Warta

Pemerintah Bermain Api Soal NII, Panji Gumilang Tiga Kali Datangi Tebuireng

Selasa, 3 Mei 2011 | 08:20 WIB

Jombang, NU Online
Pemerintah ibarat bermain api dalam menangani gerakan NII (Negara Islam Indonesia). Betapa tidak, pemerintah cenderung lamban dalam memadamkan percikan api tersebut. Jika ini terus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan api itu akan membesar hingga membakar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Pernyataan keras itu dilontarkan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid "Sebenarnya NII itu masalah lama, namun anehnya tidak pernah ada tindakan konkret dari pemerintah. NII harus ditumpas," kata Gus Solah di kediamnnya, Selasa (3/5) seperti dilansir beritajatim.com.
/>
Adik kandung mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini punya pengalaman tersendiri soal NII. Ceritanya, tiga tahun lalu ia pernah mendampingi korban 'cuci otak'. Keluarga tersebut mendatanginya guna melaporkan kasus yang menimpa salah satu anaknya. Selanjutnya, Gus Solah mendampingi keluarga tersebut ke Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol (Purn) Arsyad Mbai.

Hanya saja, hingga saat ini laporan itu tidak ada tindakan konkret. Hingga akhirnya, kasus ini ramai dibicarakan media. "Artinya, ini persolaan lama. Tapi anehnya pemerintah tidak bertindak tegas. Ibarat api, ketika masih kecil harus dipadamkan. Jika dibiarkan sangat berbahaya," tegasnya.

Mantan wakil ketua Komnas HAM ini menegaskan, gerakan ideologisasi yang dilakukan NII bisa masuk kategori makar. Pasalnya, lembaga tersebut menginginkan pendirian negara yang berazas Islam. Mereka tidak sepakat dengan NKRI. "Nah jika ini makar mengapa dibiarkan. Sekali lagi, pemerintah melakukan pembiaran dalam kasus NII," ujarnya menambahkan.

Gus Solah memastikan bahwa NKRI adalah harga mati. Artinya, menurutnya, wacana mendirikan negara Islam sama halnya dengan mendirikan negeri hayalan. Pasalnya, semua itu sudah termaktub dalam Pancasila. "Selama ini Islam dan Pancasila tidak bertentangan," tegasnya.

Soal gerakan NII diidentikan dengan pondok Al-Zaitun, Indramayu, pimpinan AS Panji Gumilang,  Gus Solah meminta pemerintah melakukan penyelidikan untuk membuktikan hal itu. "Saya juga sering mendengar tudingan itu. Namun kebenarannya saya sendiri tidak tahu," katanya.
 
Gus Solah hanya menjelaskan bahwa pimpinan Pondok Al-Zaitun itu pernah mengunjungi Ponpes Tebuireng Jombang sebanyak tiga kali. Pertama, Panji Gumilang datang pada saat Pondok Tebuireng dipimpin oleh pamannya, KH Yusuf Hasyim.

Kedua, lanjutnya, Panji Gumilang datang ke Tebuireng dalam rangka bertakziah meninggalnya Pak Ud, yakni pada Januari 2007. Dan yang terakhir, pimpinan Al-Zaitun datang lagi pada saat takziah meninggalnya mantan Presdien RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "Tidak ada pembahasan khusus, hanya silaturahmi biasa," terangnya.
 
Menurut cucu pendiri NU ini, Panji Gumilang adalah sosok pribadi yang pandai meyakinkan orang. Selain itu, pendiri Al-Zaitun itu juga pandai berdiplomasi. "Kalau masalah ada kaitannya NII dengan Al-Zaitun, saya sendiri tidak tahu. Itu tugas aparat untuk menyelidikinya," pungkasnya. (hdy)