Ketua GP Ansor Cabang Solo yang pertama, Moh. Saleh Anwar. (Foto: buku Risalah Kenang-kenangan Ulang Tahun ke-V Gerakan Pemuda dan Kepanduan Ansor, 1951)
Ajie Najmuddin
Kontributor
NU diakitifeer; para pemuda Ansor NU bergabung ke dalam Hizbullah dan Sabilillah. Para ulama sepuh juga tak mau ketinggalan, mereka membentuk Barisan Kiai. Sementara para ibu, yang tergabung dalam Muslimat ikut turun ke gelanggang perjuangan dengan berjuang di garis belakang sebagai petugas dapur umum, palang merah, mengumpulkan pakaian, memberi penerangan dan menghidupkan semangat perjuangan.
Usaha perjuangan tersebut tidak sia-sia, pada tahun 1949, setelah melalui beberapa proses perundingan dan perjuangan fisik, Republik Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan secara utuh dan menyeluruh, dari dunia internasional.
Di penghujung tahun 1949, sejumlah pemuda pejuang kemerdekaan di Kota Solo, mengadakan pertemuan. Seperti yang diungkapkan Moh. Saleh Anwar pada buku Risalah Kenang-kenangan Ulang Tahun ke-V Gerakan Pemuda dan Kepanduan Ansor (1954):
“Tepat pada tg. 2 Des. 1949 di kala Kota Solo sedang mengalami tiupan angin taufannja api Revolusi jang mengamuk membakar sukma djaja djiwanja segenap pemuda Indonesia untuk mempertahankan tanah airnja jang ditjintai dari tjengkeraman kuku pendjadjahan Colonialisme Belanda jang ke II di Indonesia. Di antara pemuda2 itu terdapatlah beberapa pemuda2 Ahlus Sunnah wal djama’ah jang ikut pula berketjimpung dalam kantjah Revolusi itu ... “
Hasil pertemuan para pemuda pejuang tersebut kemudian melahirkan gagasan pendirian Gerakan Pemuda (GP) Ansor di Kota Solo, sebagaimana yang dikatakan Saleh: “Pada hari tersebut, adalah hari jang bersedjarah bagi GP/Pandu Ansor Solo, hari jang keramat, hari mula berkibarnja bendera Ansor melambai-lambai dengan megahnja di udara Kota Bengawan.”
Adapun susunan pengurus pertama GP Ansor Cabang Solo yakni Moh. Saleh Anwar (Ketua Umum), Umar Ahmad (Wakil Ketua), Husni Minwari (Sekretaris), dan I.N. Josotaruno (Penasehat).
Ditambahkan Saleh, pada perkembangannya, kehadiran GP Ansor Cabang Solo ini kemudian memantik semangat para pemuda di sekitar Solo, yang akhirnya juga turut berkembang pesat dan bahkan anggotanya mencapai 5.000 orang. Sebagaimana yang ia sampaikan :
“ ... bahwa GP/ Pandu Ansor dari minggu ke bulan, dari bulan ke tahun berdirilah Ansor di sana-sini, berkembanglah Ansor dari kota2 desa2 dan pelosok2 hingga di mana2 tempat. Sehingga perkembangannja jang bertubi-tubi: a.l. perkembangan di Kabupaten Bojolali, Kab. Klaten, Kab. Sragen, dan baru2 ini di Kab. Wonogiri. Adapun anggauta keluarga GP/ Pandu Ansor di daerah Surakarta telah mentjapai l.k. 5 ribuan jang telah beruniform. Demikian pula telah tertulis dalam buku besar perkembangan Ansor di lain daerah, Tjab. Solo memberikan djasa keuletannja untuk membinanja. Sehingga pusat pun merasakan pula sumbangan dari Kota Bengawan sehingga terbentuknja PP GP/ Pandu Ansor jang berpusat di Surabaja di waktu itu pada tg. 14 Desember 1949."
Tanggal 14 Desember 1949 ini pula yang sempat dijadikan sebagai tanggal Hari Lahir GP Ansor, dan Kota Surabaya ditetapkan sebagai tempat berdirinya. Pada tanggal tersebut Ansoru Nahdlatil Oelama (ANO) dari berbagai daerah, melakukan pertemuan serta konsolidasi di Surabaya.
Pertemuan yang diadakan di Gedung PB ANO di Bubutan VI/2 Surabaya ini dirasa penting, untuk membahas perkembangan organisasi yang sempat vakum sejak masa kependudukan Jepang ini.Dalam pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Kongres I GP Ansor ini disepakati untuk menghidupkan kembali wadah pemuda NU, yakni “Membentuk organisasi pemuda Ahlussunnah wal Jamaah dengan nama Gerakan Pemuda (GP) Ansor”.
Namun, pada perkembangannya persoalan Hari Lahir (Harlah) serta tempat berdirinya GP Ansor dikembalikan lagi, berdasar pada sejarah awal mula terbentuknya Pemuda NU dan Ansor NU, pada Kongres NU ke-IX di Banyuwangi. Hal ini bahkan ditegaskan dalam Peraturan Dasar GP Ansor pasal I ayat 1 (yang berlaku hingga saat ini) yang berbunyi: “Organisasi ini pada awalnya bernama Gerakan Pemuda Ansor, disingkat GP Ansor, sebagai kelanjutan dari Ansoru Nahdlatil Oelama (ANO)... didirikan pada 10 Muharram 1353 H atau bertepatan dengan 24 April 1934 di Banyuwangi Jawa Timur...”
Sumber:
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua