Banten

Pemerintah Beli Rp6.500 tapi Petani Tetap Jual Gabah ke Tengkulak dengan Harga Murah, Ini Penyebabnya

NU Online  ·  Selasa, 15 April 2025 | 21:00 WIB

Pemerintah Beli Rp6.500 tapi Petani Tetap Jual Gabah ke Tengkulak dengan Harga Murah, Ini Penyebabnya

Hamparan padi di salah satu persawahan di Kabupaten Bogor, Rabu (2/4/2025). (Foto: NUOB/ Singgih AP)

Tangerang Selatan, NU Online

Pengamat ekonomi dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Muhammad Aras Prabowo menilai kebijakan pemerintah membeli gabah petani seharga Rp6.500 per kilogram belum mampu memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan petani.


"Ini karena lemahnya peran Perum Bulog dalam merespons kebijakan tersebut secara efektif di lapangan. Bulog tak mampu merambah pasar, sehingga petani lebih memilih tengkulak," ujarnya, sebagaimana dikutip NU Online Banten


Ia menyampaikan argumen bahwa Bulog tidak hadir secara nyata dalam kehidupan petani. Sebelum adanya intervensi dari Presiden Prabowo Subianto untuk menaikkan harga beli gabah, Bulog dinilai seperti menara gading yang jauh dari realitas pertanian.


Banyak petani masih memilih menjual gabah ke tengkulak dengan harga lebih rendah, yakni sekitar Rp5.800 hingga Rp6.000 per kilogram. Hal ini terjadi karena tengkulak lebih aktif turun ke sawah dan siap membeli gabah tanpa prosedur yang rumit.


"Bulog harus diaktivasi oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Jangan hanya jadi instrumen administratif yang menunggu perintah pusat. Bulog harus proaktif hadir di sawah, menyapa petani, dan membeli gabah langsung di tempat,’’ terangnya.


Menurutnya, aktivasi ini mencakup tiga aspek penting. Proses bisnis yang langsung menyentuh petani, peningkatan kemampuan logistik dan keuangan, serta reformasi dalam pendekatan kelembagaan.


Selama ini Bulog hanya memperkuat posisi tengkulak melalui relasi yang eksklusif dengan jaringan perantara.


"Harus dipastikan semua gabah petani dibeli Rp6.500 per kilogram. Bukan hanya sebagian di daerah tertentu," imbuhnya.


Baca selengkapnya di sini