Warta

Dilakukan di 9 Lokasi, NU Tetap Rukyatul Hilal

Selasa, 11 September 2007 | 06:10 WIB

Surabaya, NU Online
Dalam perhitungan hisab para ahli falak Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menentukan ijtima’ akhir Sya’ban terjadi pada Selasa (11/9) hari ini sekira pukul 19.30 WIB dengan ketinggian hilal 00.57’ (menurut kitab Dzatul Bain).

Begitu pun PWNU Jatim tetap melakukan pengelihatan dengan bulan (rukyatul hilal). Demikian diungkapkan Sekretaris PWNU Jatim, H Masyhudi Muchtar, di kantor PWNU Jatim, Senin (10/9).<>

Menurutnya, dilakukannya rukyatul hilal dalam penentuan awal Ramadhan 1428 H ini termasuk salah satu perintah Rasulullah SAW untuk melakukan ‘sumu li ru’yatii’. Masyhudi mengatakan, dalam hadits shahih tersebut dijelaskan ‘berpuasalah kamu sekalian bila melihat hilal dan apabila tidak terlihat maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari dengan istikmal’.

“Penentuan dengan rukyatul hilal bil fi’li ini tidak hanya dilakukan pada awal Ramadan. Tapi untuk 1 Syawal mendatang juga akan dilakukan dengan rukyatul hilal bil fi’li,” ungkap Masyhudi.

Untuk mengetahui keakuratan dalam melihat bulan dengan mata telanjang, pihak PWNU Jatim telah menetapkan 9 tempat untuk dijadikan tempat melihat bulan. Yakni, Nambangan Kenjeran Surabaya, Ujungpangkah Gresik, Bukit Condro Gresik, Tanjungkodok Lamongan, Pantai Serang Blitar, Pantai Ngliyep Malang, Pantai Ambet Pamekasan, dan Pantai Maleman Lumajang.

Dalam perhitungan falakiyah pada Selasa (11/9) malam ini hilal terletak di bawah ufuk, dan kemungkinan kecil dapat dilihat melalui rukyatul hilal. Masyhudi menjelaskan, pihaknya akan tetap melakukan rukyatul hilal, mengingat ini adalah sunnah Rasul.

“Besok malam (Selasa, 11/9) kami akan tetap melakukan rukyatul hilal. Jika tidak kelihatan kami akan tetap melanjutkan rukyatul hilal besoknya (Rabu, 12/9). Jika kelihatan, berarti Kamis (13/9) sudah bisa dilakukan puasa,” ungkap Masyhudi.

Fasilitas Menkominfo

Sementara itu, jelang penentuan awal Ramadan, Menteri Informasi dan Komunikasi (Menkominfo), H M. Nuh mengusulkan pada Departemen Agama (Depag) agar dalam sidang isbat (rapat penentu) tidak hanya melibatkan organisasi masyarakat (ormas), tapi juga melibatkan tim dari Depkoinfo yang dibekali teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

M Nuh menjelaskan keterlibatan tim dari Depkominfo bidang TIK ini dinilai sangat membantu dalam menentukan keakuratan dari sisi pengelihatan bulan (rukyatul hilal). Hal ini dibuktikan dengan tim dengan Observatorium Boscha ITB yang mampu melihat hilal pada permulaan bulan sya’ban. Padahal letak bulan pada waktu itu relatif tertutup dengan awan.

Untuk itu, penentuan awal Ramadan kali ini, M Nuh mengatakan perlu untuk mengikutsertakan tim dari Depkominfo dalam sidang isbat (penetapan) mendatang. Meski demikian, M Nuh tidak melarang semua ormas untuk melakukan perhitungan melalui falakiah maupun rukyatul hilal sendiri. (duta/sbh)