Warta

Menkominfo: NU Seperti Penyewa Alat Pesta

Sabtu, 3 November 2007 | 13:34 WIB

Probolinggo, NU Online
Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyindir Nahdlatul Ulama (NU) secara halus. Menurutnya, fungsi organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu tidak lebih hanya sebatas ‘penyewa alat pesta’.

"Ketika orang lain punya hajat, ia selalu jadi jujugan (rujukan, Red) agar pesta itu bisa sukses. Tapi, ketika pesta selesai, peralatan dikembalikan, setelah itu selesai, tanpa ada kelanjutan apa-apa," sindir mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, itu.<>

Ia menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Wilayah (Konferwil) Pengurus Wilayah NU Jatim di Ponpes Zainul Hasan, Probolinggo, Jumat (2/11) kemarin.

Nuh menjelaskan, NU sebenarnya memiliki potensi besar, tetapi potensi besar itu tidak berkembang karena unsur-unsur di dalamnya tidak bisa mengembangkannya dengan baik. "Sayang, itu belum juga berubah," katanya seraya menambahkan bahwa peran NU tidak lebih hanya sebagai fasilitator dalam menentukan arah bangsa ini.

"NU itu organisasi keagamaan besar dan terbesar. Sudah teruji komitmennya dalam membangun negeri yang kita cintai ini. Siapa pun meyakini dengan seyakin-yakinnya. Karena memang telah dibuktikan sejarah," kata Nuh.

Dalam ilmu manajemen dan sumberdaya manusia, tambahnya, ada tiga kategorisasi penting. Ada kalanya sumberdaya kecil, maknanya juga kecil. Itu kewajaran dalam kepasrahan. Ada lagi sumberdaya kecil, namun maknanya besar. Itu adalah kemuliaan dan kecerdasan.

"Namun, ada yang jumlahnya besar namun maknanya kecil. Itu kedunguan. Yang luar biasa adalah jumlahnya besar maknanya juga besar. Itu merupakan perpaduan kecerdasan, kekuatan dan kemuliaan," katanya.

Selama ini, ujarnya, ada kesan NU adalah organisasi yang tradisional, lambat, dan ikhlas dalam manajemen. "Ada sejumlah solusi untuk mengatasi hal ini. Pertama, NU harus membangun networking (jejaring). Kedua, NU harus mulai memanfaatkan teknologi. Sudah saatnya kita membuktikan bahwa kita bisa," katanya.

Setelah membuat jejaring dan menguasai teknologi, ada ‘pekerjaan rumah’ besar yang harus dilakukan NU. "Yang sedang kita bangun adalah rumah NU. Bukan persewaan tenda yang hanya dipakai untuk pesta-pesta," kata Nuh disambut tepuk tangan hadirin.

"NU harus membangun rumah yang diisi oleh spektrum apa saja. NU harus menjadikan rumah itu nyaman ditempati oleh siapa saja," katanya kembali disambut tepuk tangan.
Gubernur Jatim Imam Utomo yang juga hadir pada kesempatan itu, dalam sambutannya berpesan, "Keberhasilan konferwil bisa dilihat saat pemilihan ketua. Saya berharap tidak ada konflik pemilihan nanti," tuturnya.

Pembukaan konferwil kemarin berlangsung cukup meriah. Tak kurang dari empat ribu Nahdliyin (sebutan untuk warga NU) dari berbagai pelosok di Jatim tumplek blek. Halaman Pesantren Zaenul Hasan benar-benar sarat dengan lautan manusia. Suasana pembukaan pun tambah meriah oleh berbagai hiasan dan aksesori NU yang serbahijau; warna khas NU. (sbh)