Risalah Redaksi

Sikap Tegas NU

Jumat, 23 Maret 2007 | 12:24 WIB

Sejak dulu NU dikenal sebagai organisasi yang moderat dan toleran, namun demikian bukan berarti tidak punya sikap. Dalam menghadapi masalah prinsip, NU selalu bertindak tegas bahkan tanpa kompromi. Lihat bagaimana sikap yang ditunjukkan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi terhadap standar ganda negara-negara Barat mengenai soal nuklir Iran. NU menganggap bahwa pelarangan yang dilakukan oleh negara-negara Barat merupakan pelanggaran terhadap hak bangsa Iran untuk mengembangkan teknologi mereka sendiri. Kalau mereka mau bersikap adil semua negara tidak boleh mengembangkan teknologi nuklir apalagi dalam bentuk senjata nuklir.

Saat ini negara-negara maju mengembangkan nuklir baik untuk keperluan enegri maupun untuk keperluan persenjataan, tetapi mereka dibiarkan berlangsung secara aman. Bahkan Israel yang telah mengembangkan nuklirnya juga dibiarkan padahal negeri boneka itu sangat agresif, bahkan berniat menyerang reaktor nuklir yang ada di negara Arab. Bahkan belakangan ini Inggris telah memperbarui kapal selam nuklirnya, tetapi dianggap mereka sebagai pencapaian peradaban, bukan sebagai ancaman perdamaian. Sementara Amerika dan Inggris sedang menghancurkan Irak karena dituduh mengembangakan nuklir, kini giliran Iran akan diserang dan mulai dikenai sangsi.

<>

Drama ketidakadilan itu dipertunjukkan dihadapan publik, tetapi masyarakat dunia tidak bisa protes, bahkan karena kecanggihan menggelola opini di media dan mengerahkan intelektual. Seolah ketidakadilan yang mereka jalankan itu benar sehingga ketidakadilan itu dianggap kewajaran, sebagai upaya menyelamatkan kemanusiaan. Karena mereka merasa hanya diri mereka yang bisa mengendalikan tidak menggunakan senjata nuklir, sementara kalau negara dunia ketiga membuatnya tanpa restu mereka dianggap melakukan tindakan kriminal.

Sebagai lembaga keagamaan yang peduli terhadap persoalan kebangsaan dan kemanusiaan dengan tegas NU membela hak bangsa Iran mengembangkan teknologinya, karena itu NU juga menyambut baik kehadiran Presiden Iran di Indonesia. Sebab pencapaian teknologi merupakan salah satu barometer perkembangan peradaban suatu bangsa  harus dihormati. Apalagi dengan semakin menipisnya cdangan sumber energi, maka energi nuklir merupakan salah satu alternatif yang mulai diambil di beberapa negara Dunia Ketiga, terutama yang memiliki sumber nuklir dan bisa melakukan pengkayaan sendiri.

Bertolak dari kenyataan itu dengan tegas NU mengatakan pada Dubes AS bahwa tanpa bermaksud bermusuhan dengan AS, NU melakukan kritik keras terhadap politik luar negeri AS yang intervensionis, dan dijalankan dengan penuh kekerasan. Hal itu tidak hanya akan mengancaam perdamaian dunia, tetapi juga akan meningkatkan antipati negara lain terhadap AS. Jika demikian maka akan memancing sikap keras AS terhadap kelompok tersebut, sehingga persoalan menjadi lebih ruwet, penuh kecurigaan bahkan kebencian.

Sikap moderat dan politik jalan tengah bukanlah sikap pasif, melainkan langkah aktif yang melelahkan dan penuh risiko dimusuhi kedua belah pihak yang bersengketa. Dalam upaya menjaga keseimbangan kehidupan nasional dan situasi politik internasional itu berperan aktif, dan bertindak tegas baik kelompok Islam maupun barat yang menjalankan ektremisme serta kekerasan dan ketidakadilan. NU tidak membenci barat atau membenci sesama Islam, tetapi NU berusaha menegakkan keadilan dan perdamaian.

Hanya dengan adanya keadilan itu perdamaian bisa ditumbuhkan. Perdamaian yang dilandaskan pada kekerasan akan melahirkan kekerasan dikemudian hari, hanya perdamaian yang dilandaskan pada keadilan yang akan abadi dan bisa amenjadi pegangan bagi semua bangsa. Dalam kenyataannya konflik yang terjadi di skala nasional memiliki akar internasional oleh karena itu NU berusaha menyelesaikan konflik ke pokok masalahnya.

Tidak semua konflik itu berdasarkan murni agama atau murni etnik atau politik, dalam kenyataannya banyak konflik itu yang berdimensi ekonomi. Bila hal itu terjadi maka sesungguhnya di luar problem agama, sebab hubungan natar agama, antar etnis bahkan antar ideology saat ini senarnya tidak banyak masalah. Karena itu NU sangat mencela penggunaan agama untuk mengobarkan konflik padahal jelas bahwa tujuan mengobarkan konflik itu sering kali hanya untuk mengeruk kepentingan ekonomi oleh sebuah korporasi multi  nasional yang sedang beroperasi.

Celakanya agama yang dijadikan sebagai pengobar dan sekaligus menjadi korban. Sebagai kelompok moderat NU menolak cara tidak beradab seperti itu. Konflik tidak bisa diselesaikan secara agama saja. Bahkan bisa dikatakan bahwa secara sosial dan agama konflik telah selesai. Karena itu konflik itu hanya bisa berhenti kalau tidak ada provokasi dan keadilan baik secara sosial maupun politik dipertahankan. Oleh karena itu NU mengingatkan pada kaum beragama dan umat Islam tidak hanya di Indonesai, tetapi juga diseluruh dunia agar menjaga kerukunan agar tidak terprovokasi oleh upaya adudomba antar mazhab dalam Islam, yang akan melemahkan kekuatan dan persatuan Islam. (Abdul Mun’im DZ)