Warta

Liberalisme Islam di Kalangan Muda NU Dikritik

Ahad, 5 Oktober 2008 | 14:49 WIB

Jepara, NU Online
Liberalisme atau pemikiran kebebasan dalam Islam yang sedang populer di kalangan muda Nahdlatul Ulama (NU) dikritik. Ajaran Islam, bagi sebagian anak muda NU yang menganut paham tersebut, justru dirasionalisasikan, bukannya dilaksanakan.

Pendapat tersebut dikemukakan Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, KH Mudzoffar, dalam perbicangan dengan Kontributor NU Online, Zakki Amali, di Kediamannya, beberapa waktu lalu.<>

Menurut dia, jika dikaitkan dengan fenomena di beberapa perguruan tinggi Islam, ilmu pengetahuan yang seharusnya semakin mendekatkan kepada Allah, jarang ditemukan. Sebabnya, ilmu pengetahuan, terutama tentang Islam, hanya menjadi ‘lahan empuk’ mengumbar pemikiran.

Terlebih perintah taat kepada Allah yang terdapat dalam ilmu tentang Islam tidak lansung dilaksanakan, tetapi dirasionalisasikan. "Seharusnya sami'na wa atha'na, bukan sami'na tafakkarna, lalu atha'na," katanya.

Ia menambahkan, menuntut ilmu adalah kewajiban semua umat Islam. Terkadang, di tengah perjalanannya terdapat kendala berarti. Seperti surutnya niat dan pudarnya semangat. Hal itu karena kurangnya pemahaman terhadap makna ilmu.

"Kata ilmu mengandung makna tersendiri. Setiap huruf dan bentuknya menyiratkan pesan yang mendalam," jelasnya.

Kata ilmu yang terdiri dari tiga huruf Arab yang bersambung (“ain”, “lam”, “mim”) bermuara pada khidmat kepada Allah dan manusia. Bentuk huruf “ain” yang depannya menganga, mengisyaratkan kepada manusia untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Namun, ilmu itu haruslah sesuai dengan garis Ilahiah, tidak menyimpang dari situasi ingat kepada Allah. Ini, ditandai dengan huruf  “lam” setelahnya yang menjulang ke atas. Dengan kata lain, segala ilmu haruslah dapat membawa kadar keimanan kepada-Nya.

"Jika tidak, maka segera tinggalkan, lalu cari ilmu yang dapat membawa ke hadirat Allah," tandasnya.

Seperti pepatah, padi semakin tua semakin merunduk, orang yang telah mempunyai ilmu haruslah demikian. Huruf “mim” dengan ujungnya yang ke bawah menandakan orang yang mempunyai ilmu yang sesuai dengan syariat Islam haruslah mengabdikan kepada sesama. (rif)


Terkait