Warta

Kalangan Non-muslim Ingin NU Konsisten sebagai Kekuatan Moral

Rabu, 7 Oktober 2009 | 11:09 WIB

Jakarta, NU Online
Kalangan non-muslim sangat menginginkan Nahdlatul Ulama (NU) tetap konsisten menjalankan fungsi sebagai kekuatan moral. Konsekuensinya, NU harus sungguh-sungguh menghindari wilayah politik praktis sebagaimana rumusan Khittah NU 1926.

Hal tersebut disampaikan pemuka agama Kristen yang juga Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Andreas Anangguru Yewangoe, dalam sebuah diskusi terbatas di Jakarta, Rabu (7/10) kemarin.<>

Menurut pengamatan Andreas, dalam beberapa kesempatan, NU terlihat “melanggar” batas Khittah itu. Akibatnya, fungsi-fungsi pelayanan umat menjadi terbengkalai. NU, katanya, selain merupakan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, juga harus mengayomi semua komponen bangsa, tidak terbatas pada partai atau kepentingan politik tertentu.

“Kami tahu, di jaman Orde Baru, NU berada depan sebagai kekuatan dari masyarakat sipil. Namun, setelah reformasi, NU terkadang terlihat melanggar ‘batas’ (Khittah) itu,” ujar Andreas.

“Karena itu, sebagai ‘orang luar’ (baca: non-muslim), kami ingin NU tetap konsisten sebagai kekuatan moral,” imbuhnya.

Hal itu pun, lanjut Andreas, sejalan dengan visi PGI yang memang tidak ingin memasuki wilayah politik praktis. Pihaknya juga tak pernah memberikan dukungan politik terhadap partai atau kepentingan politik mana pun.

Pendapat senada diungkapkan Sekretaris Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo YR Edy Pr, yang juga hadir menjadi narasumber pada diskusi tersebut. Menurutnya, jika NU masuk dan bahkan terlalu jauh terlibat dalam politik praktis, maka fungsi-fungsi pelayanan umat akan terabaikan.

Tak hanya itu. Selama ini, katanya, kalangan Katolik merasa terlindungi oleh NU. “(karena ada NU) kami merasa nyaman, kami merasa tidak khawatir berada di negeri ini,” ujarnya. Hal itu terjadi karena gerakan NU tidak dibatasi oleh kepentingan politik mana pun sehingga bisa melindungi dan mengayomi semua kalangan. “Semoga rasa itu tetap terpelihara sampai kapan pun,” tandasnya. (rif)