Ibadah merupakan bentuk manifestasi penghambaan manusia (makhluk) kepada Allah swt (khaliq). Pengamalan ibadah ini juga merupakan bukti syukur yang dilakukan seorang hamba kepada Allah swt. Ketika seorang hamba tersebut sudah mengetahui hakikat ibadahnya sebagai bentuk syukur, maka pada saat itulah ibadah akan menjadi perisainya.
Allah swt berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 18, "Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena banyaknya). Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang."
Sejatinya, bahwa hakikat ibadah itu adalah untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridhai Allah swt dengan penuh kepasrahan dan karakter rendah diri kepada Allah. Ibadah merupakan bentuk membangun jalinan komunikasi antara manusia dengan Allah swt (hablum minallah). Hal ini telah ditegaskan Allah swt dalam Surat adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Beribadah itu harus merujuk pada tatanan yang benar, yang dibangun atas rasa cinta dan pengagungan. Beribadah tidak bisa dilakukan secara sembarangan, semaunya sendiri. Tetapi harus mengikuti tuntunan dalam al-Qur’an dan mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Pernahkah kita merenung tentang praktik beribadah yang kita lakukan sehari-hari? Apakah kita sudah cukup enjoi melakukan ibadah hanya semata-mata menjalankan rutinitas saja? Ataukah masih merindukan untuk mendapatkan nilai tambah dari aspek spiritualitasnya?
Kita sering mendengarkan pengalaman ibadah dari teman-teman atau guru-guru kita sesama Muslim. Sehingga semakin dapat meningkatkan kualitas ibadah diri kita. Kali ini, hadir, seorang mualaf yang menceritakan pengalaman ibadahnya secara alami. Adalah Jeffrey Lang yang merupakan dosen dan peneliti bidang pendidikan matematika di Universitas Kansas, Amerika Serikat.
Ia lahir dalam keluarga penganut paham Katolik, pada 30 Januari 1954. Selama perjalanan hidupnya, Jeffrey Lang sering bertanya-tanya yang tak kunjung mendapatkan jawaban, hingga akhirnya pada usia 18 tahun, Jeffrey Lang memutukan menjadi seorang atheis.
Alhamdulillah, akhirnya tidak bertahan lama. Jeffrey Lang berhasil mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan yang ‘menggelisahkan’ tersebut, saat bekerja sebagai salah seorang asisten dosen di Jurusan Matematika Universitas San Fransisco. Jeffery Lang berhasil menemukan petunjuk bahwa Tuhan itu ada dan nyata. Petunjuk tersebut, ia dapatkan dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam. Subhanallah.
Penulis buku ini –Jeffrey Lang– sebagaimana dalam sinopsis bukunya, menegaskan bahwa menulis buku memiliki tujuan pertama dan terutama untuk anak-anaknya –untuk menuntut mereka melalui al-Qur’an dalam cara yang mengagumkan dan memperkenalkan mereka kepada lima Rukun Islam, dengan menekankan spiritualnya ketimbang rutinitas legalistiknya.
Buku ini terbagi dalam 12 (dua belas) bab. Diawali bab pertama, dengan penegasan akan tujuan hidup. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-An’am ayat 162, “Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta alam”.
Dilanjutkan bab-bab berikutnya, mulai dari meresapi makna di balik Rukun Islam, menyeru kepada keimanan, keintiman dalam beribadah, pengalaman menjalankan rukun Islam: saat berpuasa Ramadhan, zakat, haji, dan ditutup dengan bahasan tentang ibadah dan tujuan hidup manusia.
Sekilas, isi buku ini tidak ada yang istimewa. Topik bahasannya juga sudah banyak diketahui para pembaca, khususnya umat Islam. Namun, bagi saya, kalau kita resapi buku ini tetap saja menjadi buku yang sangat menarik dan inspiratif bagi pembaca. Tiada lain karena buku ‘beribadah’ ini ditulis seorang mualaf yang juga profesor matematika.
Luar biasa, penulis berhasil menjelaskan bahwa ibadah-ibadah ritual merupakan bagian penting dalam ajaran Al-Qur’an untuk meningkatkan kualitas diri manusia. Penulis memaparkan pengalaman ibadahnya secara ‘tulus’ apa yang ia alami sendiri. Dalam konteks ini, penulis telah berhasil melakukan internalisasi ajaran agama Islam ke dalam jiwa raganya secara holistik.
Buku ini penting untuk dibaca bagi para pegiat kajian keislaman, untuk melengkapi referensi tentang Islamic Studies. Paling tidak untuk menambah khazanah sudut pandang ‘baru’ dalam memahami hakikat hidup dan pengalaman dalam beribadah.
Perspektif dari sang muallaf yang memadukan antara akal sehat dan hati ini semakin mengukuhkan kepada kita bahwa hampir di setiap sendi dalam kehidupan manusia seorang muslim adalah kesempatan untuk beribadah.
Abdul Halim Fathoni, peresensi adalah Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang, Pegiat Literasi di Komunitas “Sahabat Pena Kita”
Identitas buku
Judul: Mengapa Harus Beribadah: Renungan Seorang Mualaf Profesor Matematika tentang Ibadah Kita Sehari-hari yang Menggetarkan Akal dan Hati
Penulis: Jeffrey Lang
Penerbit: Qalam, Jakarta
Cetakan: 1, 2019
Tebal: vi + 209
ISBN: 978-623-74090-2-1
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua