Rekam Jejak Kiai dan Ibu Nyai Jatim yang Diteladani Banyak Kalangan
Sabtu, 14 Januari 2023 | 14:00 WIB
Firdausi
Kontributor
Mengupas biografi tokoh membutuhkan waktu yang lama guna memvalidkan data. Terlebih tokoh-tokoh yang diteliti memang masyhur di telinga masyarakat. Butuh kehati-hatian dalam menulis profil ulama. Sama halnya yang dilakukan oleh Mukani, penulis buku Kiai Gado-gado yang menulis kisah hidup dan teladan dari para kiai dan ibu nyai di zamannya. Tak heran penulis buku tak mengubah substansinya secara utuh agar generasi milenial dapat mengambil teladan yang dilakonkan oleh para kiai dan ibu nyai.
Hal yang menjadi pembeda dengan buku lainnya adalah tidak hanya kiai-kiai yang masyhur yang dikupas dalam buku ini, seperti Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan tokoh lainnya. Ternyata buku ini mengumpulkan dan menyatukan puzzle kiai-kiai pesantren, kiai kampung, dan ustadz yang memiliki keunikan dalam pengabdian mereka di tengah-tengah masyarakat. Tentunya juga, penulis menerangkan pada khalayak tentang ciri-ciri khas tokoh, baik dalam sisi amaliyah, hobi, sifat, pemikiran, dan lainnya.
Mayoritas tokoh yang tercantum dalam buku ini, mampu penulis kisahkan perjuangannya. Para kiai dan ibu nyai memiliki peran besar pada bangsa dan negara. Jika diselami lebih dalam, pembaca dapat meneladani kiprah mereka, baik di jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU), pesantren dan masyarakat, termasuk sisi keunikan yang menurut penulis menjadi pembeda dengan tokoh lainnya. Oleh karenanya, buku yang kental dengan kosa kata yang renyah ini, pembaca dapat merefleksikan segala hal yang ditemukan agar lebih bijaksana.
Seluruh tokoh yang ditulis oleh penulis, merupakan sosok yang alim dan memiliki ilmu yang luas, sehingga bisa mewarnai keberagamaan dan kehidupan sosial masyarakat. Tak heran, tokoh di dalam buku ini notabenenya dari kalangan santri, khususnya pengasuh pesantren yang memberikan serpihan-serpihan pemikiran yang progresif di tengah-tengah hiruk pikuk kondisi masyarakat di era digital.
Selain sebagai dokumentasi sejarah, buku ini memberi konstribusi riil dan landasan normatif bagi perkembangan anak bangsa. Walaupun penekanannya lebih banyak pada spirit perjuangan dan keikhlasan dalam berkhidmat, pembaca tidak boleh mengabaikan pengorbanan para tokoh itu. Peninggalan mereka yang berupa pesantren, kini menjadi episentrum peradaban Islam di Nusantara. Mereka semua adalah tokoh yang memiliki role model kepemimpinan yang transformatif, yakni menggerakkan dari bawah ke atas. Bukan dari atas ke bawah, seperti halnya dilakukan orang-orang kekinian.
Tak hanya itu, peninggalan yang berbentuk buku dan pemikiran, mampu menanamkan etika yang luhur di kalangan perkotaan dan perdesaan. Animo masyarakat tak bisa dibendung dengan gerakan transnasional. Ajaran, tradisi, kebudayaan yang dikenalkan oleh ulama dan sejak dulu mengakar di hati masyarakat, tetap dipertahankan. Bagi penulis, pembentukan perilaku ala Rasulullah saw yang dimasifkan oleh kiai dan ibu nyai di lingkungan yang konstruktif, bisa mengejawantahkan pembaca dalam sendi-sendi kehidupan.
Salah satu tokoh yang menjadi inspirasi penulis dan menjadi judul buku ini adalah KH Sumanan Hidayat, kiai gado-gado dari Kota Angin. Penulis mengungkapkan jika duduk bareng dengan beliau, pasti bawaannya kalem dan humoris, sehingga ia mudah bergaul tanpa terikut arus. Orang Jawa menyebutnya topo ngeli yang pernah dipraktikkan oleh Sunan Muria. Yang dimaksud topo ngeli adalah menghanyutkan diri dalam arus masyarakat, tetapi tidak tertelan arus.
Kiai Mannan yang pernah dimanahi Wakil Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kediri ini sangat gigih dan ulet dalam bidang keogranisasian. Laqab 'gado-gado' disematkan kepadanya, lantaran mendirikan 'pesantren gado-gado' atau dikenal Pesantren Nurul Ishlah Ngronggot, Nganjuk.
Santrinya pun 'gado-gado' atau latar belakang santrinya sangat beragam. Mulai dari korban broken home, pencandu narkoba, mantan pelaku seks bebas, anak autis, cacat fisik, mantan pemabuk, korban Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga kehamilan di luar nikah. Ironisnya lagi, mereka berstatus yatim. Sedangkan bagi korban broken home, mereka menggunakan nama samaran.
Secara deskriptif, pesantren yang didirikan oleh putra dari seorang petani biasa di Desa Kaliayar, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur ini, hampir sama dengan pesantren miliki Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau Abah Anom di Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dijelaskan oleh penulis asal Kayangan ini, Kiai Mannan sempat diragukan oleh istrinya. Bagaimanapun, mendirikan pesantren membutuhkan '3 D', yakni Dukungan, Doa, dan Dana. Yang menjadi titik persoalan adalah dana. Dengan nada yang santai, ia meyakinkan istrinya agar merawat mereka dan berharap anak turunnya tidak seperti santri gado-gado itu.
Atas kehendak Allah swt, niat luhur Kiai Mannan tercapai di siang bolong melalui perantara KH Ridwan Syaibani, pengasuh Pesantren Krempyang Nganjuk pada tahun 2002. Kini kiai nyentrik ini tidak hanya menampung 40 anak. Di lain sisi, ia juga menanggung biaya hidup lebih dari 69 anak yatim. Subhanallah, begitu mulianya 'kiai gado-gado' yang satu ini.
Selain kisah 'kiai gado-gado', Mukani menulis biografi 22 tokoh yang dibagi menjadi dua bagian. Berikut nama-nama tokoh inspiratif yang dikupas di bagian pertama:
1. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
2. KH M Ma’shum Ali pengarang kitab yang berstandar internasional Al-Amtsilah al-Tashrifiyah
3. KH Zumroni Hasyim yang mendirikan sekolah anti-Wahabi dan membekalinya dengan amaliyah NU
4. KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah yang menggeluti dunia literasi
5.KH Mukmin yang selalu merendah
6. KH Masyhuri Azhar seorang penghafal Al-Qur'an yang kalem dan sabar
7. KH A Yasin Asmuni seorang penggerak tradisi literasi di pesantren
8. KH Luqman Hakim yang menginspirasi banyak kalangan
9. KH Sumanan Hidayat yang dikenal Al-Qur'an braille
10. KH Mahsun asal Kayangan yang memiliki banyak kenangan
11. KH Abdul Hakam Kholiq yang heroik melawan isu Ninja 1998
12. KH M Tholhah Hasan sang pejuang pendidikan
13. Nyai Khoiriyah Hasyim sang pejuang emansipasi perempuan
14. KH Agus Muhammad Zaki atau Gus Zaki yang menjaga tradisi literasi pesantren
15. Hadratussyekh KH Muhamamd Hasyim Asy’ari sebagai kiai toleransi di Indonesia.
Adapun di bagian kedua, penulis membedah keunikan
1. KH Sumanan Hidayat yang dikenal kiai gado-gado dari kota angin
2. KH Shodik Rusydi yang terkenal dengan dakwah multikulturalnya
3. Mbah Canthing yang kental dengan nilai-nilai nasionalismenya
4. KH M Ishomuddin Hadziq editor kitab Irsyadus Sari karya KH M Hasyim Asy'ari
5. Nyai Hj Djamilah Ma’shum yang mengusung kesetaraan perempuan di ruang publik
6. Ustadz Faizin penyebar toleransi di kaki gunung
7. KH Abd Nashir Abd Fattah seorang teladan bagi generasi milenial NU.
Hadirnya buku ini akan membawa angin segar pada Nahdliyin dan Nahdliyat. Keberhasilan yang sudah ditorehkan oleh para kiai dan ibu nyai, bagian dari perjuangan yang sangat panjang dan membutuhkan pengorbanan. Dengan demikian, diharapkan bagi pembaca untuk memunculkan kesadaran untuk mengikuti jejak tokoh-tokoh tersebut.
Peresensi, Firdausi, jurnalis NU Online, pecinta kajian sejarah dan tokoh.
Identitas Buku
Judul: Kiai Gado-gado, Kisah, Kiprah Perjuangan dan Teladan
Penuls: Mukani
Penerbit: CV Nakomu bekerja sama dengan Nous Pustaka Utama dan Literacy Center PW LTNNU Jawa Timur
Tahun Terbit: Oktober 2022
QRSN: 62-441-6370-865
Tebal Buku: 196 Halaman
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua