Pustaka

Membedah Kaidah-Kaidah Nahwu Sharaf

Senin, 9 September 2013 | 07:25 WIB

Tidak dapat dipungkiri bahwa Bahasa Arab dewasa ini menjadi bahasa internasional. Sehingga peminat terhadap bahasa ini terus meningkat. Sementara untuk bisa berkomunikasi dengan sebuah bahasa tentu kita dituntut memiliki kemahiran akan bahasa tersebut, dalam hal ini bahasa Arab. Kemahiran itu meliputi kemahiran, mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.<>

Untuk bisa memiliki kemahiran bahasa Arab, seseorang harus mengusai betul nahwu dan sharaf. Tanpa mengusai dua hal itu mustahil seseorang bisa membaca dan menulis bahasa Arab sebagai prasyarat standar untuk menguasai sebuah bahasa. Sayangnya, buku-buku yang mengurai secara mudah dan jelas mengenai kaidah-kaidah nahwu sharaf masih sangat terbatas jumlahnya sehingga bagi para pemula ini merupakan kendala tersendiri.

Nah, buku ini mencoba mengatasi kendala tersebut. Di dalamnya akan diurai secara lengkap semua kaidah-kaidah nahwu dan sharaf dengan penyampaian yang sederhana, menarik, dan mudah dipahami. Buku ini juga sekaligus menepis anggapan bahwa mempelajari bahasa Arab selalu membosankan dan menakutkan. 

Menariknya, urutan pembahasan di dalamnya berdasarkan apa yang ada pada kitab Jurmiyah, sebuah kitab kecil yang cukup tenar di kalangan pesantren. Toh begitu, penulis memperlebar pembahasan dengan penjelasan lebih mendetail yang terambil dari referensi-referensi kitab-kitab besar sekelas Alfiyah Ibnul Malik, Jami’ud Durus al-Arabiyah, Al-Qowai’d al-Asasiyyah,dll. (hal.14) 

Uratan-urutan itu meliputi, pertama, seputar kalam dan katagorinya. Secara sederhana yang dinamakan kalam adalah susunan dua atau lebih kata yang memberikan suatu faedah atau pemahaman pada orang yang diajak bicara. Dalam bahasa Indonesia, kalam bisa disamakan dengan kalimat. Kalam ini dibagi dalam tiga katagori; isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (mirip dengan kata tugas). (hal.15)

Dan untuk membedakaan ketiganya kita harus mengetahui ciri pembeda masing-masing isim, fi’il, dan huruf tersebut. Semua ciri dan contohnya diurai dengan padat pada akhir bagian ini.

Urutan kedua, seputar i’rab. Menurut Syaih Zaini Dahlan dalam Matan al-Jurmiyah, i’rab adalah perubahan keadaan akhir kata karena perbedaan beberapa amil (penyebab perubahan akhir kata)  yang menyertainya, baik secara nyata atau pikiran. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Musthafa al-Ghalayin dan Ahmad al-Hasyimi. (hal.25).

Menurut jumhur ulama, i’rab itu terbagi menjadi 4 katagori, yaitu i’rab rafa’, nashab, jar, dan jazm. Lalu ke-4 i’rab tersebut diklasifikasikan dalam 3 wadah umum, yaitu i’rab yang khusus masuk pada isim (i’rab jar), i’rab yang khusus masuk pada fi’il (ir’ab jazm), dan i’rab yang bisa masuk pada keduanya (i’rab rafa’ dan nashab). Sedang tanda-tanda masing i’rab serta contoh pemasanganya diurai secara detail pada akhir bab 3 buku ini.

Selain membahas dua hal penting di atas, pada bab-bab selanjutnya penulis juga menguraikan tentang jenis-jenis fi’il dan tentang isim –yang meliputi isim yang harus dibaca rafa’, yang harus dibaca nasab, dan yang harus dibaca jar, serta menjelaskan satu persatu isim tawabi’ yang terdiri dari na’at, taukid, badal, dll.

Meski istilah-istilah itu bagi sebagian pembaca terdengar asing, namun setelah membaca buku ini per-bab semua akan terasa familier karena penulis selalu membuat rujukan pembanding dengan bahasa ibu kita, bahasa Indonesia.

Judul buku : Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu
Penulis: Ulin Nuha, M.Pd.I
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, April 2013
ISBN: 978-602-255-124-9
Peresensi: Moh. Romadlon. penikmat buku, tinggal di Kebumen