Umat Islam mesti bisa berpikir sesuai dengan cara berpikir yang berlandaskan pada tradisi Islam Ulama sebagai pewaris Nabi, maka prinsip kenabian itulah yang menjadi watak keulamaan. Pengkaderan ulama tidak bisa menggunakan manhaj (metode) lain kecuali dengan manhaj kenabian. Tugas kenabian yang perlu diwarisi adalah penegakan makarimal akhlaq (budi luhur), beramal dengan penuh keikhlasan, rela berkorban, berpegang pada kebenaran dan keadilan.
Keulamaan adalah soal kerohanian, karena itu perlu diperkuat dari dalam yakni secara rohani itu sendiri, yang meliputi soal spiritual, intelektual dan moral. Namun demikian perlu diingat bahwa substansinya pada kerohanian, bukan intelektualitas, sebab hal itu sering salah paham, sehingga pengkaderan ulama dilakuakan dengan cara intelektualisasi. Tentu hal itu bisa menyebabkan salah sasaran. Banyak orang yang secara intelektual mumpuni, tetapi secara spiritual tidak mendalam, maka belum bisa dikategorika<>n ulama.
Sebagai organisasi keulamaan, maka dengan sendirinya Nahdlatul Ulama (NU) memiliki kewajiban melakukan kaderisasi ulama, agar organisasi ini bisa terus berlangsung keberadaannya. Saat ini kaderisasi ulama dirasa sangat mendesak, terutama setelah berkembangnya system politik liberal yang multi partai ini yang menyerap seluruh sumber daya yang ada. Termasuk para ulama terserap ke sektor politik, sementara politik yang ada adalah berdasarkan pada demokrasi liberal yang materialistik, karena itu tidak sedikit kalangan ulama yang larut dalam sistem politik yang kapitalistik itu.
Ketika seorang ulama terlibat dalam persoalan politik praktis yang bersifat sektoral, sementara belum memiliki integritas yang memadai, maka mereka bukan mewarnai system politik yang ada dengan akhlaqul karimah, sebaliknya banyak yang larut dalam system kehidupan yang serba pragmatis, dengan mengabaikan nilai moral. Maka fungsi keulamaan sebagai penegak moral menjadi pudar. Terbukti ulama semacam itu dijauhi umat karena tidak bisa menjadi panutan lagi.
Kita sering prihatin ketika ulama tidak lagi menjalankan fungsinya, maka yang terjadi bukan harmoni sosial, melainkan malah konflik sosial, di mana para ulama ikut terlibat dalam konflik merebut kepentingan. Kenyataan itu sering membuat masyarakat mengalami disorientasi, ketika tidak lagi memiliki keteladanan yang baik. Padahal semodern apapapun manusia butuh tokoh teladan yang berfungsi sebagai penuntun dan sekaligus penguat sikap moral. Bila tidak masyarakat akan mengambil jalnnya sendiri tanpa bimbingan ulama, sehingga langkah dan gerakannya rapuh karena tidak dipadukan dan diorganisasikan secara kuat oleh para ulama sebagai penjaga moral.
Mempersiapkan ulama dalam kehidupan modern bukan melengkapainya dengan kemampuan menejemen teknis seperti yang sering dilakukan, sebaliknya dengan cara melakukan latihan mental spiritual agar mampu mentransedir diri dari gelombang duniawi agar tidak tenggelam olehnya. Sebalinya mampu bertahan dengan mandiri, di situlah sikap istiqomah, kezuhudan, keikhlasan, kejujuran dan keberanian menyatakan dan bersikap yang benar sangat penting.
Kelihatannya persoalan dasar ini belum banyak disentuh bahkan diabaiakan, apalagi belum ada metode yang pas untuk penegakan dan pewarisan nilai-nilai semaacam itu, paling hanya dengan cara ceramah. Oleh karena itu perlu menggunakan cara kaum terekat dalam melakukan pembinaan dan peningkatan spiritualitas. Di sana ada pewarisan dan penanaman nilai-nilai secara sistematis dan berkelanjutan sehingga seseorang bisa tumbuh menjadi ulama yang mumpuni baik secara intelektualitas, spiritualitas dan moralitas.
Dengan kejernihan hatinya, para ulama bisa melihat keadaan masyarakat beserta problematiknya secara jernih, tanpa dilumuri nafsu dan kepentingan pribadinya. Ulama semacam itu diharapkan bisa menjadi mebimbing umat dalam menjalani kehidupan yang harmani dan menegakkan kebenaran dan kejujuran dalam situasi yang paling manipulatif sekalipun. Karena ulama yang zuhud semacam itu mampu mentransendir diri dari berbagai keinginan duniawi baik kekayaan maupun kekuasaan, yang dilakukan hanya pengabdian untuk mencari ridlo Allah. (Abdul Mun’im DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
4
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
5
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
6
Doa Istikharah agar Dapat Jodoh yang Terbaik
Terkini
Lihat Semua