Kesehatan Pengungsi di Pidie Jaya Mulai Memburuk, GP Ansor Desak Layanan Medis Dipercepat
NU Online · Selasa, 9 Desember 2025 | 14:30 WIB
Helmi Abu Bakar
Kontributor
Pidie Jaya, NU Online
Kondisi kesehatan para pengungsi korban banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh mulai memburuk. Setelah lebih dari sepekan bertahan di posko, sejumlah warga dilaporkan terserang demam, batuk, flu, hingga iritasi kulit. Situasi ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk GP Ansor Pidie Jaya.
Ketua GP Ansor Pidie Jaya, Tgk Muhammad Asrizal, menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi tersebut. Ia menegaskan bahwa tahap penanganan pascabencana kini memasuki fase yang lebih krusial, yakni menjaga kesehatan dan keselamatan para penyintas.
“Kami sangat prihatin. Banyak pengungsi mulai sakit, terutama anak-anak dan lansia. Obat terbatas. Pemerintah harus mempercepat layanan kesehatan dan distribusi logistik yang tepat sasaran,” ujarnya, Senin (8/12/2025).
Ia menambahkan bahwa kebutuhan dasar seperti air bersih, sanitasi, ruang tidur layak, dan pendampingan tenaga medis perlu segera diperkuat. Menurutnya, persoalan yang muncul bukan hanya kekurangan pangan, tetapi juga meningkatnya risiko penyakit akibat lingkungan pengungsian yang lembab dan padat.
GP Ansor Pidie Jaya, lanjutnya, akan terus mendampingi para penyintas melalui distribusi bantuan dan koordinasi lintas lembaga. Namun ia mengingatkan bahwa pemerintah daerah dan instansi kesehatan harus meningkatkan kecepatan respons.
“Ini saatnya bergerak lebih cepat, sebelum kondisi ini menjadi krisis kesehatan,” tegasnya.
Di posko pengungsian Kecamatan Meurah Dua, Anisa, warga Desa Dayah Kreut, mengaku telah mengalami demam selama beberapa hari. Ia mengatakan bantuan berupa beras dan kebutuhan pokok mulai tersedia, namun obat-obatan masih sulit didapat.
“Beras, minyak makan, mie instan sudah ada, tapi obat masih susah,” tuturnya.
Ia berharap tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan rutin di posko agar warga yang sakit bisa segera tertangani.
Nasib serupa dialami Tgk Nuruzzahri, warga Meureudu, yang mengungsi bersama keluarga setelah rumah mereka diterjang banjir bandang. Meski bangunan rumah masih berdiri, lumpur dan kerusakan di bagian dalam membuatnya belum bisa ditempati.
“Air naik cepat. Rumah kami penuh lumpur. Memang tidak hancur, tapi semua rusak. Sekarang istri dan anak mulai flu dan batuk,” ujarnya.
Ia menyebut banyak pengungsi mengeluhkan gejala seperti batuk, demam, gatal-gatal, dan sesak napas akibat udara lembab serta sanitasi yang buruk. Minimnya fasilitas seperti selimut, alas tidur, penerangan, dan akses air bersih memperburuk keadaan. Sejak hari pertama banjir, sebagian warga masih tidur beralaskan terpal tipis yang lembab.
Situasi ini diperparah oleh lamanya masa pengungsian yang telah memasuki hari ke-12, sementara warga belum mengetahui kapan mereka dapat kembali ke rumah masing-masing.
============
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.
Penggalangan kepedulian juga dapat disalurkan melalui BCA 0683331926 atas nama Yayasan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU atau BSI 7779876777 atas nama PP LAZIS NU Non Zakat.
Terpopuler
1
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
2
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
3
Silaturahim PBNU Sesi Pertama di Tebuireng Selesai, Prof Nuh: Cari Solusi Terbaik untuk NU
4
Kiai Sepuh Respons Persoalan PBNU: Soroti Pelanggaran Pemakzulan dan Dugaan Kekeliruan Keputusan Ketum
5
PWNU–PCNU Se-Indonesia Ikuti Keputusan Mustasyar di Tebuireng terkait Persoalan di PBNU
6
PBNU Terbitkan Surat Undangan Rapat Syuriyah-Tanfidziyah, Tembusan ke Rais Aam
Terkini
Lihat Semua