Sejak reformasi digulirkan oleh tangan-tangan tak kelihatan, keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin pudar. Langkah yang awalnya untuk memperbaiki sistem kenegaraan dengan memakzulkan rezim lama ternyata dilanjutkan dengan mempecundangi seluruh kekuatan negara, pemerintah dan rakyat. Dalam situasi seperti ini upaya bela negara menjadi hilang yang ada adalah menjarah seluruh kekayaan negara, baik yang ada dalam pertambangan, di hutan bahkan kekayaan negara yang ada diberbagai bank dan perusahaan.
Tidak hanya itu, sambil dikeruk seluruh aset negara kemudian digadaikan, termasuk ideology negara yang nasionalis dan populis ditukar dengan ideology liberal kapitalis. Di situlah negara dan rakyat sekaligus dipreteli kekuatannya. Negara tidak boleh berperan, rakyat tidak boleh disejahterakan. Modal yang harus dimanjakan, sementara pemilik modal ini hanya bisa berdagang tidak peduli pada negara dan bangsa. Anehnya semua aparat negara akhirnya juga menjadi pedagang, yang menjuali aset negara.
<>Sejalan dengan itu kaum intelektual menukar paradigma keilmuan yang memiliki komitmen ideologi nasional dengan keilmuan yang berideologi kapitalis global, maka tidak sedikitpun komitmen nasional ada adalam diri mereka. Batasan nasional mereka hilangkan semua, dibiarkan menjadi ajang pasar internasional. Tradisi politik, sejarah nasional, tradisi politik mereka abaikan, mereka hanya mengenal pragmatisme kehidupan.
Dalam situasi politik dan intelektual seperti ini, maka imperialisme dengan leluasa mengendalikan negeri ini. Aceh, Papua, Ambon dan Poso semuanya dipermainkan, sehingga suasan menjadi keruh. Konflik terus membara, seolah bangsa ini tidak bisa melerai pertikaian. Berbagai cara dari imperialis dipakai, tetapi tidak mempan, bahkan semakin membara. Tetapi mereka sama sekali lupa bahwa kita Punya falsafah yang sudah teruji keampuhannya yaitu Pancasila, yang sejak kemerdekaan mampu membimbing bangsa yang plural ini hidup dengan rukun dan kuat.
Pemererintahan dan sistem politik produk reformasi sama sekali tidak peduli terhadap keutuhan negara, penganut demokrasi liberal dan humanisme universil itu, tidak mempedulikan ada tidaknya bangsa Indonesia, kebudayaan Indonesia. Bagi mereka yang penting ada manusia universal, tidak peduli menusia tersebut manusia, budak atau manusia terjajah. Kelompok naïf ini merasa bahwa dunia ini bersifat melioristik, akan bergerak menuju kebaikan. Padahal kehidupan politik dan kebudayaan dunia sangat dikendalikan oleh mafia dan imperialis, yang hendak menundukkan dan menghisap manusia dan negara. Kelompok ini memperjuangkan kebebasan termasuk kebebasan untk memperbudak rakyat.
Karena itu seruan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi untuk segera membentuk Front Pancasila atau Front Nasional untuk menyelamatkan republik Indonesia sangat tepat dan bisa dipahami. Apalagi NU adalah lembaga yang sejak awal pergerakan hingga masa perjuangan sangat aktif turut mendirikan negeri ini tanpa menuntut balas jasa. Karena itu NU sangat prihatin nketika pemerintah mengabaikan pentingnya penjagaan NKRI, demi kepentingan bisnis yang tidak menguntungkan, sebaliknya penuh dengan risiko.
Saat ini orang tidak peduli pada nasib bangsa dan negara, padahal membentuk bangsa dan negara sangatlah susah, diperlukan perjuangan. Sementara saat ini kelompok imperialis dengan segala cara hendak memecah-belah republik ini, semantara para elite politik dan kaum terpelajar diam saja bahkan mendukung, sebab dianggap sesuai dengan prinsip globalisasi. Memang seruan KH Hasyim Muzadi itu tidak bisa kita apresiasi secara wacana atau opini. Tetapi perlu diwujudkan sebagai gerakan sosial bahkan gerakan poliytik yang bersifat dinamis. Ini perlu dilakukan mengingat keretakan bangsa ini, baik secara geografis, demografis dan kelas sangatlah tajam.
Kita masih punya waktru untuk merealisasi gagasan Ketua Umum PBNU tersebut, karena itu perlu segera direalisasi, sebab kalau tidak negeri ini akan bubar dan diterkam oleh imperialis. Bayangkan dalam waktu dekat katanya beberapa daerah seudah mempersiapkan pemerintahan peralihan. Ini tentu tindakan makar yang harus dicegah dengan segala tindakan yang mungkin dilakuakan. Kita tidak mungkin mengulur waktu dan meberi toleransi terhadap gerakan sparatis yang akan dijadikan sebagai negara boneka oleh para imperialis.
Front Pancasila sebagai Front nasional untuk menegakkan NKRI sebuah langkah strategis yang harus segera diwujudkan. Masih banyak warga negara Indonesai yang mencitnai negara dan bangsanya, mereka ingin negara ini berjalan aman dan rakyatnya sejahtera. Semuanya itu hanya bisa ada bila ada pemerintahan yang kuat dan tegas. Tanpa itu rakyat tidak bisa dilindungi, rakyat tidak akan memperoleh kesejahteraan, karena mereka akan dengan leluasa dihisap oleh pemilik modal.
Penyelamatan NKRI adalah merupakan bentuk menyejahteraan rakyat yang ada dalam NKRI. Ini langkah yang tidak oleh diabaikan, karena wajib dijalankan dan NU siap menjalankan amanah itu. Yakinlah bahwa seruan itu tidak sia-sia, sebab banyak pendukungnya, tidak hanya dari kalangan Nahdliyin, tetapi juga datang dari lingkungan Nasionalis. (Abdul Mun’im DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
4
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
5
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
6
Doa Istikharah agar Dapat Jodoh yang Terbaik
Terkini
Lihat Semua