Warta

NU Fokuskan Lima Hal Penanggulangan Bencana

Senin, 5 Juni 2006 | 12:36 WIB

Jakarta, NU Online
Pasca-bencana gempa bumi yang meluluhlantakkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng), Nahdlatul Ulama (NU) memfokuskan pada lima hal penanggulangan bencana. Antara lain, bantuan logistik, bantuan kesehatan, rekonstruksi lembaga pendidikan (pesantren, madrasah) dan tempat ibadah (masjid dan musholla), penampungan anak yatim-piatu serta terapi spiritual pasca-traumatis.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPKNU), Dr Ing Bina Suhendra didampingi Koordinator Tim Tanggap Darurat, Avianto Muhtadi kepada NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (5/6)

<>

Menurut Bina, begitu ia akrab disapa, menjelaskan, untuk bantuan logistik, pihaknya mendasarkan sesuai kebutuhan riil dan paling mendesak dari para korban bencana tersebut. Bantuan itu antara lain, makanan, minuman, pakaian, perangkat sholat dan pembalut wanita. "Sekarang yang paling mendesak dan dibutuhkan ya itu. Kita memberikan bantuan tidak berdasarkan perkiraan,” tandasnya.

Selain itu, kata Bina, saat ini pihaknya juga telah mempersiapkan susu dan bubur siap saji untuk anak-anak. “Kita siap 30 dus bubur siap saji dan susu untuk 5 ribu anak,” terangnya.

Untuk bantuan kesehatan, Bina menjelaskan, sejak hari pertama bencana tejadi, pihaknya telah memberikan pelayanan kesehatan keliling. Bantuan hasil kerjasama dengan sejumlah Rumah Sakit itu, melibatkan 10 dokter dan sejumlah perawat serta dibantu dengan 6 unit mobil ambulans. “Dalam minggu-minggu ini sudah melayani ribuan pasien, katanya.

Masih terkait dengan bantuan kesehatan, Bina menambahkan, pihaknya juga merencanakan pengadaan sanitasi dan air bersih. “Kita juga akan adakan sanitasi, seperti MCK (mandi, cuci dan kakus, Red) dan pengadaan air bersih,” jelasnya.

Sementara itu, rekonstruksi lembaga pendidikan (pesantren, madrasah) dan tempat ibadah (masjid dan musholla) akan dilakukan kemudian setelah penanganan tanggap darurat selesai.

“Rekonstruksi tempat-tempat ibadah dan terutama lembaga pendidikan akan dilakukan kemudian setelah masa tanggap darurat ini selesai. Untuk rekonstruksi pesantren dan madrasah sangat penting, karena di situ nyawanya NU,“ terang Bina.

Hal lain yang menjadi perhatian NU adalah nasib anak-anak yatim-piatu. Menurut Bina, mereka (anak yatim-piatu akan ditampung di pesantren-pesantren yang berada di bawah naungan NU. “Kita akan tampung mereka di pondok-pondok (pesantren, Red) milik NU di sekitar Jawa Tengan dan Jawa Timur,“ pungkasnya.

Trauma para korban bencana tersebut juga menjadi prioritas NU. Untuk hal ini, kata Bina, NU memiliki cara sendiri dalam menangani para korban trauma, yakni dengan terapi spiritual. Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tahlil, dzikir dan taushiyah dari para ulama NU.

“Ini (tahlil, dzikir, taushiyah) cara dan tradisi yang dimiliki NU. Kalau cara ini dilakukan dengan konsisten dan konsekuen, Insya Allah, dalam waktu satu tahun mereka (para korban trauma) sudah bisa tenang,“ terang Bina. (rif)