Tokoh

Yaqut Al-Hamawi, Ahli Geografi dari Anatolia

Rabu, 20 Desember 2017 | 05:00 WIB

Yaqut Al-Hamawi (1179-1229 M) lahir di Anatolia adalah penulis ensiklopedia (mu’jam) geografi terpenting dalam Sejarah Peradaban Islam. Dia dilahirkan dari seorang budak berkebangsaan Romawi lalu dibeli oleh seorang pedagang dari kota Hamah pada saat dia masih kecil.

Dia diberi nama Yaqut bin Abdullah. Meskipun Bapak angkatnya memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar Islam dengan baik dan bahasa Arab menjadi bahasa sehari-harinya, kemampuannya dalam seni prosanya tidak bernilai tinggi karena dia adalah orang asing.

Sejak muda Yaqut adalah orang yang suka pada pengetahuan. Dalam proses perjalanan ilmiahnya, Yaqut berhasil mengarang dua kitab penting yang sudah pasti bisa ditemukan di perpustakaan Arab manapun, yaitu Mu’jam Al-Udaba’, sebuah ensiklopedia yang mencakup materi sejarah peradaban dunia Islam dan tentang para pengarang besar bangsa Arab pada zamannya. Buku keduanya adalah Mu'jam Al-Buldan yang dikategorikan sebagai buku ensiklopedia geografi yang paling utama dalam sejarah manusia.

Yaqut membuat sebuah buku rujukan umum yang berisi tentang materi geografi yang dikenal pada zamannya khususnya setelah penjarahan tentara Mongol terhadap sebagian besar kekayaan dunia Islam, pembakaran buku yang sangat dahsyat termasuk diantaranya buku-buku geografi yang sangat penting pada waktu itu. Itulah dia akhirnya menulis buku Mu'jam Al-Buldan, buku Ensiklopedia Geografi berbahasa Arab yang paling bagus pada abad pertengahan.

Karena dia dapat melepaskan diri dari batasan geografi yang sangat sempit. Dalam buku ini Yaqut menggunakan pendekatan ilmu Falak, ilmu bumi dan bahasa. Isi buku ini berupa kisah perjalanan sehingga konsep penulisannya seperti buku geografi historis yang memuat agama, peradaban, ilmu ras manusia, kelebihan manusia, sastra rakyat dan seni sastra.

Ketika Yaqut telah menulis buku yang bernilai tinggi, Eropa masih terbelakang dan bergantung sepenuhnya kepada dua buku Al-Idrisi dan Abu Al-Fida hingga akhirnya manuskrip Mu'jam Al-Buldan masuk ke Eropa sedikit demi sedikit pada abad ke-19. Karyanya secara sempurna dicetak pada tahun 1866 sampai 1873.

Pada saat itulah Yaqut mendapatkan tempat yang terhormat di kalangan ahli geografi bangsa Arab berkat mu’jamnya dibuat dengan penuh ketelitian dan kejujuran berkat pengembaraannya selama 16 tahun di negara-negara dunia Islam dan lain-lain. Ia telah mengunjungi hampir semua negara yang ditulis dalam jamnya sehingga bahasanya cukup panjang.

Tatkala dia berbicara tentang negara kota atau desa yang telah dikunjungi disebutkan ayat Alquran atau Hadis yang berkaitan dengan kota tersebut. Dia menafsirkan nama dan asal penamaan kota tersebut, menjelaskan ucapan pelafalan nama kota itu yang paling betul, kemudian memaparkan sejarah berdirinya kota, suasana yang terjadi pada saat itu, lalu memberikan penjelasan mengenai peranan yang dimainkan oleh kota tersebut dalam sejarah, disertai pula dengan cerita-cerita yang berkaitan dengannya.

Dalam buku yang sama, dia juga menyebutkan sejarah penaklukan yang dilakukan kaum muslim dan cara menaklukannya, nama-nama ulama yang muncul di kota tersebut atau kota yang pernah dikunjungi khususnya para ahli fiqih dan ahli hadis, nama guru guru dan murid mereka. Yaqut juga memberikan penjelasan rinci mengenai gedung-gedung pelabuhan dan banteng yang pernah dia kunjungi.

Dia singgah cukup lama di sana agar dapat mengetahui adat istiadat dan perilaku kabilah-kabilah di tempat itu. Yaqut juga tidak lupa menyelipkan selingan berupa cerita-cerita aneh dari negeri yang sedang dibicarakan, disamping menyantumkan syair untuk negeri tersebut sehingga panjang tulisan untuk satu negeri atau satu desa bisa mencapai 10 atau 15 halaman. Oleh sebab itu materinya sangat beragam.

Dia tidak mempersingkat pembicaraan mengenai dunia Islam seperti yang dilakukan oleh ahli geografi bangsa Arab sebelumnya. Dia berbicara tentang Timur jauh Eropa Timur dan Utara serta sebagian negara Eropa Barat lainnya. Pengetahuannya tentang dunia timur lebih banyak dibandingkan tempat-tempat yang lain. Tulisannya tentang Italia, Corsica Malta, Kalibria banyak mengalami kesalahan.

Dalam mu’jam-nya, Yaqut menulis mukadimah yang sangat panjang yang terdiri atas 5 bab yang lebih menyerupai pengantar. Pada mulanya dia berbicara tentang berbagai teori mengenai bentuk bumi berdasarkan ilmu bumi pasti. Dia menyebutkan kecenderungannya bahwa bentuk bumi ini bulat dan tidak datar. Di setiap kutubnya terdapat daya tarik yang paling saling menarik seperti halnya magnet.

Pada bab kedua dia berbicara tentang tatanan pembagian wilayah dan cara-cara praktis untuk memperbarui letak wilayah tersebut. Pada bab ketika dia berbicara tentang arti istilah-istilah yang disebutkan dalam buku Geografi seperti pos, farsakh dan mil begitu pula istilah-istilah geografi-astronomi seperti panjang, lebar dan derajat serta istilah-istilah khusus seperti pajak, eksploitasi tanah, rampasan perang dan lain-lain.

Pada bab empat, dia mengulas secara singkat negara-negara yang telah ditaklukkan oleh kaum muslim dan pajak yang mesti dipungut dari daerah tersebut Sedangkan bab lima lebih merupakan mukadimah bagi uraian Negara, penduduk dan pembagian kekuasaan yang sesuai dengan tempat dan kondisinya. Setelah mukadimah panjang yang menghabiskan 50 halaman, dia menulis mu’jam-nya dengan penuh ketelitian dan menyusun judulnya sesuai urutan abjad.

Walaupun setelah periode Yaqut muncul berbagai pengetahuan tentang geografi dengan cakupan yang sangat luas, karya Yaqut merupakan sebuah bukti terpenting dan masih dipergunakan hingga zaman kita sekarang ini. Bukunya memainkan peranan yang sangat penting sebagai sebuah rujukan dan dokumentasi sejarah yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang yang hendak menulis sejarah Islam atau yang ingin mengkaji tentang peradaban Islam. (Rizal Mubit)