Tokoh

Manaqib Habib Utsman Al-Aydrus, Tokoh NU Jawa Barat

Selasa, 26 Februari 2019 | 11:00 WIB

Beberapa hari lalu ada acara periingatan Haul Habib Utsman Al-Aydrus di Pondok Pesantren Assalam, Sasak Gantung, Kota Bandung. Habib Utsman merupakan pendiri pesantren tersebut. Di dalam peringatan tersebut, salah seorang putranya, KH Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus menceritakan riwayat singkat ayahandanya sebagai berikuit:

Habib Utsman merupakan murid Mama Ajengan KH Syatibi Gentur, Cianjur. Meskipun dia seorang habib, ia sangat tawadhu kepada gurunya tersebut. Saat menjadi santrinya, sebelum subuh, Habib Utsman, selalu mengisi air bak untuk wudhu dan mandi gurunya itu.

Habib Utsman lahir tahun 1910 dan wafat 1985. Semasa hidupnya, berdasarkan catatan pribadinya, ia telah mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 6.000 kali. Menurut putranya, yakni KH Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus, sang ayah setiap hari khatam Al-Qur’an minimal satu kali dan khusus di bulan puasa Ramadhan mengkhatamkan Al-Qur’an 60 kali. Artinya, sehari khatam 2 kali.

Habib Utsman sangat menyayangi anak-anak yatim piatu dan dhuafa. Kepada anak yatim piatu rasa sayang itu terpancar dari perhatian khusus yang diberikan. Tercatat ada 13 hal perhatian Habib Utsman kepada mereka, di antaranya: santunan yatim piatu di 10 Muharam, menyekolahkan dan juga membiayai anak-anak yatim piatu untuk belajar di sekolah dan pondok-pondok pesantren, setiap hari mengusap dan mencium kepala anak-anak yatim piatu di seputar Assalaam. 

Selanjutnya, melaksanakan khitanan massal khususnya untuk anak yatim piatu serta masyarakat luas sejak tahun 1952 dan berlanjut hingga hari ini, selalu mengajak anak-anak yatim untuk menemui para ulama dan memohon doa dari para ulama sholeh untuk anak-anak yatim piatu karena banyak ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Ghazali dan lain-lain, ternyata yatim saat kecil. 

Habib Utsman juga menulis buku yang hasil penjualannya khusus diperuntukkan bagi anak-anak yatim piatu, serta setiap sebulan sekali di Assalaam diadakan acara makan bersama para yatim piatu dan dhuafa. Selain itu, ia juga mendorong berdirinya Rumah Tahfidz khususnya untuk yatim piatu (banyak ulama dan hafidz yang telah dihasilkan), dan lain-lain.

Saat ini Assalaam Bandung telah berkembang demikian pesat dengan berbagai aktivitasnya dari unit kelompok bermain, PAUD, TK, SD, SMP, MTs, SMA, SMK, pesantren, majelis taklim, biro haji dan umrah, panti yatim, jamaah perempuan WPWA, dan lain lain.

Habib Utsman Al-Aydarus adalah seorang ulama multitalenta. Ia menguasai beberapa bahasa asing secara otodidak. Ia juga salah satu tokoh di belakang berdirinya Universitas Nahdlotul Ulama di Bandung yang sekarang menjadi Uninus. Ia pun termasuk tokoh NU di Jawa Barat dan pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah selama dua periode yaitu tahun 1960 sampai dengan 1970.

Habib Utsman dan murid-muridnya juga membina pengajian ibu-ibu di hampir 200an masjid di seputar Bandung di masa hidupnya. Serta menulis banyak buku-buku tentang ibadah yang berbahasa Sunda di antaranya Rarakatan Shalat dan lain-lain.

Allah SWT banyak mengabulkan doa Habib Utsman Al-Aydarus. Pernah terdapat seorang anak umur 8 tahun yang terkena kanker otak dan divonis dokter dari Rumah Sakit Singapura dan Jerman bahwa anak tersebut tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari 2 bulan setelah diagnosa.

Orang tua anak tersebut disarankan oleh dr. Misbah (salah seorang dokter kepresidenan) untuk meminta saran para ulama di Jakarta. Orang tua itu mendatangi KH Syafi’i Hadzami, tokoh NU Jakarta. Orang tua disarankan menemui Habib Utsman Al-Aydarus di Bandung.

Orang tua itu pun membawanya ke Bandung. Habib Utsman membacakan Shalawat Nariyah sebanyak 4444 kali di sebuah ruangan khusus dan memberikan air yang telah dibacakan shalawat Nariyyah tersebut untuk diminumkan dan dipercikkan pada kepala anak yang terkena kanker otak itu.

Sungguh ajaib, seminggu kemudian anak tersebut pulih dan sembuh kembali. Kanker otaknya hilang begitu saja atas izin Allah SWT.

Orang tua anak tersebut karena penasaran memeriksakan keadaan anaknya ke Rumah sakit di Singapura dan Jerman, maka terkejutlah para dokter-dokter yang sebelumnya mendiagnosa anak tersebut hingga berkali-kali mereka membandingkan foto rontgen antara sebelum anak tersebut dibacakan Shalawat Nariyah oleh Habib Utsman dan sesudahnya.

Diceritakan setelah sembuh anak tersebut tumbuh dewasa dan menjadi salah satu dosen di Universitas Indonesia serta meninggal dunia dalam usia 52 tahun.

Makam Habib Utsman Al-Aydarus terletak di daerah Taman Pemakaman Assalam di dekat Pasar Induk Caringin Bandung. Di kompleks pemakaman tersebut tersebut banyak dimakamkan mulai para habaib serta ulama dan murid-murid Habib Ustman, di antaranya juga terdapat pusara tokoh nasional H. Mahbub Djunaidi (tokoh NU, Ketua Umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.)

Demikianlah sekelumit kisah Habib Ustman Al-Aydarus yang dapat kami sarikan dari ceramah Putra beliau Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus pada Acara Haul ke 32 Habib Utsman Al Aydarus (29 Maret 2016, di Masjid Assalaam, Sasak Gantung Kota Bandung). (Wahyul Afif Al-Ghafiqi)