Wawancara

ISNU ingin Siapkan SDM Nahdliyin

Selasa, 30 Oktober 2012 | 05:19 WIB

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, sebagai wadah para anak sekolahan NU, mengambil peran-peran strategis untuk kemajuan bangsa, negara, dan NU. Peran yang paling utama dalam bidang pemberdayaan pemikiran. 
<>
Untuk tujuan itu, organisasi yang diketuai Ali Masykur Musa, segera melakukkan konsolidasi ke dalam dan ke luar. Ke dalam, melakukan percepatan pembentukan kepengurusan di daerah-daerah. Di sisi lain, juga berupaya menyumbangkan pemikiran dengan mengkaji berbagai persoalan yang berkembang dewasa ini. 

Pada gilirannya, hasil kajian tersebut bisa dimanfaatkan warga NU dan masyarakat umum, bahkan pemerintah. 

Untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan ISNU sekarang ini, Abdullah Alawi dari NU Online berhasil mewawancarai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat ISNU, Kholid Syeirazi, di gedung PBNU, Kamis, (11/10). Berikut petikannya.

Sekarang ini ISNU lagi ngapain?

Lagi mendiskusikan delapan isu besar. Kita mengundang para pakar, para ahli yang kompeten, baik dalam ISNU sendiri, maupun dari luar; untuk mengkaji, membahas delapan isu besar. Yang pertama soal ketahanan pangan, putaran pertama. Insya Allah, nanti putaran kedua itu soal energi, pertambangan dan lingkungan hidup. Kita gali eksplorasi peta persoalannya dan peta jalan keluarnya untuk menyelesaikannya persoalan itu. Kemudian yang ketiga itu ekonomi makro. Ini terkait dengan arsitektur dan mazhab pembangunan ekonomi nasional. Itu kita diskusikan. Kemudian yang keempat itu soal infrastruktur. 

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi itu adalah dari infrastruktur yang membuat global competitifness Indonesia. Jebloknya itu karena infrastruktur. 

Kemudian yang seterusnya itu geopolitik dan diplommasi internasional. Ini untuk membaca dan memetakan posisi Indonesia dalam kancah percaturan negara-negara lain di dunia. Nanti kita ingin tahu di mana negara Indonesia dan letak strategis Indonesia di mana aja. 

Saya kasih contoh misalnya selat Hormuz . Iran itu hanya punya satu selat Hormuz. Tapi dia bisa menggoncang dunia dengan rencananya untuk memblokir itu karena dia lalu lintas dari sekitar 40% perdagangan minyak dunia. 

Nah, sementara Indonesia ini negara kepulauan. Punya banyak selat, misalanya selat Malaka. Ini selat yang memiliki chek point ya, dari lalu lintas perdagangan Indonesia. Kalau kita misalnya mau tutup selat ini bisa berdampak seperti ancaman Iran. 

Jadi, kita harus mengerti posisi itu bahwa kita ini juga punya daya tawar. Tapi kadang kita tidak tahu posisi kita sehingga menjadi lemah. Padahal sebenarnya kita ini kuat. Kita ini tidak punya pola identifikasi kita itu siapa. Kalau misalanya Anda tahu bahwa Anda burung, berarti bisa terbang. Kalau Anda katak, Anda bisa melompat. Kadang kita itu tidak tahu bahwa kita itu burung, bahkan burung besar. Kita ini seperti katak, hanya melompat-lompat, padahal bisa terbang. Itu geopolitik. 

Yang seterusnya, itu persoalan ppemerintahan otonomi daerah. Sekarang ini kita melihat ekses luar biasa dari pelaksanaan otonomi daerah. Misalnya banyak sekali Perda-Perda yang diterbitkan kemudian dianulir oleh Kementerian Dalam Negeri karena tidak sesuai dengan peraturan di atasnya. Selain tidak sesuai secar yurdis, secara ekonomis juga mmennghambat investasi karena dari sekian ribu, kalau tidak salah dari 3000 Perda, yang 1000 itu dibatalkan itu duplikasi pungutan. Yang sebenarnya itu kewenangan pusat, daerah ikut-ikut memungut retribusi macam-macam dan segala macam sehingga mengakibatkan ekonomi mengalami biaya tinggi. 

