Tradisi Nikah Malem Songo di Bojonegoro Masih Menjadi Idaman
Sabtu, 29 Maret 2025 | 06:00 WIB
Husnul Khotimah
Kontributor
Bojonegoro, NU Online
Pernikahan merupakan momen sakral dan spesial. Pernikahan yang dilangsungkan di bulan Ramadhan mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di Bojonegoro menikah malem songo atau malam ke-29 Ramadhan justru menjadi tradisi yang masih lestari dan menjadi idaman.
Malem songo atau malam 29 Ramadhan adalah malam ganjil penutup di bulan Ramadhan, sehingga dinilai oleh warga Bojonegoro sebagai malam yang penuh keberkahan. Selain itu, malem songo dianggap sebagai waktu yang berpotensi turunnnya Lailatul Qadar. Hal tersebut lantas menjadi landasan warga Bojonegoro untuk memperbanyak berbuat kebaikan, termasuk di antaranya yaitu melangsungkan akad pernikahan.
Hal di atas sebagaimana pengakuan Sunari, orang tua dari salah satu mempelai yang melangsungkan akad nikah bakda maghrib tadi. "Karena menurutku malem songo itu malem yang terbaik," katanya saat diwawancarai NU Online, Jumat (28/3/2025).
Jika biasanya waktu pelaksanaan hari pernikahan adat Jawa ditentukan melalui hitungan weton (hari kelahiran berdasarkan pasaran jawa) kedua calon mempelai terlebih dahulu. Saat nikah malam songo perhitungan waktu pelaksaan menggunakan hitungan weton tersebut ditiadakan, sebab malem songo diyakini sebagai malam yang sangat sakral, istimewa dan dapat menghilangkan kesialan, berbeda dengan hari-hari lainnya.
"Bebas, tidak perlu menggunakan hitungan Jawa, tidak perlu menggunakan syarat jawa. Sejak dulu begitu," kata Sunari, warga desa dari Sumbang Timun Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.
Selain itu, nikah malem songo juga merupakan solusi bagi dua calon pengantin yang perhitungan wetonnya tidak cocok, seperti halnya hitungan temu Pathi. Saat malem songo, hitungan-hitungan Jawa tersebut lemah sebab kalah berkah dan maslahah.
Dikutip dari akun Instagram @kemenagbojonegoro, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Se-Bojonegoro per tanggal 18 Maret 2025, ada sebanyak 487 pasangan calon pengantin terdaftar dan akan melangsungkan akad nikah di malem songo.
Kecamatan Sumberejo menjadi kecamatan dengan jumlah calon pengantin terbanyak yaitu 61 pasang. Hal ini disusul Kecamatan Baureno dengan jumlah 58 pasang. Namun ada pula beberapa daerah atau kecamatan yang tidak ada calon pengantin sama sekali, yaitu Ngambon, Sekar, Gondang, Kedewan, dan Margomulyo.
Baca Juga
Lima Rukun Nikah dan Penjelasannya
Setiap tahunnya, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bojonegoro telah menyiapkan penghulu di tiap-tiap kecamatan, sehingga dipastikan tidak ada kendala. Sementara pelaksanaan pernikahan dimulai sejak pukul 15.00 WIB atau bakda Ashar dan terkadang antrian baru selesai hingga dini hari.
Nikah malem songo telah menjadi tradisi yang telah turun temurun dan hingga saat ini belum diketahui sejak kapan dimulainya. Selain Bojonegoro, tradisi nikah malem songo juga menjadi tradisi di kabupaten lain di Jawa Timur, seperti Tuban hingga Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan.
Terpopuler
1
Bacaan Takbiran Idul Fitri Arab, Latin, dan Artinya
2
Begini Tata Cara Pelaksanaan Shalat Idul Fitri
3
Lembaga Falakiyah PBNU Dorong Pelaksanaan Rukyatul Hilal Awal Syawal 1446 H
4
Khutbah Idul Fitri 1446 H Bahasa Sunda: Takwa sareng Akhlak Mulya Janten Atikan Ramadhan
5
3 Amalan Sunnah Sebelum Berangkat Shalat Idul Fitri
6
Khutbah Idul Fitri Bahasa Arab 2025: Menyambut Kemenangan dengan Kebahagiaan dan Syukur
Terkini
Lihat Semua