Blora, NU Online
Pada 25 Desember lalu, kami mengadakan pengajian dalam rangka haul kedua orang tua kami di kampung halaman, sebuah daerah di Blora. Pengajian yang dihadiri oleh sekira 1.500 jamaah itu tentu membuat repot masyarakat sekitar. Apalagi rumah kami tidak luas-luas amat dan berada di pinggir jalan raya.
Untungnya, tanpa diminta, sahabat Banser sudah sigap satu jam sebelum acara. Saya tidak perlu menanya siapa yang menyuruh mereka. Saya hanya tanya apa yang biasanya harus kami siapkan untuk mereka?
Ditanya seperti itu, mereka malah seperti bingung, tak terlalu paham maksud saya.
Lalu saya perjelas, apakah mereka butuh uang saku, rokok atau apa?
Dengan tegas sahabat Banser tersebut menjawab bahwa menjaga pengajin sudah menjadi kewajiban mereka. Tanpa pernah berharap imbalan apa pun, apalagi memasang tarif.
Pengajian pun berjalan dengan lancar dengan pertolongan mas-mas Banser ini. Mereka beberapa kali memindahkan pedagang dadakan karena area dagangan mereka harus disterilkan untuk jamaah yang terus berdatangan di luar perkiraan kami. Pun untuk urusan lalu-lintas dan perparkiran.
Begitu mubaligh, KH Rohib Sumowijoyo Alhafidz datang, dengan cekatan tim Banser menurunkan jimat pusaka nusantara khas Kiai Rohib, yakni lesung yang akan digunakan sebagai media dakwah. Sementara Banser yang lain membukakan pintu mobil sang mubaligh dan menuntunnya ke lokasi.
Kiai yang akrab disapa Gus Rohib itu pun menjadi center of attraction para jamaah karena gaya pengajiannya yang kocak tanpa harus kehilangan substansi. Gus Rohib pun sempat mendaulat Wakil Bupati Arief Rohman untuk mendeplok lesung mengiringi tembang dakwah dan shalawat.
Ketua GP Ansor Blora Riyadi Yafie sebenarnya juga didapuk memainkan lesung. Tapi rupanya dia kurang pede di hadapan 11 Banser anak buahnya yang mengamankan pengajian.
Alhamdulillah pengajian berjalan lancar atas dukungan para sahabat Banser.
Begitulah, Banser itu sudah menjaga jutaan atau bahkan lebih dari semilyar pengajian di republik ini.
Tapi akhir-akhir ini difitnah sebagai tukang bubarin pengajian.Yang dibubarin bukan pengajian, tetapi orang yang anti-NKRI dan pemecah-belah yang menggunakan pengajian sebagai kedok untuk menggosok massa dengan hasutan untuk membenci yang lain dan merongrong bentuk negara yang sudah dirumuskan oleh para pendiri republik kita.
Jadi, Banser adalah penjaga ulama dan pengajian. Paham?!!! (Ali/Abbdullah Alawi)