Fatayat NU Kanor Gelar Khotmil Qur'an Sampai Lomba Tumpeng
Ahad, 24 April 2016 | 20:02 WIB
Ratusan anggota Fatayat NU Kanor menghadiri peringatan Harlah Ke-66 Fatayat NU di Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Ahad (24/4). Mereka secara bersama-sama mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 24 kali. Usai itu antarranting Fatayat NU se-Kecamatan Kanor menyuguhkan terbaik hiasan tumpengnya.
Para kader Fatayat dari berbagai desa di Kanor berdatangan. Mereka rata-rata diwakili 15 hingga 20 orang. Panitia membatasi peserta yang hadir. Jika semua kader datang, bisa dipastikan lokasi acara tidak memadai.
"Kegiatan pagi sampai siang hari sangat padat dimulai dari seremonial. Setelah itu pembinaan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro dan ditutup lomba tumpeng," kata Sekretaris Fatayat NU Kanor Muslikah.
Perempuan yang juga guru PAUD asal Desa Tejo ini menegaskan, setiap ranting akan bersama-sama mengkhatamkan Al-Quran sehingga total ada 24 khataman dari 26 desa di Kanor.
"Semangat kader di tingkatan ranting juga bagus. Kami sangat bangga, karena di tengah terik matahari mereka terus semangat," jelasnya.
Selain itu pula, para pengurus Fatayat dari ranging juga mengikut lomba tumpeng. Dari penilaian juri, ranting Fatayat Desa Nglarangan keluar sebagai Juara 1 dan Desa Sarangan memperoleh Juara 2. Untuk Juara 3 dimenangkan ranting Desa Kedungarum, Harapan 1 Desa Bungur, Harapan 2 Desa Palembon dan Harapan 3 diraih ranting Desa Kedungprimpen.
Muslikah menambahkan, jika yang ikut lomba tumpeng hampir semua ranting se Kecamatan Kanor yang jumlahnya mencapai 24, dari 26 desa yang ada. Kriteria yang dinilai adalah jenis makanan sehat, desain dan kreatifitas, serta dana yang dikeluarkan untuk pembuatannya.
"Tim penilai langsung dari pengurus cabang Fatayat NU Bojonegoro. Jadi, kegiatan ini sangat profesional dan sajian peserta sangat bagus-bagus," sambungnya.
Ketua Fatayat NU Bojonegoro Hj Ifa Khoiria Ningrum menyatakan bangga atas kreativitas kader-kader Fatayat di Kanor terutama saat lomba tumpeng berlangsung. Sebab, Fatayat juga harus menjadi penopang keluarga yang berbudaya.
"Harus lebih ditingkatkan kembali kreativitasnya sehingga ke depan bertambah baik," harapnya.
Dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro itu juga mengimbau seluruh kader untuk terus menjaga moral serta melestarikan budaya baik budaya lokal, regional hingga kelas nasional. (M Yazid/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
3
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
4
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
5
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
6
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
Terkini
Lihat Semua