat menerpa sang pemimpin besar revolusi Indonesia itu ketika  mengetahui kondisi masjid tersebut yang diperlakukan tidak selayaknya sebagai masjid, tetapi sebagai gudang. Kekecewaan itulah yang kemudian disampaikan Presiden Soekarno kepada Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev pada jamuan kenegaraan di Kremlin. Presiden Soekarno tidak sekedar mengharapkan Kruschev memfungsikan kembali Masjid Saint Petersburg melainkan mengharapkan pula agar masjid itu boleh digunakan oleh umat Islam Saint Petersburg untuk beribadah. 

Permintaan Presiden Soekarno itu seperti mustahil dikabulkan oleh presiden Uni Soviet yang tegas menerapkan Marxisme dalam bernegara. 

Anehnya, sepuluh hari setelah kepulangan Presiden Soekarno ke Indonesia, secara mengejutkan keluar perintah resmi dari Kremlin untuk memfungsikan kembali Masjid Saint Petersburg, bahkan mengembalikan masjid itu kepada kaum Muslim tanpa syarat apa pun. Kado dari Presiden Soekarno itu sangat mengejutkan umat Islam Saint Petersburg, dan sejarah inilah yang kemudian menjadi sebuah kenangan manis yang abadi bagi Muslim Saint Petersburg hingga saat ini. Kharisma Bung Karno memang luar biasa, berhasil mengubah kebijakan pemerintah otoriter yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ideologisnya. 

Aktivitas Masjid Saint Petersburg
Di hari Jum’at sebelum Jum’at dilaksanakan, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Khutbah disampaikan dalam dua bahasa, bahasa Tatar dan Bahasa Rusia. Tak hanya menyelenggarakan kegiatan peribadatan, Masjid Saint Petersburg juga menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan Islam terkemuka di Saint Petersburg.

Imam Masjid dan Mufti Saint Petersburg Cafer Nasibullahoglu mengatakan bahwa ketika masjid Saint Petersburg dibangun sudah ada 8000 orang muslim yang di kota itu dan sudah menjadi salah satu komunitas terbesar di Saint Petersburg kala itu. 

Bandingkan dengan saat ini, Muslim di kota Saint Petersburg sudah mencapai 700.000 jiwa dan masjid-masjid di kota ini sudah tak mampu lagi menampung jamaah yang membludak, dan sudah menjadi pemandangan umum bila jamaah Jum’at di kota ini dan di kota kota lain di Rusia senantisa meluber hingga ke jalan raya.

Lantas apa jasa para pemimpin sekarang berkaitan dengan warisan kebudayaan?

 

Agus Sunyoto, Sastrawan dan Pengasuh Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang-Jawa Timur