Review Buku Daras Kader Aswaja Progresif, Metode Pembelajaran Aswaja yang Holistik
Ahad, 19 Januari 2025 | 12:00 WIB
Dalam dunia pendidikan Islam, terutama di kalangan pesantren, terdapat kebutuhan mendalam untuk pemahaman keilmuan Ahlussunnah Wal-Jama’ah (Aswaja) yang diajarkan secara berjenjang dan integratif.
Selama ini, pembelajaran di pesantren terkesan fiqh oriented. Hal itu ditandai dengan pembelajarannya yang berjenjang mulai tingkat ula, wustho, dan ulya. Metode pembelajarannya pun variatif, mulai sorogan, bandongan, syawir, dan sebagainya.
Hal serupa sayangnya tak ditemukan dalam pembelajaran Aswaja. Padahal melalui beberapa penelitian ditemukan bahwa pembelajaran Aswaja ini dapat berperan dalam menyikapi tindakan ekstrimisme atas nama agama, radikalisme, dan liberalisme. Termasuk dalam menjawab berbagai stigma dan tuduhan syirik, bid’ah, dan sesat terhadap umat Islam yang dapat mengancam persatuannya.
Buku Daras Kader Aswaja Progresif karya Faris Khoirul Anam yang beraktiftas sebagai Wakil Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur (2018-2024), Koordinator Pendidikan Aswaja LP Ma’arif Kabupaten Malang, dan Dosen PAI dan Metodologi PAI Universitas Negeri Malang ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut.
Isi dan model pembelaran dalam buku ini memberikan perspektif segar dalam mendidik kader-kader muda Islam yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.
Buku ini, yang terdiri dari dua jilid dan masing-masing terdiri dari lima bab, ditujukan khusus untuk santri tingkat wustha dan ulya di Madrasah Diniyah atau Pondok Pesantren, serta dapat diterapkan secara integratif di sekolah formal tingkat SMP/MTs dan SMA/MA.
Lebih ideal lagi bila di pesantren tersebut didirikan lembaga informal Aswaja Center, untuk melengkapi pembelajaran Aswaja dengan pelatihan atau Daurah Aswaja, Training of Trainer (ToT), dan seminar-seminar ke-Aswaja-an.
Membaca buku daras ini, akan diperoleh paling tidak 4 (empat) kesan utama, yaitu: Pertama, sebuah buku ajar dengan pendekatan holistik. Sebagai buku ajar, Buku Daras Kader Aswaja Progresif menyajikan materi mendalam dan sistematis tentang akidah, fikih, dan tasawuf dari perspektif Aswaja. Tak hanya itu, buku ini sekaligus mengajak pembaca untuk mengembangkan sikap moderat, solutif, dan progresif dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bab dimulai dengan kompetensi dasar dan indikator, dan secara umum dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
Hal ini memastikan bahwa pengajaran tak hanya terjadi secara teori, tetapi juga melalui praktik yang relevan dengan kehidupan. Lalu setelah paparan tiap sub bab, diakhiri dengan lembar kerja santri yang berisi soal latihan (pilihan dan esai) dan tugas kontekstual.
Kedua, tugas kontekstual pada buku dapat mendorong partisipasi aktif santri. Salah satu fitur khas yang ditemukan dalam buku ini adalah Lembar Kerja Santri yang berisi soal latihan dan tugas kontekstual.
Tugas ini tidak hanya menilai pemahaman santri terhadap teori, tetapi juga mendorong mereka untuk menerapkan nilai-nilai Aswaja dalam menghadapi isu-isu kekinian. Misalnya, dalam sub bab mengenai karakteristik Ahlussunnah Wal-Jama’ah, santri dihadapkan pada tugas untuk menulis esai mengenai penerapan sikap moderat dalam menghadapi isu-isu kontemporer di masyarakat.
Dengan demikian, buku ini tak hanya mengajarkan tentang ajaran agama, tetapi juga mengajak santri untuk terlibat aktif dalam penciptaan masyarakat yang lebih harmonis dan toleran.
Sedangkan pada tugas kelompok, para santri diminta untuk mendiskusikan tentang cara-cara menjaga kebersamaan di antara berbagai mazhab dalam Islam dan membuat catatan singkat tentang strategi-strategi untuk menghindari perpecahan dan membangun persatuan di komunitas Islam tersebut.
