Warta

Sekolah Menerjemah NU Mesir Semakin Diminati

Selasa, 14 Oktober 2008 | 06:28 WIB

Kairo, NU Online
Selasa petang (07/10), Sekolah Menerjemah Afkâr Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir atau yang akrab disebut SMA untuk kesekian kalinya diadakan. Pada kesempatan kali ini mengangkat tema "Larangan Percampuran Mahasiswa dan Mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Manufiyah Mesir".

Judul asli dari artikel tersebut adalah "man’u ikhthilâth al-thalabah wa al-thâlibât fî thibbi al-Manûfiyyah,..bâtil!?” yang diambil dari situs majalah Rose al-Yosef (www.rosaonline.net) edisi (28/09) yang lalu.<>

Dalam artikelnya, penulis memaparkan sebuah wacana yang terjadi Universitas Manufiyah Mesir. Mulai tahun ajaran baru kemarin, Fakultas Kedokteran pada Universitas tersebut memberlakukan sistem pembelajaran baru yang memisahkan antara mahasiswa dan mahasiswi dari tingakat satu sampai tingkat lima, baik dalam proses pengajaran di kelas maupun praktikum di laboratorium.

Dekan Fakultas menerapkan sistem ini karena menurutnya, dengan bercampurnya mahasiswa dan mahasiswi dalam satu kelas dengan kuota yang sangat besar menyebabkan proses penyampaian pelajaran tidak kondusif dan memicu pengabaian akhlak serta materi yang disampaikan para dosen.

Setelah Rizka Maulana -sebagai penerjemah dan presentator pada SMA kali ini- usai menyampaikan ulasannya baik secara substansi maupun metode penerjemahan yang ia gunakan, Ahmad Hadidul Fahmi selaku moderator menggiring audien untuk mengkritisi hasil terjemahan yang telah disampaikan.

Seperti biasa, kritik dan wacana soal EYD masih tetap ditekankan. Model serta kualitas penerjemahan kemudian ditelusuri via komparasi hasil terjemahan dengan artikel aslinya yang kemudian memantik siswa begitu berantusias dalam mengutarakan argumennya.

Pada agenda ini, forum bersepakat bahwa untuk periode ini, sistem yang digunakan dalam penerjemahan di SMA berbeda dengan periode sebelumnya. Jika dahulu sistem yang digunakan lebih menonjolkan subastansi dan membenarkan sistem penerjemahan bebas atau free translation (Terjemah Hermenetis), maka untuk periode sekarang lebih condong ke diksi yang dipilih dalam penerjemahan, Lingusitik dan penyusunan struktur kalimat yang benar.

Forum juga bersepakat bahwa untuk substansi kajian Afkâr akan lebih ditekankan pada agenda Pesantren Afkâr. Hal ini ditempuh karena tema yang diangkat dalam SMA dan Pesantren Afkâr mempunyai keterkaitan. Maka diharpakan SMA benar-benar lebih optimal sebagai tempat belajar menerjemah bagi Kru Majalah Afkâr.

Sedikit bebeda dengan SMA ataupun kegiatan Afkâr yang dilaksanakan sebelumnya, untuk pertama kali SMA tidak dilaksanakan di sekretariat PCINU Mesir, namun kali ini dilaksanakan di markas Tebuireng Center di bilangan Gami' Swessry B. Hal itu disebabkan karena adanya jadwal agenda yang sama dengan Lembaga Bahsul Masa’il (LBMNU) yang menggelar kajiannya di sekretariat.

Pada kesempatan ini, selain dihadiri oleh kru Majalah Afkâr periode 2008-2009, hadiri juga Maria Ulfa el-Fauzi selaku Pimred tahun lalu dan M. Luthfi al-Anshori selaku Wakil Ketua Tanfidziyyah PCINU Mesir sekaligus Redaktur Ahli Majalah Afkâr.

Hingga saat ini, SMA menjadi salah satu program unggulan Afkâr dan NU Mesir. SMA Afkâr didirikan pada tahun 2004, ketika tampuk kepemimpinan Afkâr dinahkodai oleh Ahmad Ginandjar Sya'ban (Atjeng) dan Robith Qoshidi, sekaligus menjadikan Sunan Husni Hidayat sebagai direkturnya. SMA didirikan sebagai media mengasah kemampuan terjemah dan menulis para kader Afkâr, sekaligus sebagai media transformasi ilmu pengetahuan. (atj)