Daerah

PMII Lampung Ingatkan Bahaya Hoaks di Era Medsos

Selasa, 15 Januari 2019 | 06:10 WIB

Lampung Tengah, NU Online
Terorisme dan hoaks merupakan dua masalah serius yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Dampak buruk dari kedua hal tersebut bisa mengakibatkan masalah nasional yang berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

"Dinamika munculnya terorisme, sangat dinamis di Indonesia, mulai dari penyerangan pos polisi, pengeboman hotel, cafe, bahkan tempat ibadah, kediaman pimpinan KPK dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa terorisme menjadi permasalahan serius yang harus ditanggulangi"  Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Lampung Tengah, Muhammad Muflihudin, Senin (14/1) malam.

Ia menyebut bahwa penyebab munculnya terorisme adalah ketidakfahaman terhadap ideologi bangsa, nilai-nilai persatuan dan konsepsi keagamaan yang akhirnya menimbulkan fanatisme buta. Oleh karena itu menjadi sangat penting memahamkan masyarakat tentang hal hal tersebut sebagai salah satu bentuk penanggulangan terorisme di Indonesia" tambah alumni STIT Bustanul Ulum Kabupaten Lampung Tengah ini. 

Selain itu, hal lain lain yang berpotensi besar mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah beredarnya berita bohong atau hoaks di kalangan masyarakat di tengah kurangnya budaya tabayyun. Hal itu diperparah dengan kondisi politik yang kerap menghalalkan segala cara untuk menyerang lawan.
 
Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang (PC)  Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI), Kabupaten Lampung Tengah, Sulis Wahyuningsih, menambahkan, budaya tabayyun (konfirmasi) penting dilakukan di tengah derasnya arus informasi di era saat ini. Sikap ini membuat pengguna media tidak mudah menyimpulkan sesuatu hanya dari satu arah informasi. Ia juga akan melatih pengguna medsos untuk membiasakan diri berargumen berdasarkan data dan fakta yang bisa menjadi solusi maraknya hoaks di Indonesia.

"Kalau kita baru melihat satu pohon, jangan kemudian bicara banyak terkait isi hutan. Kurang lebih begitulah analogi supaya kita bisa lebih mengontrol diri untuk tidak menyebarkan hoaks dan membuatnya semakin menjamur di Indonesia" tutupnya. (Akhmad Syarief Kurniawan/Ahmad Rozali)