Daerah

Ponpes Al Jauhar Pegang Peran Penting Gerakan Mahasiswa di Jember

Rabu, 3 Mei 2017 | 11:08 WIB

Jember, NU Online
Pondok Pesantren tak hanya jadi pusat pendidikan keagamaan, tapi juga memegang peran penting dalam gerakan perubahan sosial. Di Jember, Jawa Timur, terdapat Pondok Pesantren Al Jauhar yang berperan strategis dalam gerakan mahasiswa di Kota 1001 Gumuk itu.

Al Jauhar dirintis sejak tahun 1989 oleh ulama sekaligus akademisi Fakultas Hukum Universitas Jember (Unej) KH Shodiq Mahmud. "Abah Shodiq mendirikan pesantren Al Jauhar khusus bagi mahasiswa yang kuliah di Jember agar mahasiswa memiliki pendididikan agama dan berakhlakul karimah atau memiliki moral yang baik," kata pengasuh Al Jauhar saat ini yang juga anak sulung KH Shodiq, Hj. Liliek Istiqomah, Rabu, 3 Mei 2017.

KH Shodiq yang bergelar profesor dan doktor bidang hukum merupakan pendiri dan pengasuh pertama pondok pesantren Al Jauhar yang berada di Jalan Nias III Nomor 5 Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, Jember. KH Shodiq wafat pada 4 April 1998 dan kursi pengasuh beralih ke menantunya, KH Sahilun A. Nasir, hingga KH Sahilun wafat pada 19 Januari 2011.

KH Sahilun lama mengabdi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember hingga bergelar profesor dan doktor dan sempat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember. Kini, tampuk pengasuh dipegang isteri KH Sahilun yang juga anak sulung KH Shodiq, Hj. Liliek Istiqomah. Sama dengan ayahnya, Hj. Liliek juga lama mengabdi sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Jember.

Pada 30 April 2017 lalu, pondok pesantren Al Jauhar menggelar peringatan hari lahir (harlah) ke-26 dan temu alumni. Dalam kegiatan tersebut dibentuk forum alumni Pondok Pesantren Al Jauhar, Jember. Forum ini sepakat membentuk pengurus pusat forum alumni dengan ketua H Abdul Khalik Marzuki dan wakil ketua H Nurul Ghufron yang juga Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember serta Sekretaris Abdul Bari dan Bendahara H. Hendro. "Forum alumni ini tidak hanya sebagai wadah komunikasi antar alumni tapi juga memiliki program kerja yang bisa membantu peningkatan kualitas maupun pengembangan Al Jauhar," kata Khalik.

Beberapa program kerja telah direncanakan diantaranya pendataan alumni, silaturahim antaralumni, pembuatan buku sejarah Al Jauhar dan biografi pengasuh, serta pembuatan rekening untuk membantu pengembangan pondok.

Khalik termasuk salah satu dari  lima santri pertama Shodiq yang mondok pada akhir tahun 1989. "Dulu hanya ada lima santri dan di sini masih sangat sepi, banyak sawahnya," katanya mengenang masa lalunya di Al Jauhar.

Khalik mengingatkan beberapa pesan dari pendiri dan pengasuh pertama Al Jauhar. "Abah Shodiq selalu berpesan bahwa siapa saja yang ada di lingkungan pondok Al Jauhar ini harus ngaji (belajar ilmu agama Islam) atau ngajar ngaji (mengajarkan ilmu agama Islam)," kata alumnus mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember tahun 1989 ini.

Menurut Khalik, Abah Shodiq juga berpesan agar santri berusaha dalam keadaan suci dengan cara membasuh anggota tubuh sesuai tata cara berwudlu. "Beliau juga berpesan usahakan dalam sehari kita membaca Al-Qur'an walaupun satu lembar," kata pria yang kini sukses menjadi pengusaha toko bangunan dan penyedia jasa travel umroh dan haji ini.

Ia juga mengenang amalan-amalan baik selama di pondok Al Jauhar. "Setiap ada santri yang akan ujian skripsi atau punya masalah apa saja, kita bersama-sama membaca surat Yasin dan insyaallah hajat kita terkabul dan setiap masalah akan mendapat solusi," katanya.
 
Alumnus Al Jauhar yang lain, Ismail, mengatakan sebagai satu-satunya pesantren khusus mahasiswa di Jember, Al Jauhar punya peran strategis dalam gerakan mahasiswa di Jember. "Banyak santri Al Jauhar yang jadi aktivis gerakan mahasiswa di Jember, semua bermula dari Al Jauhar," kata alumnus Sastra Inggris Universitas Jember angkatan tahun 1991 ini.

Menurutnya, cikal bakal pembentukan beberapa organisasi gerakan mahasiswa di Jember baik ekstra maupun intra kampus tak bisa dilepaskan dari peran santri Al Jauhar. "Dari Al Jauhar lah beberapa organisasi mahasiswa lahir dan berkembang terutama di era tahun 1990-an," katanya. Organisasi mahasiswa ekstra kampus yang digeluti santri Al Jauhar beragam mulai dari yang agamis hingga nasionalis atau percampuran keduanya seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan lain-lain. Red: Mukafi Niam