Selain itu juga misalnya ada Undang Minerba itu undang-undang yang pro otonomi daerah. Salah satu implementasinya adalah memberikan kuasa pertambangan itu kepada kepala daerah, bupati, dan gubernur. 

Jadi kalau mainsetnya itu areal tambangnya itu di kebupaten, yang berhak memberi kuasa pertambangan adalah  bupati. Saya kasih contoh, sekarang ini kita punya 16000 izin usaha pertambangan yang di antaranya adalah berwujud KP-KP pertambangan itu. Dari 16000 yang clean and clear itu hanya 4000-an. 

Jadi, 60% itu bermasalah. Itu jadi aspek prosedur. Dari aspek penerimaan negara dari 10000 izin usaha pertambangan 76 perjanjian kontrak karya pertambangan batu barat dan 46 kontak karya, royalti yang diterima oleh negara dalam satu tahun itu hanya 24 trilyun. Jadi sangat sedikit dibandingkan dengan kerusakan lingkungan dan keuntungan ekonmi yang sudah dibawa pergi oleh para kontraktor dan pelaku usaha itu. Dan menurut pengakuan Dirjen Minerba, hanya 20 % pelaku usaha tambang yang membayar royalti karena memang tidak ada datanya karena bupati itu asal mengeluarkan KP (Kuasa Pertambangan) izin untuk melakukan eksplorasi dan produksi. 

Makanya, nanti ada KP eksplorasi. Jadi kita juga ingin melihat bagamna ekses pelakasana operasi di daearh ini juga terkait dengan  rekomendasi NU yang meminta peninjauan ulang terhadap Pemilukada karena kalau mengacu kepada kaidah  fiqih, ternyata madaratnya itu sudah lebih besar sekarang ini ketimbang maslahatnya. Makanya perlu ditinjau ulang apakah implementasi, atau peraturan-peraturan turunannya sehingga ekses-ekses negatif itu bisa dihilangkan.

Dan yang terakhir, karena kita ini negara yang mayoritas muslim, dan kita negara demokrasi terbesar din dunia, kita juga ingin tahu bagaimana dari sisi peran agama dalam menyongsong dan menjadi elemen penting kebangkitan Indonesia ke depan karena kehadairan Indonnesia sebagai negeri muslim demokratis di dunia itu sekarang sekaligus menghempang, menampik teori Huntungton tentang benturan peradaban. 

Huntington bilang kan ke depan itu kekuatan ekonomi selesai dengan menang kapitalisme kan. Ke depan itu adalah ideologi antara demokrasi Barat, Islam, dan Konfusinisme. Tapi indoneisa ini berhasil mencapai sintasis yang di tempat-tempat lain itu susah, untuk mengkonvergensikan antara Islam dan demokrasi. Dan kita ingin tahu seperti apa aktualisasi Islam yang kompatible dengan cita-cita kita menjadi burung yang terbang tadi. 

Nama dari delapan topik ini apa?

Kita bikin namanya cetak biru dan peta jalan kebangkitan Indonesia. Nanti hasil diskusi ini akan kita rumuskan ke dalam poin-poin strategis besar yang  pada gilirannya akan kita sumbangakan kepada publik. Nanti kita akan ujisahihkan kita akan roadshow ke perguruan-perguran tinggi dan juga kepada pesantren-pesantren dan akan disumbangkan kepada sipa pun memimpin Indonesia ke depan.

Sababul wurud dari kegiatan ini apa? 

Adalah keprihatinan kita terhadap sikap yang pesimis keadaan. Setidaknya keprihatinan. Saya tidak ingin kita ini merasa nggak punya masa depan. Kita ini optimis. Kita ini sekarang ini dipuji-puji oleh negara-negara di dunia sebagai salah satu kandidat raksasa ekonomi dunia.

