Tokoh

Kisah Ali bin Abi Thalib, Pemuda Pertama yang Masuk Islam

Rabu, 29 Mei 2024 | 19:00 WIB

Kisah Ali bin Abi Thalib, Pemuda Pertama yang Masuk Islam

Ilustrasi Ali bin ABi Thalib. (Foto: NU Online/Freepik)

Ali bin Abi Thalib merupakan sepupu nabi Muhammad saw. Ayahnya, Abi Thalib, merupakan kakak dari ayah Nabi saw, Abdullah. Ibunya bernama Fatimah binti Asad, masih keturunan Hasyim bin Abdi Manaf. Ali sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw sehingga kedekatannya membuatnya termasuk ke dalam golongan awal yang masuk Islam.


Awal mula kedekatan Ali dengan Nabi Muhammad saw adalah saat paceklik dahsyat melanda kaum Quraisy di Makkah. Nabi Muhammad saw yang mengetahui banyaknya keluarga Abi Thalib prihatin dengan kondisi pamannya itu dan mengajak Abbas, pamannya Nabi lainnya yang termasuk konglomerat Bani Hasyim, untuk setidaknya meringankan beban Abi Thalib dengan ikut membantu pengasuhan anak-anaknya. 


Saat itu, Nabi Muhammad saw mengambil Ali, sedangkan Abbas membawa Ja’far bin Abi Thalib. Hal ini yang kemudian menjadikan Ali sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw hingga kemudian Nabi saw diangkat menjadi rasul. 


Menurut Ibnul Atsir, mengutip pendapat Ibnu Ishak menjelaskan bahwa paceklik yang melanda saat itu menjadi nikmat tersendiri bagi Ali bin Abi Thalib. Sebab karenanya, Nabi Muhammad membawa Ali sehingga ia bisa dekat dengan Nabi saw setelahnya. 


أَوَّلُ مَنْ أَسْلَمَ عَلِيٌّ وَعُمْرُهُ إِحْدَى عَشْرَةَ سَنَةً وَكَانَ مِنْ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْهِ أَنَّ قُرَيْشًا أَصَابَتْهُمْ أَزْمَةٌ شَدِيدَةٌ، وَكَانَ أَبُو طَالِبٍ ذَا عِيَالٍ كَثِيرَةٍ، فَقَالَ يَوْمًا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لِعَمِّهِ الْعَبَّاسِ: يَا عَمِّ إِنَّ أَبَا طَالِبٍ كَثِيرُ الْعِيَالِ فَانْطَلِقْ بِنَا نُخَفِّفْ عَنْ عِيَالِ أَبِي طَالِبٍ، فَانْطَلَقَا إِلَيْهِ وَأَعْلَمَاهُ مَا أَرَادَا، فَقَالَ أَبُو طَالِبٍ: اتْرُكَا لِي عَقِيلًا وَاصْنَعَا مَا شِئْتُمَا، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَلِيًّا، وَأَخَذَ الْعَبَّاسُ جَعْفَرًا، فَلَمْ يَزَلْ عَلِيٌّ عِنْدَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - حَتَّى أَرْسَلَهُ اللَّهُ فَاتَّبَعَهُ


Artinya: “Orang yang masuk Islam pertama (dari kalangan pemuda) ialah Ali ketika itu umurnya ialah 11 tahun. Dan di antara nikmat yang Allah berikan kepada Ali ialah saat itu kaum Quraisy terkena paceklik dahsyat. Abu Thalib memiliki keluarga yang banyak. Rasulullah saw kemudian mengajak pamannya, Abbas yang termasuk konglomerat Bani Hasyim, untuk meringankan beban Abi Thalib. Nabi saw berkata: “Wahai pamanku, Abbas, sungguh (saudaramu) Abi Thalib memiliki banyak keluarga,  Maka mari kita ringankan beban dari keluarganya”. Kemudian keduanya menuju rumah Abu Thalib dan memberitahukan maksudnya.


Abi Thalib berkata: “Tinggalkan Aqil untukku dan lakukan yang ingin kalian lakukan”. Kemudian Rasulullah saw membawa Ali, sedang Abbas membawa Ja’far. Ali terus bersama Nabi Muhammad hingga sampai Allah mengutusnya menjadi nabi, sehingga Ali mengikutinya, mengimani dan membenarkannya." (Ibnul Atsir, Al-Kamil fi Tarikh, [Beirut, Darul Kitab Al-Arabi, 1997 M], juz I, hal 656).


