Internasional

Astagfirullah! Pihak Asing Menggaji Pemberontak Suriah

Selasa, 23 Oktober 2012 | 03:52 WIB

Aleppo, NU Online
Setelah berbulan-bulan berperang tanpa dibayar, pemberontak Suriah di Aleppo akhirnya menerima gaji pertama, dibayar dengan uang setidak-tidaknya sebagian dari dana negara asing.
<>
Di daerah kota tua Aleppo, pemberontak menyebut nama mereka ke perwira Suriah pembelot Kolonel Abdul Salam Humaidi, yang mencari dalam daftar dari komandan pemberontak sebelum membayar 100 dolar Amerika Serikat.

Pemberontak itu membuat sidik jari dengan tinta di samping nama mereka untuk menunjukkan mereka sudah dibayar.

Saat mereka berkumpul, tembakan senapan terdengar dari tempat lain di kota tua itu, hanya satu dari banyak daerah di bekas ibukota niaga Suriah itu, yang menjadi medan laga pasukan Presiden Bashar Assad dengan pemberontak, yang ingin menggulingkan pemerintahnya.

"Dewan tentara revolusioner menyalurkan gaji bulanan untuk pejuang, terutama di garis depan," kata Humaidi kepada AFP.

Semua petempur sekarang dibayar 150 dolar Amerika Serikat per bulan, tapi bisa berubah pada masa depan, dengan gaji berbeda bagi yang sudah menikah dan yang di garis depan, katanya.

Humaidi menyatakan membelot dari tentara setelah 30 tahun bertugas, karena pemerintah korup dan sektarian. Ia kini pejabat keuangan untuk pemberontak Dewan Tentara Revolusioner.

Ia menolak mengatakan asal uang gaji tersebut, tapi komandan pemberontak di Aleppo kepada AFP menyatakan itu berasal dari bantuan asing dan pendukung lain, meskipun mereka berbeda negara.

"Dewan Tentara menyalurkkan gaji, dengan dukungan Qatar, 150 dolar seorang terdaftar untuk dua bulan," kata Haji Bab, komandan di Brigade Tawhid, dengan menambahkan bahwa yang tidak terdaftar tidak dibayar.

Ahmed Arur, komandan di brigade Saqur Sham, menyatakan bantuan asing dan pedagang digunakan untuk membayar gaji untuk Tentara Pembebasan.

Sheikh Mahmud Mujadami, komandan dari brigade Halab Shahbaa, menyatakan sumber uang termasuk Turki, negara Teluk, negara Islam, dan Perhimpunan Cendekiawan Muslim.

Untuk petempur melawan senjata berat pemerintah Assad dengan senjata ringan, yang mereka kadangkala kekurangan peluru, uang itu terlalu lama datang.

"Kami memperoleh gaji 150 dolar dan kami akan menggunakannya untuk uang saku dan keluarga, untuk rumah," kata Mohammed Nasser, yang bertempur enam bulan tanpa dibayar.

Ia menikah dan memiliki seorang putra, tapi keluarganya bertahan dengan bantuan saat di Turki. Sekarang, mereka kembali di Suriah.

Ahmed Shawaf menyatakan bertempur lima bulan tanpa gaji dan bahwa sementara itu tidak menyebabkan kesulitan keluarganya, "banyak kesulitan" bagi yang bekerja hanya satu, dan ia berhenti bekerja karena revolusi.

Ia menyatakan komandan batalion secara pribadi dapat memutuskan memberi bantuan kepada petempur.

Hussein Ristum membelot dari polisi sekitar tiga bulan lalu dan kehilangan gajinya. "Saya tergantung pada gaji untuk keluarga saya, tapi berkat Tuhan, di brigade Tawhid ini, kami tidak perlu apa-apa. Kami menerima segalanya," katanya.

Pasukan pemberontak membantu keluarganya saat ia bertugas tanpa dibayar. Ia menyatakan ada kesulitan, tapi berkat Tuhan, Tentara Pembebasan dan teman-teman memberi perumahan.


Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber   : Antara