Warta Geliat NU di Luar Negeri

NU Mesir, Potret Kebesaran NU (selesai)

Sabtu, 11 Maret 2006 | 14:17 WIB

Setelah berubah nama dan status dari Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) menjadi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI-NU), pengurus langsung bergerak cepat. Meski banyak kendala yang dihadapi, PCI-NU Mesir dengan perlahan tapi pasti menjalankan program-programnya. Apa saja yang telah dilakukannya?

Ahmad Millah Hasan, Jakarta

<>

Perubahan nama dan status dari KMNU menjadi PCI-NU ternyata membuat pengurus sedikit kerepotan menyesuaiakan dengan aturan PBNU. Karena mau tidak mau pengurus harus merombak semua tatanan organisasi, administrsi dan aksi. Pasca perubahan status dan nama itu, PCI-NU Mesir juga harus merancang program kegiatan secara matang. Setiap kegiatan juga diupayakan ada dokumentasi yang rapi, minimal sebagai pengalaman berharga yang bisa diwariskan pada generasi berikutnya untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
 
“Administrasi dan aksi, seperti dua mata koin yang tak dapat dipisahkan. Aplikasi program dua tahunan periodesasi PCI-NU Mesir, bisa dilihat dari segala bentuk aktivitas organisasi, ataupun aksi dari para aktivis PCI NU,” terang Muhammad Ulin Nuha.

Karena pengurus dan keder mayoritas berlatarbelakang mahasiswa dengan berbagai jenjang dan tingkatan, kegiatan yang bersifat pengembangan intelektual lebih terlihat dominan di PCI-NU Mesir. Diskusi keislaman dan berbagai masalah dunia dijadwal secara rapi. Tokoh NU, seperti Prof Dr KH Said Aqil Siradj dan KH Masdar Farid Mas’udi  pernah mengisi diskusi di PCI-NU Mesir.

Yang menarik, pada akhir Februari 2006 lalu, Lakpesdam PCI-NU Mesir mengadakan launching dua buku baru hasil diskusi intensif selama setahun. Kedua buku tersebut berjudul “Melacak Epistemologi Pemikiran Turats Klasik” dan “Sabda Islam Progresif”. Kedua buku tersebut diterbitkan sebagai salah satu upaya dakwah PCI-NU Mesir dalam mengembangkan intelektual, dan juga sebagai salah satu ritual keilmuaan mahasiswa NU. Launching dan bedah buku itu dihadiri pemikir kawakan Mesir Dr Hasan Hanafi. “Buku-buku dan majalah soal ke-NU-an pun kerap diterbitkan oleh PCI-NU Mesir. Salah satunya buku pedoman ke-NU-an bagi para anggota,” ungkapnya.

Keberadaan NU memberikan warna tersendiri bagi dunia Islam di Mesir. Seperti di Indonesia, warga NU di Mesir juga melakukan ritual keagamaan seperti di Indonesia, di antaranya tahlil, istighotsah, nisfu sya’ban, peringatan nuzulul Qur,an (turunnya Al-Qur’an), Maulid Nabi Muhammad SAW, dan buka puasa bersama pada saat bulan ramadhan.
 
Pada bulan Ramadhan tahun lalu, sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Mesir, PCI-NU telah menggelar acara "Dzikir dan Buka Bersama". Acara ini merupakan program tahunan PCI-NU Mesir, yaitu pada setiap bulan Ramadlan. PCI-NU juga menggelar peringatan "Nuzulul Qur`an dan Buka" bersama pejabat kedutaan besar Indonesia untuk Mesir. Acara ini diselenggarakan di Griya Jawa Tengah yang telah diresmikan oleh Wakil Gubernur Jateng beberapa waktu lalu. ”Adanya NU, kita merasa di negera sendiri,” tutur Ulin Nuha.

Agar proses pengkaderan berjalan lancar, melalui Lembaga Kaderisasi Nahdlatul Ulama (LKNU), PCI-NU Mesir mengadakan Orientasi Penerimaan Anggota Baru (Opaba). Kegiatan rekrutmen anggota baru tersebut diselengarakan setiap tahun. Dalam acara tersebut, para peserta mendapat pengetahuan seputar Sejarah dan Peran NU, serta mengenal PCI-NU Mesir. ***