Menurut Ibnu Katsir, yang juga bersumber dari Ibnu Ishaq, ketika nabi Muhammad saw mengajaknya masuk Islam, Ali bin Abi Thalib saat itu hendak mengkonsultasikannya kepada ayahnya, Abi Thalib. Sebab ia pikir, ia tidak bisa membuat keputusan sendiri terkait hal ini dan harus bertanya pada ayahnya terlebih dahulu. Namun, hal tersebut dilarang oleh Nabi. Malamnya, Allah memberikan keteguhan kepada hati Ali untuk masuk Islam dan paginya ia mendatangi Nabi saw dan menyatakan keislamannya.


ثُمَّ إِنَّ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ بِيَوْمٍ وَهُمَا يُصَلِّيَانِ. فَقَالَ عَلِيٌّ يَا مُحَمَّدُ مَا هَذَا؟ قَالَ دِينُ اللَّهِ الَّذِي اصْطَفَى لِنَفْسِهِ، وَبَعَثَ بِهِ رُسُلَهُ، فَأَدْعُوكَ إِلَى اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَإِلَى عِبَادَتِهِ. وَأَنْ تَكْفُرَ بِاللَّاتِ وَالْعُزَّى. فَقَالَ عَلِيٌّ: هَذَا أَمْرٌ لَمْ أَسْمَعْ بِهِ قَبْلَ الْيَوْمِ، فَلَسْتُ بِقَاضٍ أَمْرًا حَتَّى أُحَدِّثَ بِهِ أَبَا طَالِبٍ. فَكَرِهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُفْشِيَ عَلَيْهِ سَرَّهُ قَبْلَ أَنْ يَسْتَعْلِنَ امره. فقال له: يا على إذ لَمْ تُسْلِمْ [١] فَاكْتُمْ. فَمَكَثَ عَلِيٌّ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، ثُمَّ إِنَّ اللَّهَ أَوْقَعَ فِي قَلْبِ عَلِيٍّ الْإِسْلَامَ، فَأَصْبَحَ غَادِيًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جَاءَهُ فَقَالَ مَاذَا عَرَضْتَ عَلَيَّ يَا مُحَمَّدُ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شريك لَهُ وَتَكْفُرُ بِاللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَتَبْرَأُ مِنَ الْأَنْدَادِ» فَفَعَلَ عَلِيٌّ وَأَسْلَمَ، وَمَكَثَ يَأْتِيهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ أَبِي طَالِبٍ وَكَتَمَ عَلِيٌّ إِسْلَامَهُ وَلَمْ يُظْهِرْهُ


Artinya: “Ali bin Abi Thalib datang setelahnya selang sehari dan mendapati Nabi beserta Khadijah melakukan shalat. Ali berkata kepada nabi: “Apa ini?”. Nabi berkata: “ini adalah agama Allah yang dipilih oleh Dzat-Nya, Ia mengutus dengannya utusan-utusan-Nya, maka aku mengajakmu untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dan hendaknya engkau mengkufuri Lata dan Uzza”. “Ini adalah persoalan yang aku belum pernah dengar sebelumnya, aku tidak bisa memutuskan sendiri, aku akan mengobrolkannya dengan ayahku (Abi Thalib). 


Nabi Muhammad saw yang saat itu belum menginginkan hal ini tersebar terlebih dahulu kemudian berkata: “Ali, jika engkau tidak masuk Islam maka rahasiakanlah”. Ali berdiam menetap pada malam itu sehingga kemudian Allah memberikan keteguhan pada hatinya. Dan pada pagi harinya, ia mendatangi nabi saw dan berkata: “Apa yang engkau tawarkan (Islam) kepadaku wahai Muhammad?.” Nabi bersabda: “bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Ingkarilah Lata dan Uzza dan engkau akan bebas dari kemusyrikan”. Ali melakukannya dan ia masuk Islam, namun ia merahasiakannya dari ayahnya. (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, [Beirut, Darul Fikr, tt], juz III, hal 24).


Ali terus merahasiakan keislamannya dari ayahnya sampai suatu ketika ayahnya memergokinya melaksanakan shalat bersama Nabi Muhammad saw.  Abi Thalib kemudian bertanya kepada Ali mengenai agama yang ia anut dan Ali berkata: “Wahai ayahku, aku beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan aku melaksanakan shalat dengannya”. Abi Thalib kemudian menjawabnya dengan jawaban yang baik, ia berkata: “Sungguh ia (Muhammad) tidak pernah mengajak kecuali pada kebaikan, maka teruskanlah”. (Al-Kamil, juz I, hal 656).


Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek dan Mahad Aly Jakarta