Warta

PBNU: Nasib Sandera Korsel Tergantung AS

Rabu, 8 Agustus 2007 | 09:32 WIB

Jakarta, NU Online
Nasib 21 warga Korea Selatan (Korsel) yang disandera kelompok militan dan gerilyawan Taliban di Afganistan, tergantung penuh pada Amerika Serikat (AS). ”Kalau Amerika Serikat sudah bilang tidak bisa, tidak akan ada ruang negosiasi. Kalau tidak negosiasi, maka tidak akan ada jalan masuk bagi Korsel untuk membebaskan warganya,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi

Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace mengatakan hal itu kepada wartawan usai menjadi pembicara utama pada Lokakarya ”Membangun Habitus Teknologi Informasi di Kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU),” yang diselenggarakan NU Online di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Rabu (8/8).

<>

Sebagaimana diketahui, Taliban bersedia membebaskan warga Korsel yang mereka sandera sejak 19 Juli lalu jika pemerintah Afganistan juga mau membebaskan anggotanya yang juga ditawan. Sementara, pemerintah Afganistan tak mungkin membebaskan tawanannya tanpa seijin AS.

Hasyim menilai, kecil kemungkinan AS bakal mengijinkan pemerintah Afganistan, apalagi membebaskan tawanannya kepada kelompok militan-garis keras tersebut. Tuntutan Taliban atas penarikan mundur 200 pasukan Korsel yang merupakan pasukan koalisi AS di Afganistan pun sulit dipenuhi AS.

Sikap terbuka Taliban untuk bernegosiasi dengan Korsel yang telah dilakukan dalam upaya pembebasan sandera, terang Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu, tak akan banyak berpengaruh selama AS tidak mau membuka ruang negosiasi antara Korsel-Afganistan dan Taliban.

”Sekalipun Taliban sudah membuka diri untuk Korsel, tapi itu tetap tidak bisa masuk. Karena itu sudah masuk pada wilayah pemerintahan, itu sudah masuk pada fatzoen hubungan internasional,” pungkas Hasyim.

Kondisi itu, tambah Hasyim, jelas sangat mengkhawatirkan dan menyulitkan bagi para sandera. Sementara, lanjutnya, negara-negara di sekitar Afganistan tak ada yang mampu menjadi penengah dalam masalah ini. Sedangkan, pihak Taliban sendiri pun tak mungkin terus mempertahankan para sanderanya. ”Taliban kan juga nggak mungkin terus menghidupi sanderanya,” tandasnya.

Hasyim sangat menyayangkan sikap AS yang seolah-olah membiarkan begitu saja masalah tersebut. Ia menilai, hal serupa tidak mungkin dilakukan AS jika ada warganya yang disandera oleh lawan politiknya di negara lain. AS mesti melakukan segala macam cara, termasuk penggunaan standar ganda, jika terjadi hal serupa pada warganya.

Pesan PBNU Diterima Taliban

Dalam kesempatan itu, Hasyim juga mengatakan, pesan PBNU atas desakan pembebasan para sandera sudah diterima pihak Taliban. Ia berharap, desakan yang merupakan tindak lanjut permintaan Korsel melalui Duta Besarnya untuk Indonesia kepada PBNU itu dapat diperhatikan oleh Taliban meski ruang komunikasinya cukup sulit.

”Namun, desakan apapun tidak akan banyak berpengaruh jika keempat pihak (AS, Afganistan, Taliban dan Korsel, Red) tidak mau bernegosiasi,” tandasnya. (rif)