Warta

Pengambilan Sidik Jari Dapat Picu Ketegangan

Sabtu, 10 Desember 2005 | 03:05 WIB

Kediri, NU Online
Rencana pengambilan sidik jari oleh petugas kepolisian terhadap para santri, dapat memicu terjadinya ketegangan antara pemerintah dengan kalangan pondok pesantren. Demikian diungkapkan pengasuh Ponpes Assaidiyah, Jamsaren, Kediri, Jawa Timur, KH Anwar Iskandar atau Gus War di Kediri, Jumat. "Silakan teruskan rencana tersebut, pasti kalangan ulama akan tersinggung yang bisa menimbulkan ketegangan dengan pemerintah," ujarnya.

Menurut Gus War, pemerintah sekarang ini sudah terjebak dalam skenario konspirasi global yang banyak didominasi oleh kepentingan negara-negara Barat. Dengan mengutip teori politik internasional, Gus War menyebutkan, sejak perang dingin usai, Amerika Serikat menjadikan negara-negara Islam sebagai musuh utamanya. "Ini sesuai dengan desain pemikiran Wapres AS Dick Cheney, semasa aktif di CIA dulu," katanya, menegaskan.

<>

Pemikiran tersebut disambut dengan pernyataan mantan PM Singapura Lee Kuan Yeuw bahwa terorisme banyak bersembunyi di lingkungan pesantren di Indonesia.   "Pernyataan itu sekarang ini kembali didengung-dengungkan lagi oleh Wapres Jusuf Kalla, terutama setelah mempelajari rekaman VCD yang berisi pengakuan pelaku bom Bali II," tambah Gus War.

Padahal, jika polisi tetap mengambil sidik jari para santri di pondok pesantren, sama halnya aparat melakukan teror terhadap pondok pesantren.  "Kalau itu tetap dilakukan, berarti pemerintah melakukan tindakan terorisme pada pondok pesantren," ujarnya dengan nada meninggi.

Dalam kesempatan itu juga, Gus War menyayangkan mengapa sampai detik ini PBNU dan badan otonomi di bawahnya seperti Rabithah Ma’ahidil Islamiyah (RMI, organisasi pondok-pondok pesantren) tidak mengeluarkan sikap secara resmi, menentang upaya pemerintah tersebut. "MUI dan Muhammadiyah saja sudah mengeluarkan pernyataan resmi terkait persoalan itu," imbuhnya.

Kalau pun Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi sempat menolak rencana tersebut, menurut Gus War, hanyalah bersifat pendapat pribadi saja. Penolakan terhadap rencana pengambilan sidik jari tersebut, sekarang ini semakin menguat.

Sebelumnya dalam kesempatan berbeda di Kediri, KH Hasyim Muzadi dan Amien Rais secara tegas meminta agar aparat tidak meneruskan rencana itu. Disusul kemudian pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri KH Idris Marzuqi, yang secara tegas menyatakan tidak bersedia santri di pondoknya dimintai sidik jari.

Sikap yang sama juga dilontarkan pengasuh Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri, KH Zainuddin Djazuli dan pengasuh Ponpes Raidlatut Thalibin, Kencong, Kediri, KH Jawaharlal Nehru serta pengasuh Ponpes Maesan, yang juga Ketua PCNU Kabupaten Kediri KH Nadjib Zamzami.

Bahkan dalam pernyataan persnya, KH Idris Marzuqi menyatakan bahwa jika hal itu dilakukan, kalangan pondok pesantren siap menarik dukungan terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.(ant/mkf)