Daerah

Dai Moderat Harus Kedepankan Etika dalam Berdakwah

Ahad, 26 Januari 2020 | 00:00 WIB

Dai Moderat Harus Kedepankan Etika dalam Berdakwah

Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Basyaruddin Maisir (batik hijau merah) menerima kenang-kenangan dari panitia setelah menyampaikan materinya di Akademi Dai Wasathiyah. (Foto:NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru dan mengajak orang yang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan tuntunan syariat dan akhlak Islam. Dakwah memiliki tujuan meningkatkan kualitas hidup baik untuk diri sendiri maupun masyarakat dalam arti seutuhnya jasmani dan rohani serta dunia dan akhirat.
 
Hal ini dijelaskan Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Basuaruddin Maisir saat memaparkan materi pada Akademi Dai Wasathiyah yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu di gedung NU Pringsewu, Ahad (25/1).
 
Dalam berdakwah, seorang dai tidak boleh asal-asalan dengan menggunakan nafsu dan cara yang menyebabkan kemudlaratan. Para dai dituntut untuk mengedepankan etika dalam berdakwah sehingga mampu mendapatkan hasil yang baik.
 
"Seorang dai harus menyatukan antara ucapan dan perbuatan, artinya apa yang ia katakan juga ia lakukan," tegas Sekretaris Umum MUI Provinsi Lampung ini di hadapan ratusan peserta yang hadir.
 
Dai juga tidak boleh menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak dikuasai. Fenomena seperti ini belakangan sering terlihat di berbagai tempat khususnya di media sosial di mana orang yang tidak memiliki kompetensi dan kapasitas ilmu agama berbicara tentang agama.
 
Hal seperti ini tentu membahayakan bagi masyarakat. Pasalnya masyarakat awam bisa terpengaruhi dengan penjelasan-penjelasan yang hanya diutarakan dengan kemampuan olah kata saja, tanpa didasari kedalaman ilmu.
 
Fenomena kemajuan teknologi khususnya di dunia maya ini harus disikapi oleh para dai moderat untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi dakwahnya. Hendaknya para dai merujuk pada putusan fatwa-fatwa, sikap-sikap keagamaan, dan rekomendasi MUI dalam menyikapi isu-isu dakwah dan problem Keumatan yang sedang hangat terjadi.
 
"Dai wasathiyah harus senantiasa menggaungkan Islam wasathiyah yang mengambil jalan tengah (tawasuth) berkeseimbangan (tawazun),​​​​​, lurus dan tegas (itidal), toleransi (tasamuh), egaliter (musawah), mengedepankan musyawarah (syura), berjiwa reformasi (islah), mendahulukan yang prioritas (aulawiyah), dinamis dan inovatif (tathawur wa ibtihar) dan berkeadaban (tahuddur)," jelasnya.
 
Sementara terkait materi yang disampaikan, seorang dai menyampaikan materi dakwah yang memgandung pesan persatuan dan persaudaraan umat Islam, perubahan sosial ke arah yang lebih islami, penguatan akidah dan pengamalan ibadah serta penguatan karakter dan akhlak mulia.
 
"Dai juga harus melakukan penghindaran umat dari pengaruh aliran sesat, penguatan pemahaman siyasah syariah, penguatan pengamalan kerukunan antara umat beragama dan urgensi bela negara," pungkasnya.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin