Warta

Tata Kelola Madrasah Masih Buruk

Senin, 1 September 2008 | 01:37 WIB

Brebes, NU Online
Sistem dan tata kelola madrasah diniyah masih buruk. Sehingga madrasah sulit berkembang meskipun sudah berumur puluhan tahun. Apalagi, sebagai lembaga nonformal tidak mendapatkan sokongan dengan sepenuh hati dari pemerintah.

Demikian Diungkapkan Manajer Integraten Learning Society, Aufal Ma’rum, pada Seminar dan Workshop Transformasi Madrasah Menuju Sistem Pendidikan Strategik Berbasis Manajemen di Aula Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (28/8) lalu.<>

“Solusinya, harus ada upaya konkret menata madrasah dari stake holder-nya sendiri, bukan mengharap dari pihak luar semata,” ungkap Aufal.

Aufal menandaskan, tanpa proses kreatif dari intern, madrasah dan keterlibatan penuh dari stake holder, maka jangan harap perkembangan itu bisa muncul. Maka, perlu dibuatkan Rencana Pengembangan Madrasah (RPM) yang rapi dan berstruktur jelas.

Selama ini, menerutnya, manajemen madrasah masih sebatas manajemen tukang cukur. Atau juga manajemen keluarga. “Madrasah, hanya dikelola satu keluarga, sementara orang tua santri, tokoh masyarakat, tokoh agama dan stake holder lain tidak dilibatkan sama sekali,” kritiknya.

Padahal, keterlibatan mereka sangat mendukung investasi pengembangan. Dengan tata pengelolaan yang modern, akan membuka mata dan hati lebih peduli pada madrasah. “Bagaimana akan ikut ngurusi, kalau tidak dilibatkan?” ucapnya.

Aufal mengakui, upaya menata madrasah dengan manajemen modern memang berat, karena kulturnya yang telah tumbuh lama. Namun, dia bersama timnya tidak patah arang, pasalnya dengan upaya konkret yang dijalaninya akan mendatangkan hasil yang maksimal sehingga berbuah madrasah yang diprimadonakan masyarakat.

Penataan Manajemen, dia jalankan setelah mendapatkan kuliah singkat dari Universitas Leeds, Inggris. Bersama 25 orang lainnya se-Indonesia, bertekat menata madrasah dengan konsep yang ditawarkan bisa mendatangkan solusi andal demi kemajuan madrasah.

Maka Pengurus Besar NU menggandeng Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, British Council dan Integrated Learning Sociaety, menggarapnya melalui workshop dan seminar.

Worshop dan pelatihan yang diikuti 30 peserta dari 10 MDA itu dibuka sekretaris Pengurus Cabang NU Kabupaten Brebes, Ali Nurdin. Dia berharap kegiatan itu bisa ditindaklanjuti oleh seluruh peserta dan dikembangkan di madrasah masing-masing. (was)