Semarang, NU Online
Bukan kyai NU kalau tidak mampu berjoke. Hal ini pun dilakukan, Rais 'Aam Syuriah PBNU, Kiai Sahal Mahfudh yang terkenal pendiam itu dalam suatu sarasehan pendidikan di Jawa Tengah baru-baru ini soal banyaknya kata "tele" yang membuat orang Jawa menjadi "tele-tele" (kepayahan).
Ia mengatakan, orang Jawa sampai "tele-tele" karena banyaknya "tele" itu, ada telelensa, televisi, telekomunikasi, telekonferen, dan ada juga telenovela.
<>Namun, Pengelola Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini menyatakan dengan adanya telekomunikasi yang terus berkembang pesat saat ini membuat komunikasi antarbangsa tidak bisa dihindari.
Adanya kecanggihan teknologi komunikasi tersebut, katanya, dengan alat telekonferen seseorang bisa memimpin rapat dari Amerika dengan peserta rapat di Jakarta. "Orientasi pendidikan kita harus diubah, kalau tidak selamanya karakter bangsa kita akan carut-marut dan identitas bangsa akan semakin hilang," katanya seperti dikutip Antara.
Apalagi, katanya, dengan pasti munculnya dan tidak bisa ditolak adanya akulturasi akibat telekomunikasi yang tanpa batas. Ia mengatakan, pendidikan di Indonesia menaruh minat yang tinggi pada keterampilan profesional dan dalam keadaan ini cenderung meminggirkan atau meniadakan keterampilan sosial peserta didik yang dapat melunturkan karakter bangsa ini. (cih)
Terpopuler
1
Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani
2
Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
3
Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain
4
Khutbah Jumat: Jangan Salah Pilih Teman
5
Khutbah Jumat: Manusia sebagai Makhluk Sosial, dan Perintah untuk Saling Mengenal
6
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Syaban 1446 H
Terkini
Lihat Semua