Manuskrip Matematika Islam Nusantara Karya Syekh Khatib Minangkabau
Sabtu, 25 Maret 2017 | 14:00 WIB
“Raudhah al-Hussâb” memuat kajian ilmu hitung atau matematika. Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab. Keberadaan kitab ini menjadi istimewa, karena terbilang sebagai khazanah intelektual Islam Nusantara yang mengkaji ilmu sains, dalam hal ini adalah matematika, yang sangat langka ditemui, karena rata-rata literatur karya ulama Nusantara kebanyakan mengkaji bidang agama.
Dalam “Raudhah al-Hussâb”, kepakaran Syekh Ahmad Khatib Minangkabau di bidang ilmu sains tampak dengan sangat jelas. Hal ini sekaligus menegaskan kapasitas intelektual beliau yang ensiklopedis dan lintas disiplin ilmu, yang mampu memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sains. Dalam bidang sains, selain menulis dalam bidang matematika, Syekh Ahmad Khatib juga menulis dalam bidang astronomi (‘ilm al-falak).
Syekh Ahmad Khatib juga menulis karya lain dalam bidang ilmu matematika, selain kitab “Raudhah al-Hussâb” ini, yaitu “Ma’âlim al-Hussâb fî ‘Ilm al-Hisâb”, yang ditulis dalam bahasa Melayu beraksara Arab (Jawi).
Manuskrip kitab “Raudhah al-Hussâb” tersimpan di Perpustakaan Makkah al-Mukarramah, KSA, dengan nomor kode (?). Syekh Ahmad Khatib Minangkabau menyelesaikan karya ini pada hari Ahad, 19 Zulkaedah 1307 Hijri (bertepatan dengan 8 Juli 1890 M). Manuskrip tersebut adalah manuskrip salinan, yang ditulis oleh murid Syekh Ahmad Khatib, yaitu Syekh Jâdullâh ibn Muhammad Badawî. Jâdullâh menyalin karya gurunya itu di Makkah pada 15 Shafar 1308 Hijri (25 September 1890 M), atau sekitar dua bulan dari masa pengarangannya.
Kondisi manuskrip secara umum bagus dan teks (tulisan) di dalamnya dapat dibaca dengan baik. Bahasa pada naskah adalah bahasa Arab yang ditulis dengan aksara model “naskhî”. Tinta yang digunakan berwarna hitam dan merah. Jumlah keseluruhan naskah 134 halaman, minus halaman pertama.
Dalam katalog Perpustakaan Nasional King Fahd, KSA, disebutkan bahwa “Raudhah al-Hussâb” karya Syekh Ahmad Khatib Minangkabau telah dicetak pada tahun 1310 Hijri (1892 M). Kemungkinan karya ini dicetak oleh Maktabah al-Taraqqî al-Mâjidiyyah yang berbasis di Makkah. Teks “Raudhah al-Hussâb” dicetak bersama teks-teks ilmu matematika berbahasa Arab lainnya, yaitu “Syarh Fath al-Rabb al-Bariyyah ‘alâ Matn al-Sakhâwiyyah” karangan Husain Muhammad al-Mahallî (w. 1757 M).
Saya tidak bisa mengutip pembukaan kitab “Raudhah al-Hussâb” dikarenakan halaman pertama manuskrip ini hilang. Yang bisa dilacak dari keterangan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dalam karyanya ini pada manuskrip ini hanya pada kata penutup. Beliau menulis;
(Aku berkata, aku seorang hamba yang faqir kepada Allah Ta’ala, Ahmad Khatib anak Abdul Lathif Khatib dari Jawi [Nusantara], salah satu pengajar di Masjidil Haram di Makkah, juga salah satu murid dari seorang yang alim allamah dan bahr fahhamah Syekh Sayyid Abu Bakar Syatha, semoga Allah memanjangkan usianya dan memberikan kita manfaat dengan keberkahannya. Bahwa aku telah selesai menulis karya ini, yang dinamakan “Raudhah al-Hussâb fî A’mâl al-Hisâb” pada hari Ahad, tanggal Sembilan belas bulan Zulkaedah tahun 1307 Hijri).
Syekh Ahmad Khatib lalu melanjutkan;
(Saya berharap dari orang-orang yang menemukan kesalahan di dalam karya ini, atau mendapati keluputan di sana, agar sudi kiranya ia membetulkannya setalah menelitinya dengan seksama, dan agar ia sudi memaklumi uzurku atas kesalahan itu. Karena akupun mengakui akan kedangkalan pemahamanku dan sedikitnya penguasaanku dalam bidang ini, juga dalam bidang-bidang keilmuan lainnya. Sesungguhnya yang memberanikan diriku untuk menulis dalam bidang yang agung ini, meskipun aku bukan seorang yang ahli di dalamnya, adalah harapanku yang besar akan pengampunan dan pemaafan dari Tuhanku, seraya aku terus berjalan di atas jalur para ahli keutamaan dan ilmu pengetahuan).
Bidang keilmuan sains (matematika dan astronomi) yang dikuasai oleh Syekh Ahmad Khatib pun “menurun” kepada beberapa muridnya dari Nusantara, di antaranya adalah Syekh Ahmad Dahlan Falak (Tremas lalu Semarang, adik kandung Syekh Mahfuzh Tremas dan menantu Kiai Soleh Darat Semarang), Syekh Ahmad Dahlan Darwis (pendiri Muhammadiyyah), Syekh Thahir Jalaluddin Falak (Minangkabau lalu Singapura), Haji Rosul (Abdul Karim Amrullah, ayah HAMKA), dan lain-lain. (A. Ginanjar Sya’ban)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
2
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
3
Peran Generasi Muda NU Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 di Tengah Konflik Global
4
Luhut Binsar Pandjaitan: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
5
OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
6
Pengadilan Internasional Perintahkan Tangkap Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant atas Kejahatan Kemanusiaan
Terkini
Lihat Semua