Setiap anggota kelompok harus dapat menjelaskan minimal satu strategi tersebut. Melalui berbagai tugas kontekstual yang dirancang untuk melatih santri berpikir kritis dan kreatif tersebut, buku ini tak hanya berfokus pada aspek kognitif (pengetahuan) semata, tetapi juga membina aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) santri.
Ketiga, mengembangkan metode pembelajaran yang variatif dan menarik. Salah satu kekuatan utama buku ini adalah ragam metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi. Faris Khoirul Anam yang seorang dosen PAI dan Metologi PAI di Universitas Negeri Malang – salah satu universitas terkemuka dalam dunia pendidikan dan pengajaran – ini menggunakan berbagai metode, misalnya metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT), Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT), Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL), drama, debat, dan problem-based learning (PBL).
Metode pembelajaran yang variatif tersebut dapat memastikan bahwa proses belajar mengajar tidak hanya efektif, tetapi juga menarik dan dinamis. Metode-metode tersebut dirancang untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman santri, sehingga dapat menjangkau berbagai kalangan peserta didik dengan cara yang mudah dipahami.
Keempat, ditujukan untuk membentuk Kader Aswaja Progresif. Konsep progresivitas dalam buku ini sangat menonjol, terutama dalam hal menyiapkan kader Aswaja yang tak hanya memahami ilmu agama secara mendalam, tetapi juga mampu menjadi pemecah masalah atau problem solver di tengah masyarakat.
Nilai-nilai progresivitas tersebut tergali melalui ajaran yang dikembangkan melalui prinsip-prinsip akidah al-Asy’ari dan al-Maturidi, serta pemikiran para ulama besar seperti Imam al-Syafi’i dalam fiqih dan Imam al-Ghazali dalam tasawuf.
Oleh karena itu, progresif yang dimaksud dalam buku ini adalah soal dinamika Aswaja yang tak hanya menjadi pemahaman kelompok (firqah) dan landasan suatu organisasi, namun juga menjadi metode berpikir atau manhajul-fikri setiap muslim. Ruang lingkup Aswaja dalam konteks kekinian tak terbatas pada aspek ideologi, amaliah, dan tasawuf, namun juga merambah berbagai bidang kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Oleh karena itu, buku ini dengan segala isi dan metode pembelajarannya, membekali para santri dengan dua hal utama, yaitu keilmuan Aswaja yang mantap dan pembentukan mental model seorang kader Aswaja yang solutif, tidak reaktif, atau menjadi pribadi pemecah masalah.
Kritik dan Harapan
Walaupun buku ini sangat komprehensif dan aplikatif, salah satu hal yang mungkin perlu diperhatikan adalah penyajian materi yang cukup padat. Bagi beberapa kalangan, terutama santri yang baru mengenal istilah-istilah Aswaja dan fiqih Islam, bisa jadi buku ini membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna secara penuh.
Oleh karena itu, penyusun dapat mempertimbangkan untuk menambah alat bantu visual atau contoh-contoh konkret dalam setiap bab, agar materi bisa lebih mudah dipahami oleh pembaca yang masih pemula.
Guna keperluan pembelajaran di pesantren-pesantren, perlu diupayakan pula pelatihan-pelatihan bagi para guru, agar mereka makin memahami konten buku ini dan bagaimana buku ini diajarkan kepada para santri.
‘Ala kulli hal, terlepas dari berbagai kritik dan harapan, Buku Daras Kader Aswaja Progresif merupakan karya penting bagi dunia pendidikan pesantren, juga bagi sekolah-sekolah formal yang menginginkan pengajaran berbasis nilai Aswaja yang progresif.
Buku ini adalah karya nyata di tengah minimnya buku ajar Aswaja yang tersusun secara sistematis, integratif, dan aplikatif. Ikhtiar Faris Khoirul Anam yang selama bertahun-tahun mengasuh rubrik Aswaja Majalah Aula NU dan penelitian doktoralnya mengkaji metode pembelajaran Aswaja di pesantren ini merupakan langkah maju dalam upaya mencetak kader muslim yang moderat, toleran, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Judul Buku : Buku Daras Kader Aswaja Progresif
Penulis : Faris Khoirul Anam
Penerbit : Delta Pijar Khatulistiwa Sidoarjo
Tahun Terbit : Desember 2024
Jumlah Halaman : Jilid 1: 266 halaman, 15.5 x 23 cm; Jilid 2: 258 halaman, 15.5 x 23 cm
ISBN : 978-623-5696-69-0
Peresensi : M. Alifudin Ikhsan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua