Daerah

Pola Dakwah Wali Songo Perlu Diteladani

Kamis, 10 Januari 2013 | 05:10 WIB

Blitar, NU Online
Pola dakwah wali Sembilan (wali songo) perlu diteladani oleh para kader dan penerus NU. Karena, pola yang dijalankan oleh para wali sederhana. Namun mengandung hikmah dan motivasi yang sangat tinggi.
<>
“Dalam berdakwah para wali ini tidak terlalu muluk-muluk dalam penyampaian. Namun, dinamis dalam pelaksanaannya," ujar Wakil Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Blitar, KH Noer Hidaytulloh Dawami kepada NU Onlie tadi pagi (10/1), usai melakukan ziarah makam dan pendiri NU di Jatim, tadi pagi.

Sitem dakwah para wali, lanjut Kiai Noer, tidak macem-macem. Baik pola maupun bahasanya. Sehingga masyarakat luas mudah menerima apa yang disampaikan. 

“Para wali itu semua hafal Qur’an dan hadits. Tapi mereka tidak banyak mengunakan dalil-dalil itu untuk disampaikan ke umatnya. Namun kandungannya yang dijlentrehkan berfaedah. Misalnya kenduri. Dulu kenduri itu bentuknya sesaji kepada mahluk gaib. Namun oleh wali diluruskan bahwa kenduri itu bagian dari shodaqoh. La shodaqoh itu bagian dari li daf’il balak (menjauhkan dari mara bahaya)," ungkap Kiai Noer yang juga pengasuh pesantren Darur Roja’ Selokajang ini. 

“Jadi dakwahnya sangat sederhana. Namun mengena. Para wali tahu ini Jawa bukan Arab. Sehingga melalui tradisi dan buya itulah para wali bisa menyebarkan Islam di Jawa secara damai. Ini yang perlu diteladani," tambahnya.

Sebagimana diketahui, sukses pelaksanaan dan hasil dalam konfercab NU Kabupaten Blitar. Panitia konfercab, melakukan safari ziarah wali dan pendiri NU di Jatim. Acara dilaksanakan, 8-9 Januari 2013 kemarin. Ziarah yang diikuti anggota panitia berjumlah sekitar 55 orang itu mengambil rute, Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Surabaya dan Jombang. 

“Ziarah kita mulai dari Tuban, lalu ke Lamongan, terus Gresik. Tiba di Gresik pas waktu subuh. Habis Subuhan, kita ziarah ke makam Sunan Giri. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Bangkalan untuk ziarah ke makam Syakhona Cholil. Usai dari Bangkalan, rombongan menuju ke Ampel Surabaya,’’ jelas Masduki, ketua panitia.

Tiba di Ampel, lanjut Masduki, waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Padahal, rombongan masih belum ke Troloyo Mojokerto dan Tebuireng Jombang. Karena waktunya mepet, maka perjalanan dilanjutkan ke Jombang. Untuk ziarah ke makam KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). 

Namun sayang, tiba di Tebuireng waktu sudah menunjukkan pukul 17.15 menit. Pintu gerbang pesarehan sudah tutup. “Yak arena tutup kit abaca tahlil di depan pintu masuk di sebelah barat. Toh hal ini tidak mengurangi pahala tahlil," ujar Masduki menghibur. Setelah itu, rombongan pulang ke Blitar melalui jalur Pare dan Kediri. “Tadi malam sekitar jam 22.00 kita sampai di Blitar," tambahnya.

Redaktur    : Hamzah Sahal
Kontributor : Imam KusninÂ