Warta HARLAH KE-85 NU

Umat Hadapi Masalah Berat

Sabtu, 16 Juli 2011 | 10:09 WIB

Jakarta, NU Online
Islam adalah agama yang menyempunakan agama-agama terdahulu dan memiliki visi besar sebagai rahmatan lil alamin. Agama yang menebarkan kasih sayang di muka bumi. Selain itu, misi mulia diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan moral umat manusia.

Namun saat ini umat Islam menghadapi masalah besar. Setidaknya di Indonesia, umat Islam dan rakyat pada umumnya, dijepit persoalan yang pelik dan berat.
<>
Di level negara, korupsi sudah merajalela dan dianggap biasa. Di saat sama, masyarakat dirusak oleh pornografi dan pornoaksi. Dan negara tampak kedodoran mengatasinya.

Yang lebih memberatkan lagi, ada sekelompok kecil orang-orang yang mengobarkan permusuhan dan membuat keresahan. Yaitu penganut ajaran radikal dan fundamentalis yang suka menuding kaum muslimin dengan jargon bid’ah, churafat dan syirik, bahkan mengkafirkan.

Rais Aam Syuriyah PBNU, Dr KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz menyampaikan hal itu dalam Pembukaan Multaqo al-Shufi al-Alamy (Konferensi Sufi Internasional) bertema “Membangun Peradaban Dunia yang Damai, Adil dan Jujur  Melalui Ajarah Tarekat Mu’tabaroh” yang digelar PBNU di Jakarta, Sabtu.

Konferensi dalam rangka Harlah ke-85 NU itu akan berlangsung sampai besok (17/7). Dihadiri seluruh pemimpin jam’iyyah tarekat (thoriqoh) mu’tabaroh seluruh dunia. Juga dihadiri para mursyid dan pengurus Jam’iyyah Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah (Jatman) seluruh Indonesia. Unsur pemerintah, Kementrian Agama RI, perwakilan perguruan tinggi Islam dan beberapa pengamat Islam internasional juga hadir.

Lebih lanjut Kiai Sahal mengatakan, ulah orang-orang ekstrem tersebut telah membuat disharmoni dalam masyarakat. Sehingga umat dikepung dalam keburukan atas dan bawah. Dan secara horisontal terjadi pertentangan.

“Kondisi masyarakat kita sangat berat. Negaranya digerogoti korupsi, dan norma sosial dirusak pornografi. Di saat sama terjadi disharmoni akibat ulah sekelompok kecil orang yang menebar fitnah terhadap umat Islam,” tutur pemimpin tertinggi di NU maupun MUI ini.

Tasawuf Adalah Solusi

Kiai Sahal Mahfudz yang memegang ototitas tertinggi dalam organisasi ulama di Indonesia ini menyatakan, dalam dunia yang karut marut demikian, ajaran tasawuf bisa menjadi solusi.

Sebab, terangnya, tasawuf mengajarkan Islam sebagaimana misi Nabi membawa rahmat bagi seluruh manusia. Yakni penuh kasih sayang atau welas asih. Didikannya cinta damai dan menjauhi kekerasan.

“Para sufi selalu mengajarkan akhlak mulia dan menampilkan Islam yang lurus rohmatan lil alamin. Prinsip keagamannnya teguh pada nilai eksoterik dan esoterik. Eksoterik yang menjadi aspek formal kita kenal sebagai syariah dhohiriyah, sedang esoterik sebagai aspek substansi kita kenal syariah batiniyah. Keduanya melahirkan perilaku terpuji dan membuang perbuatan tercela,” terangnya.

Di saat sama, lanjutnya, para pengamal tasawuf atau sufi, mengutuk keras perilaku korupsi dan kolusi yang nyata menyengsarakan rakyat. Perilaku koruptif, adalah akhlak tercela akibat seseorang dikendalikan nafsu hayawaniyah (hewani) yang serakah alias tamak.

“Ajaran tasawuf yang membimbing manusia mengendalikan nafsunya, jika diterapkan oleh para pemimpin agama, maka clean and good government bukan impian,” harapnya.

Lebih lanjut Kiai Sahal menyampaikan, dalam membangun perdamaian dunia, para sufi menjadikan sikap tercela sebagai musuh bersama yang harus dikikis dari dalam diri setiap insan. Sehingga diharapkan lahir sikap terpuji nan mulia.

Dalam hal ini, lanjutnya, para sufi menggunakan teori takhalli dan tajalli. Nilai menjadi fondasi dalam membangun moral bangsa dan perdamaian dunia, dan itu relevan sepanjang masa.

“Apabila para pemimpin negara dan rakyat jelata mengamalkan ajaran sufi, serta semua warga dunia menjauhi perbuatan tercela, maka perdamaian dunia bisa nyata,” pungkasnya.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan