Lewat Syair, Zawawi Imron Sebut Pahlawan menurut Gus Dur Tidak Hanya Guru, tapi Juga Petani dan Nelayan
Ahad, 22 Desember 2024 | 19:35 WIB
Penyair D Zawawi Imron saat Haul Ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/12/2024) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Penyair D Zawawi Imron membacakan puisi-puisi indahnya pada Haul Ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/12/2024) malam.
Penyair yang juga kiai itu, tampil mengenakan baju koko berwarna putih dan kain sarung yang juga warna putih. Bagian atas dari tubuhnya dilengkapi pula dengan songkok hitam menutupi rambut yang mulai berwarna putih. Kehadiran dan penampilan Kiai Zawawi membuat mata penonton kepada sastrawan itu.
Ia membacakan beberapa puisi yang sesuai dengan tema Haul Ke-15 Gus Dur, Menajamkan Nurani Membela yang Lemah.
Penyair asal Sumenep, Madura, Jawa Timur ini memulai cerita dengan sebuah pantun yang ia beri judul Orang Indonesia yang Beriman kepada Tuhan Apa pun Agamanya.
"Berenang-renang ke hulu. Air coklat di sela batu. Bersenang-senang jangan terlalu. Nasib di akhirat belum lah tentu," ujar Zawawi.
Pantun ini menyiratkan sosok Gus Dur yang hormat kepada para gurunya. Sampai gurunya wafat, Gus Dur tetap datang untuk berziarah. Ini menandakan akhlak Gus Dur kepada sang guru patut ditiru.
“Buah kemumu, buah tomat. Di atas niru coba letakkan. Kalau ilmu ingin manfaat hormati guru sebagai pahlawan," ucapnya.
Zawawi mengungkapkan pahlawan yang dimaksud Gus Dur bukan hanya guru tetapi para petani dan nelayan yang hasil tangkapan ikan serta berasnya dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
"Kalau Gus Dur makan dia selalu ingat pada petani yang menanamkan padi. Kata Gus Dur kalau tidak ada petani, kita semua tidak akan makan nasi," tutur dia.
Zawawi menceritakan ketika Gus Dur datang ke desa dan jika di tepi sawah melihat makam para petani. Gus Dur berhenti sejenak selalu berdoa dan membaca Surat Al-Fatihah kepada para petani yang berasnya pernah dikonsumsi oleh Gus Dur.
Ia melanjutkan, bagi Gus Dur, para petani yang menyuburkan tanah dan air, mereka merupakan pahlawan yang tidak kalah dengan orang mati saat berperang.
“Jadi kita kalau mau ikut Gus Dur harus mengakui bahwa para petani yang berasnya kita makan adalah pahlawan,” jelasnya.
Zawawi mengatakan bahwa hal serupa sering dilakukan Gus Dur ketika ke tepi pantai. Jika ada kuburan para nelayan yang setiap malam mencari ikan dengan bertarung melawan gelombang dan badai, sampai pagi harinya membawa hasil tangkapan ikan.
“Makanya Gus Dur kalau lewat kampung nelayan, di situ ada kuburan para nelayan, Gus Dur baca Al-Fatihah,” jelasnya.
Penyair asal Sumenep, Madura, Jawa Timur ini beberapa hari lalu baru saja mendapatkan anugerah Sastrawan Adiluhung Indonesia dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Terpopuler
1
Duduk Perkara Persoalan JATMAN: Munculnya PATMAN hingga Ikhtiar PBNU Mencari Solusi
2
KH Achmad Chalwani dan KH Ali Masykur Musa Pimpin JATMAN 2024-2029
3
Syekh Fadhil Al-Jailani Hadiri Kongres Ke-13 JATMAN di Boyolali
4
Kongres Ke-13 JATMAN Putuskan Perubahan Sejumlah Istilah
5
Kongres Ke-13 JATMAN Tetapkan 9 Anggota AHWA untuk Pilih Rais dan Mudir 'Aali
6
Saksikan Live Haul Ke-15 Gus Dur di YouTube NU Online, Cek Linknya
Terkini
Lihat Semua