Warta

Pilkada Naikkan ‘Syahwat’ Politik NU

Senin, 18 Februari 2008 | 12:09 WIB

Jakarta, NU Online
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di sejumlah daerah di Indonesia berpengaruh besar terhadap Nahdlatul Ulama (NU). Pesta demokrasi lokal itu sukses menaikkan ‘syahwat’ (baca: hasrat) berpolitik warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU).

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar NU Masdar Farid Mas’udi kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/2).<>

Menurut Masdar, syahwat politik itu cenderung tak terkendali meski NU berulang kali menegaskan diri untuk kembali ke Khittah 1926. "Dan, ‘telanjang’ menghadapi pilkada di berbagai tempat," katanya

Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) itu menambahkan, saking bernafsunya terhadap pilkada, NU bahkan terlihat lebih agresif dibanding partai politik.

"Hal itu nampak jelas pada saat partai-partai politik masih tidur berselimut, NU malah sudah sibuk menetapkan siapa calon untuk pilkada, sekaligus sibuk mencarikan pasangan dan membuat jaringan pendukungnya. Dan, kalah," katanya.

Tak hanya itu. Menurut dia, figur yang diusung atau mengusung diri adalah orang pertama yang notabene menjadi simbol dan representasi organisasi.

"Maka, orang pun berkesimpulan lebih jauh, NU bukan saja masih mengidap syahwat politik tegangan tinggi, tapi sekaligus diturunkan martabatnya menjadi alat politik para elitnya belaka," katanya.

Kondisi itu, kata Masdar, jelas sangat menyedihkan sekaligus mencemaskan. Hal itu merupakan persoalan mahaserius yang kalau dibiarkan terus berlanjut, bukan saja akan merontokkan kewibawaan NU, tapi juga mengancam eksistensinya.

Oleh karena itu, kata Masdar, kalangan petinggi NU, terutama para ulama di jajaran syuriyah, harus segera mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan NU dari penyimpangan.

"Para kiai yang mukhlis dan arif, terutama di jajaran syuriyah yang menurut konstitusi NU paling bertanggung jawab, harus segera ‘turun gunung’ menyelamatkannya," katanya. (rif)