Daerah

Nurjamil Pimpin PC NU Sleman Periode 2005-2010

Selasa, 29 November 2005 | 01:16 WIB

Jogja, NU Online
Menjadi seorang pemimpin memang tidak mudah, apalagi pemimpin organisasi keagamaan seperti Nahdalatul Ulama (NU). Jika dalam kepemimpinan terdapat kesalahan, jangan segan-segan untuk mengkritik dan mengingatkan.
Demikian, kurang lebih isi sambutan ketua tanfidzhiah  PC NU Sleman periode 2005-2010, Kiai Nurjamil, sebelum penutupan acara Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama (Konfercab NU) Sleman, Minggu (27/11) malam, kemarin.

“Apabila kepemimpinan saya baik, maka tirulah. Tapi jika sebaliknya, kalau kepemimpinan saya kok buruk, tidak sesuai dengan aspirasi warga nahdiyin, maka saya patut diingatkan dan dikritik,” kata Nurjamil.

<>

Dalam konfercab tersebut Nurjamil berhasil mengumpulkan 42 suara. Nurjamil telah menyisihkan Daryono yang memperoleh 17 suara dan Ikhsanuddin yang mendapat 17 suara. Jumlah pemilih dalam konferensi kali ini sebanyak 76 suara. Siapa saja yang memperoleh hak suara? Mereka adalah ketua ranting, ketua MWC se-Kabupaten Sleman.

Konfercab yang dibuka Drs H Zaelani, mantan wakil bupati Sleman itu juga telah berhasil memilih KH Mas’ud Masduki sebagai ketua syuriah. Masduki terpilih melalui pemilihan voting sama seperti proses pemilihan Nurjamil. Dia berhasil mengumpulkan 41 suara dengan mengungguli dua calon yang lain yakni KH Abdul Madjid dengan 21 suara dan KH Salimi 12 suara.

Sementara itu, Rois Syuriah PC NU Sleman, H Ma’mun Muhammad Murai dalam makalah sambutannya mengatakan, NU menolak faham pluralisme yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama, kebenaran agama adalah relatif seperti pada jaringan islam liberal (JIL) yang dinahkodai oleh Ulil Absor Abdalla, dia tak lain adalah keponakan KH Mustafa Bisri, seorang kiai kharismatik NU pengasuh pondok pesantren Raudlatul Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.

“Karena JIL berpendapat bahwa nikah beda agama saat ini sangat relevan, bahkan JIL berpendapat tidak ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti yang dipahami kebanyakan umat Islam,” tandasnya.

Selain itu, peserta konfercab juga menerbitkan beberapa taushiyah yang diantaranya berisi masalah bidang agama, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Dalam bidang agama NU menegaskan bahwa NU menolak segala bentuk fundamentalisme dan imperialisme, mereka menilai keduanya bisa mengarah pada tindakan ekstrimisme yang berpotensi merusak kemaslahatan umat manusia.

“Tidak hanya itu, NU juga menolak faham pluralisme, liberalisme dan sekularisme, karena ketiganya telah mencampur adukkan akidah dan bertentangan dengan ajaran agama islam,” demikian bunyi taushiyah peserta konfercab.

Sedangkan dalam bidang politik, peserta konfercab juga mendukung PP tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan segera disahkan. Seperti yang tertuang pada bab II pasal 3 ayat 1, pasal 4 ayat 1 hingga 6, pasal 5 ayat 1 dan pemberian sanksi sesuai dengan pasal 7, yang berupa peringatan hingga penutupan lembaga pendidikan yang bersangkutan, sesuai UUD’45 pasal 2 dan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.

“Dan menolak segala bentuk intervensi asing dengan dalih memerangi terorisme. Dalam membongkar jaringan terorisme aparat keamanan harus bertindak sesuai dengan undang-undang dan mampu bertindak arif, proporsional, bijaksana serta tidak menimbulkan buruknya citra umat islam dan pesantren yang dapat merusak keharmonisan diantara warga Indonesia,” demikian bunyi taushiyah bidang politik. (mar)

Kontributor NU-Online DIJ: A Riyadi Amar