Daerah

Puluhan Banser Kobar Setia Kawal Sidang Kasus Jamu Tradisional

Kamis, 8 Maret 2018 | 07:30 WIB

Kotawaringin Barat, NU Online 
Sidang kasus jamu tradisional yang menimpa empat terdakwa yakni Warioboro (53) Sutrisno, Kunarto, dan Abdul Salam kembali digelar di Kantor Pengadilan Negeri (PN) Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, Rabu (7/3) siang. Agenda sidang itu adalah mendengarkan keterangan Ritawati, saksi dari Kasi Pelayanan Umum Kantor Kecamatan Pangkalan Banteng tentang legalitas surat perizinan.

Di muka majelis hakim A. A. Gede Agung Parnata dan hakim anggota Iqbal Albanna juga Mantiko Sumanda Moechtar, Ritawati memaparkan tentang Surat Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Menurut dia, surat izin atas nama Parsini tersebut benar dikeluarkan oleh Kantor Kecamatan serta ditandatangani oleh Camat. 

"Surat tersebut benar dikeluarkan oleh kantor kecamatan dan ditandatangani oleh Camat. Pengajuannya melalui tanda tangan saya," ucap Ritawati saat memberikan kesaksian.

Lebih rinci ia menjelaskan juga kepada Hakim Ketua juga Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nofan Prayuda (nama sesuai catatan yang tertulis pada jadwal sidang) bahwa setelah izin itu diberikan, belum pernah memberikan arahan, pembinaan dan meneliti di lapangan.

"Biasanya memang dari pelaku usaha itu sendiri yang meminta kami memberikan bimbingan. Jadi, kami memang belum memberikam bimbingan apalagi sampai ke tempat produksinya," ujarnya.

Kepala Satuan Koordinator Cabang (Kasatkorcab) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) A Rozikin Z berpendapat, keterangan saksi itu lemah menurut hukum. Karena, pelaku UMKM mesti didampingi dan diarahkan.

"Pelaku UMKM ini sudah berusaha mencari legalitasnya. Mereka sebenarnya tidak tahu saja. Maka surat izin tersebut mereka anggap sudah benar," terang Rozikin usai mengikuti sidang, di halaman Kantor PN Pangkalan Bun.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan, pengawalan dari anggota Banser hanya sebatas mendampingi agar jaksa maupun majelis hakim bisa memutus perkara tersebut seadil-adilnya dengan mempertimbangkan unsur kemanusian. 

Apalagi, lanjutnya, Warioboro adalah anggota Banser, masyarakat kecil yang ingin tetap hidup dengan usaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Kehadiran Banser itu D-4, datang, duduk, diam dan dengarkan. Jangan merasa terusiklah. Sahabat kami ini kan masyarakat kecil yang mau berusaha dengan cara yang halal. Semoga majlis hakim mempertimbangkan hal itu dalam mengambil keputusan," ujarmya.

Terkait sidang yang rencananya akan digelar pada pekan mendatang, Rozikin juga memastikam ada pengawalan dari anggota Banser karena sebagai wujud kesetiakawanan serta solidaritas sesama anggota.

"Insyaallah pada sidang mendatang dan sampai sidang putusan, sahabat Warioboro akan kami dampingi terus. Disamping solidaritas sesama anggota, kegiatan ini juga atas intruksi para pimpinan dan dari pengurus wilayah," pungkasnya. (Suhud Mas'ud/Abdullah Alawi)