Mengikuti Kongres Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah sebuah kebanggan bagi setiap kadernya. Cerita yang terukir dari forum tertinggi IPNU tersebut akan melekat bagi para kader IPNU, termasuk KH Ilyas Ruhiat, Rais Aam PBNU 1994-1999
Kiai Ilyas merupakan pendiri dan ketua IPNU Tasikmalaya pertama. Keterlibatannya di IPNU tak lepas dari perintah sang ayah, Ajengan Ruhiat, yang ketika itu menjabat sebagai Rais Syuriyah Partai NU Tasikmalaya.
Kiai Ilyas yang dikenal ajengan santun ini merintis IPNU Tasikmalaya tahun 1954. Bahkan menurut Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid, pada sambutannya ketika pelantikan PC IPNU Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2017, menyatakan IPNU Tasikmalaya di bawah kepemimpinan Ajengan Ilyas merupakan cabang ketujuh pendiriannya dari sekian ratus cabang saat ini.
Pada masa pendirian IPNU Tasikmalaya, salah satu kegiatan utama yang harus dihadapi yaitu ikut menyukseskan Muktamar I IPNU di Malang 28- 5 Maret 1955 dan diputuskan nama Ilyas Ruhiat yang akan mewakili IPNU Tasikmalaya.
Keberangkatannya sebagai utusan untuk mengikuti muktamar (sekarang kongres) pertama itu pun secara tidak langsung membuat nama Ilyas Ruhiat dikenal kaum Nahdliyin di seputar Tasikmalaya.
Seperti halnya sekarang, perjuangan mengikuti forum tertinggi itu pasti memerlukan bekal, begitupun Kiai Ilyas. Untuk membiayai pemberangkatannya, NU Tasikmalaya pun menyebarkan edaran ke berbagai kantong NU, yaitu majelis-majelis taklim di Tasikmalaya untuk mengumumkan pemberangkatan Ilyas Ruhiat sebagai utusan IPNU Tasikmalaya.
Pengumuman itu dibarengi dengan kencleng (kotak kayu untuk menampung sumbangan dari jamaah) dan menyisir seluruh jamaah yang memadati setiap majelis taklim tak terkecuali majelis taklim asuhan Ajengan Mapruh Rancapaku.
Di Rancapku, putri Ajengan Mapruh bernama Dedeh Fuadah (di kemudian hari akan menjadi istri Ajengan Ilyas, 1956) ikut menyumbang. Tanpa ragu ia masukan tabungan dari uang jajannya ke dalam kencleng.
Kencleng iuran warga Nahdliyin itu akhirnya mengantarkan sang ajengan mengikuti forum tertinggi IPNU yang pertama di malam.
Dengan keterlibatannya di IPNU ia menjalin hubungan luas dengan berbagai aktivis IPNU di berbagai daerah dan kemudian mengenal Pendiri IPNU KH Tolchah Mansoer dan sangat dekat dengan Najib Abdul Wahab (putra KH Abdul Wahab Hasbulloh) .
Jajaran pengurus PP IPNU di antaranya Tolchah Mansur, Najib Abdul Wahab dan Umroh Mahfudzoh sempat mengunjunginya di Cipasung dan melakukan rekreasi ke Tangkuban Parahu, Bandung.
Muktamar Pertama ini diikuti 30 cabang dan pesantren ini menjadi saksi sejarah berdirinya IPPNU 2 Maret 1955 dan proses perjalanan organisasi masih memfokuskan diri pada penataan dan pengembangan organisasi sekaligus bersinergi dengan IPPNU.
Selama kiprahnya di IPNU Ajengan Ilyas mengikuti kongres tiga kali yaitu, Muktamar II Pekalongan 1957 dan Muktamar III Cirebon 1958.
Pada saat artikel ini ditulis Tahun 2018 akan dilaksanakan Kongres IPNU XIX di Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, semoga bisa menghasilkan keputusan yang terbaik dan membawa kemaslahatan bagi Pelajar NU dan Sampai berjumpa di arena kongres. (Husni Mubarok)
Sumber:
Iip D Yahya, Ajengan Cipasung Biografi KH Ilyas Ruhiat (Yogyakarta, LkiS), 2006.
Prinsip Perjuangan IPNU