Warga Nahdlatul Ulama (NU) di ibukota Australia, Canberra, dan sekitarnya menjalankan ibadah puasa Ramadhan mulai Senin (1/9) besok. Hal itu mengikuti keputusan pengurus masjid setempat.
Demikian dikatakan Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Australia-Selandia Baru, HS Eko Zuhri Ernada, di Canberra, Ahad (31/8). "Komunitas NU di Canberra menghargai toleransi dengan masyarakat (Muslim) setempat," katanya.<>
Ernada mengatakan, pihaknya memang tidak melakukan rukyat (pengamatan terhadap bulan) sendiri, tetapi mengikuti keputusan mesjid di mana komunitas NU berada.
Bagi umumnya umat Islam di Canberra, termasuk kalangan NU, puasa pertama jatuh pada 1 September. Dengan demikian, Ahad malam adalah hari pertama salat Tarawih.
"Minggu malam ini kita sudah mulai tarawih," kata kandidat doktor yang meneliti perbandingan masalah kebebasan beragama di negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Indonesia itu
Kebijakan mengikuti keputusan pengurus mesjid di mana kalangan NU di Australia berada itu juga didasarkan pada kenyataan bahwa NU tidak memiliki mesjid sendiri yang dapat memberikan pelayanan kepada jamaahnya jika pengurus mengambil keputusan sendiri berkaitan dengan penetapan Ramadhan.
Selain di Canberra, sekira 500 anggota PCINU Australia-Selandia Baru juga berdomisili di berbagai kota utama negara bagian Northern Territory (NT), New South Wales, Queensland, Victoria, Australia Selatan, Australia Barat, dan Tasmania. Umumnya mereka adalah mahasiswa, residen tetap dan kaum pekerja.
Sementara itu, Hidayat Amir, mahasiswa Indonesia yang mengambil program doktoral bidang ekonomi di Universitas Queensland (UQ), mengatakan, ia sedang menunggu keputusan Queensland Muslim tentang penetapan pertama puasa ramadhan.
"Sesuai rencana, sekira pukul 21.00 waktu Brisbane, Queensland Muslim akan mengumumkan hasil rukyat mereka melalui layanan pesan singkat (SMS)," katanya.
Mantan pengurus Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) ini mengatakan, ia pribadi cenderung mengikuti penetapan awal dan akhir ramadhan yang dilakukan institusi Islam setempat sehingga setuju dengan apa yang menjadi kebijakan PCINU Australia-Selandia Baru.
"Saya cenderung setuju dengan teman-teman NU di Australia yang merujuk ke institusi Islam setempat dalam penetapan awal dan akhir Ramadhan," katanya. (ant/eko)
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
3
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
4
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
5
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
6
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 229: Ketentuan Hukum Talak Raj’i dan Khulu’
Terkini
Lihat Semua