Aborsi Jadi Salah Satu Isu Penentu di Pemilu AS 2024
Rabu, 6 November 2024 | 08:30 WIB
Amien Nurhakim
Penulis
Chicago, NU Online
Pemilih di Amerika Serikat dihadapkan pada sejumlah pemungutan suara terkait hak aborsi pada pemilu 2024, terutama di negara bagian Arizona, Florida, Missouri, dan beberapa negara bagian lainnya.
Menurut laporan dari CNN, pemungutan suara di Arizona berpotensi menjadi titik balik. Pasalnya, inisiatif yang diajukan akan memasukkan hak aborsi hingga 24 minggu ke dalam konstitusi negara bagian, dan kemudian mengembalikan standar sebelum putusan Roe v. Wade dibatalkan oleh Mahkamah Agung pada 2022.
Roe dalam konteks aborsi di Amerika Serikat mengacu pada kasus Mahkamah Agung Roe v. Wade. Keputusan kasus ini, yang diambil pada tahun 1973, memberikan hak konstitusional bagi perempuan di AS untuk melakukan aborsi, dengan menetapkan bahwa hak atas privasi mencakup keputusan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan ini melarang negara bagian memberlakukan larangan aborsi selama trimester pertama kehamilan dan memberikan batasan tertentu pada trimester berikutnya.
Namun, pada tahun 2022, Mahkamah Agung AS membatalkan putusan Roe v. Wade melalui kasus Dobbs v. Jackson Women’s Health Organization. Pembatalan ini menghilangkan perlindungan hak aborsi secara nasional dan mengembalikan wewenang kepada masing-masing negara bagian untuk menentukan kebijakan aborsi mereka sendiri.
Baca Juga
Hukum Aborsi dalam Islam
Elizabeth Schulze dari ABC News melaporkan dari Maricopa County, daerah kunci yang menyumbang 60 persen suara di Arizona, bahwa para pemilih menunjukkan dukungan bipartisan terhadap hak aborsi. “Aborsi telah menjadi isu utama dalam pemilu sebelumnya... posisi hak aborsi selalu menang,” kata Schulze sebagaimana dilansir ABC News.
Di tingkat nasional, perbedaan sikap terkait aborsi juga terlihat jelas antara kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dan kandidat Partai Republik, Donald Trump. Rachel Rebouché, seorang peneliti hukum kesehatan reproduksi, mencatat dalam artikelnya di the Conversation bahwa Harris secara konsisten mendukung hak aborsi sejak menjadi Wakil Presiden, bahkan berjanji akan mendorong undang-undang federal yang melindungi hak reproduksi ini.
Rekam jejak Harris dalam kasus aborsi di antaranya ialah, sebagai Jaksa Agung California ia mensponsori Reproductive FACT Act untuk memastikan pusat kehamilan krisis menginformasikan pasien bahwa mereka bukan fasilitas medis berlisensi dan bahwa layanan aborsi tersedia di tempat lain.
Selama menjadi senator AS, ia menentang RUU anti-aborsi yang memberi hak kepribadian pada janin, dan mendukung RUU pro-aborsi, seperti Women’s Health Protection Act, meskipun tidak berhasil lolos.
Sebagai Wakil Presiden, ia mendukung langkah-langkah eksekutif yang mengurangi hambatan akses aborsi, termasuk pencabutan aturan yang melarang pengiriman obat aborsi.
Sejak pembatalan Roe v. Wade, Harris memimpin kampanye "Fight for Reproductive Freedoms." Ia menyoroti dampak larangan aborsi di 14 negara bagian, di mana aborsi dilarang sepenuhnya atau dibatasi setelah enam minggu kehamilan.
Sementara itu, selama masa kepresidenannya, Trump secara konsisten mendukung kebijakan anti-aborsi. Ia mengangkat tiga hakim Mahkamah Agung yang mendukung pembatalan Roe v. Wade dalam kasus Dobbs v. Jackson Women’s Health Organization pada 2022, serta 226 hakim pro-life ke pengadilan federal.
Sebagaimana dilansir dari the Conversation, Trump memprioritaskan pemotongan dana untuk klinik Planned Parenthood dan mendukung kebijakan yang membatasi cakupan aborsi dalam asuransi kesehatan. Selain itu, ia menunjuk pejabat anti-aborsi dalam pemerintahannya dan mendefinisikan kehidupan sejak konsepsi, serta mendukung dana untuk pusat bantuan kehamilan darurat dan program abstinence-only education.
Sebagaimana dilansir dari AP News, setelah memberikan suara di Palm Beach, Florida, pada hari Selasa (5/11/2024), Trump dua kali ditanya bagaimana ia memilih terkait langkah aborsi di sana — dan tidak menjawab secara langsung.
Pertama kali, ia mengatakan bahwa ia melakukan "pekerjaan luar biasa dengan mengembalikannya ke negara bagian." Pada kesempatan kedua, ia membentak seorang reporter dengan berkata, "Anda sebaiknya berhenti membicarakan itu.".
Dalam pernyataannya di The Conversation, Rachel Rebouché menyoroti bahwa rekam jejak Harris dan Trump dalam kebijakan aborsi benar-benar bertolak belakang. “Harris vokal dalam mendukung hak aborsi, bahkan mendukung undang-undang federal yang melindungi hak ini,” tulis Rebouché.
Di sisi lain, Trump secara konsisten mendukung kebijakan yang mempersempit akses aborsi, termasuk dengan mencabut dana federal untuk organisasi yang menyediakan layanan aborsi.
Keputusan pemilih di negara-negara bagian seperti Arizona dan Florida pada pemilu kali ini dapat memberikan sinyal kuat tentang arah kebijakan aborsi di AS ke depannya, terutama jika pemilih di negara bagian yang sebelumnya memenangkan Trump justru mendukung hak aborsi. Schulze, sebagaimana dilansir ABC News, menyebut kemungkinan pemilih di Arizona mendukung hak aborsi sembari mempertimbangkan kandidat dari Partai Republik.
Terpopuler
1
Sejumlah Nasihat dan Suluk dari Almaghfurlah KH Zubaidi Muslich Jombang
2
LBH GP Ansor DIY Temukan Fakta Baru Kasus Penusukan Santri Krapyak
3
Perkuat Jaringan, PBNU Luncurkan Institute for Humanitarian Islam
4
Kutukan Sunan Amangkurat
5
KH Anwar Iskandar dan Gus Yahya Hadiri Deklarasi Gerakan Solidaritas Nasional
6
LTN PBNU Luncurkan Kitab Taysirul Wushul Karya KH Afifuddin Muhajir
Terkini
Lihat Semua