Apa dasar pendapat mereka?

Di tengah perekonomian Amerika yang hingga sekarang belum pulih dan gelombang resesi panjang di Eropa, dan hampir semua pertumbuhan ekonomimnya minus; di Asia, salah satunya Indonesia, ini menunjukkan trend yang naik terus pertumbuhan ekonominya. Karena itu, pengakuan dari Amerika sekarang ini, karena ayunan pendulum dari poros Amerika dan Eropa akan bergeser ke Asia, Asia Fasifik. Sekarang ini, Amerika akan menggeser fokus kekuatan militer dari Atlantik ke Fasisifik untuk mengamankan itu. Kita harus mengantisipasi itu. Anda pernah baca buku Farid Zakaria Right of the Rice, bangkitnya kekuatan dunia yang lain, selain Amerka dan Eropa.

Faktor apa Indonesia bisa seperti itu?

Satu, aspek ekonomi ya. Kita penduduknya luar biasa besar. Penduduk kita 235 juta. Butuh makan semua. Kalau orang makan, selain butuh makan, butuh bergerak; dia ke sekolah, dia menggunakan transportasi. Selain butuh makan, butuh energi. Itu sudah menggerakkan perekonomian. 

Jadi, kalau mau berseloroh begitu, Presiden SBY itu, tiduran aja, nggak berbuat apa-apa, ekonomi kita itu tumbuh 4% karena kekuatan konsumsi domestiknya itu. Secara demograpi, Indonesia itu banyak memiliki usia produktif. Kalau sekarang ini Jepang memiliki ancaman karena persentase penduduk lansianya sudah lebih besar ketimbang penduduk yang usia produktif. Itu mempengaruhi juga. 

Itu dari aspek perhitungan ekonominya. Pertambahan penduduk, usia produktif. Mereka butuh makan, menggerakkan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi kita itu 4% disumbang oleh konsumsi domestik. Kalau pakai statistik yang kasar aja, sekarang ini kita punya 130 juta kelas menengah yang pendapatannya, pengeluarannya lebih dari 2 Dollar per hari. Itu makan, belanja, ngopi itu menggerakkan ekonomi. Luar biasa. Itu yang pertama.

Yang kedua, ketergantungan kita terhadap ekspor; persentase ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi tidak sebanyak dan sebesar negara-negara lain seperti Korea Selatan, Hongkong, Pilifina, bahkan Malaysia. Ekspor ini kan menandakan arus globalisasi. Kalau misalnya pasar dunia itu resesi, otomatis kita tak bisa jualan ke luar negeri. Lha, negara yang penghasilan  PDB-nya banyak diseumbang ekspor kemarin itu, 2008, minus semua. Nah, Indonesia itu hanya 25%, Malaysia sampai 40%, Singapura 80% menggantungkan pendapatnya dari ekspor sehingga begitu ada goncangan di pasar dunia PDB-nya langsung anjlok.

Yang jadi soal, dari keadaan itu, sehingga ISNU membahas dari sekarang itu apa? Ya, kita ini kan, kalau mau pakai statistik 230 juta, taruhlah 60-80 jutanya itu warga NU. Kalau perubahan konfigurasi dunia itu pasti terkait dengan kebutuhan warga NU. Lha kita sebagai sarjana NU, ikut harus ambil bagian bagaimana meletakkan komunitas Nahdliyin ini dalam pergeseran dunia yang berubah secara geopolotik dan geekonomi. Kita ingin menyisir 8 isu besar itu untuk mempersiapkan pangkalan-pangkalan tack of itu, sekaligus pangkalan pendaratannya, kalau bahasanya Gus Dur.

Peran yang dilakukan ISNU seperti apa? 

ISNU ini kan kiprahnya di kiprah sumbangan-sumbangan pemikiran. Kita bikin buku, kita sosialisasikan, kita seumbangkan dalam bentuk konsep-konsep. Yang kedua, ISNU juga SDM, banyak sekali anggota NU yang sekarang ini sudah sarjana. Dan sarjana-sarjana ini sudah terbai’at dan sudah membai’atkan diri untuk menyumbang pemikiran dan tenaga yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan negara.

Menyumbang pemkiran. Terus yang melaksanakan siapa? 

Ya, ISNU juga. ISNU juga melaksanakan, mengawal. Yang melaksanakan, sebanarnya bisa siapa saja, kalau ISNU kita punya buku, kita sumbangkan, kemudian dilaksanakan oleh presiden terpilih. Itu misanya menjadi jariyah yang pahalanya tidak akan berhenti itu, kepada orang-orang yang punya inisiatif.

Bagaimana proses pengawalannya?

Kita punya konsep, kita roadshow-kan, kita sosialisasikan. Habis itu kita bikin kontrak politi. You akan menjadi presiden, kalau you bisa menjalankan kita punya konsep. Dan kita punya konsep ini sudah diujisahihkan. Itulah sebagai bergaining kita terhadap pemerintahan yang akan datang. 

Dari segi keorganisasin, ISNU ini sudah sampai kemana sekarang? 

Kita sudah 22 lebih wilayah yan sudah kita SK. Waktu Pak Ali Masykur mengambil tanggung jawab, hanya ada 4 wilayah. Sekarang sudah 22 wilayah. Padahal belum setahun. Alhamdulillah, putaran roda kita berjalan dengan cukup cepat. Termasuk cabang-cabang. Sudah berdiri dengan inisiatif sendiri-sendiri karena girahnya cukup besar, malah banyak permintaan pendirian. Padahal kita konsentrasinya willayah, ternyata cabang-cabang ini sudah ada yang inisiatif untuk berdiri lebih dulu. Ya udah karena dari bawah, kita akomodasi, kita SK-kan. 

Target selesai, kapan? 

Fwbruari 2013 seluruh wilayah terbentuk, dan sudah kita lantik semua sehingga siap untuk bekerja. Setelah itu nanti cabang-cabang.Cetak biru ISNU untuk pengurusnya sendiri bagaimana arah perjuangannya.Ada dua. Ke dalam dan keluar. Yang keluar seperti sekarang ini kita lakukan. Yang ke dalam ini konsolidasi. Salah satu program yang ingin kita fokuskan adalah sementara ini kita nggak punya database berapa jumlah sarjana NU dan apa kompetensi bidangnya masing-masing. Sampai sekarang itu kita belum punya.

Lha kita mau mengaktifkan website yang akan secara otomatis menjadi database mengidentifikasi berapa kuantitas dan apa kompetensinya. Ini memang kerja agak panjang. Kalau sudah ada nanti kita akan sumbangkan ke NU. Kita ini punya sekian sarjana. Selama ini klaim aja, punya ratusan doktor, tapi berapa jumlahnya apa kompetensinya, dari mana lulusannya kan belum ada. Nah, ini akan kita fokuskan sebagai salah satu program konsolidasi ke dalam dalam waktu dekat.

Kalau sudah teridentifikasi, hal nyata yang dilakukan?

Ini kan berjajaring, silaturahim. Kalau nanti dia punya kiprah, kita dorong supaya karirnya lebih tinggi, karena NU ini kan pasti akan menjadi bagian penting dari  penentuan kebijakan. Misalnya kalau orang mau ngangkat direktur, mau ngangkat komisaris itu pasti NU diajak ngomong. Tapi kalau misalnya kita nggak punya database akhirnya yang mau kita dorong siapa itu nggak jelas. Orang yang misalnya backround pendidikannya itu sarjana agama, tapi kemudian ditaruh di komisaris perhutani itu tidak tidak right man on the right place karena nggak punya database itu. 

Kalau dibanding-banding, secara umum, di ISNU itu sarjana umum atau sarjana agama sekarang ini? 

Sekarang ini sudah banyak doktor-doktor umum di NU, bahkan lulusan luar negeri.