Internasional

Darurat Medis di Palestina: Puluhan Rumah Sakit Tak Berfungsi dan Ratusan Nakes Terbunuh 

Kamis, 16 November 2023 | 23:30 WIB

Darurat Medis di Palestina: Puluhan Rumah Sakit Tak Berfungsi dan Ratusan Nakes Terbunuh 

Gambar yang diambil pada 12 November ini menunjukkan pengungsi Palestina yang mencari perlindungan di tenda-tenda di luar rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza. (Foto: Reuters)

Jakarta, NU Online

Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina terus memakan korban jiwa. Lebih dari 11.000 jiwa terbunuh oleh Israel dan korban luka-luka mencapai 29.200 orang.


Menurut laporan resmi pemerintah, sebanyak 4.650 korban meninggal merupakan anak-anak, sedangkan 3.145 lainnya adalah perempuan. Sementara itu, 3.600 orang dinyatakan hilang, termasuk 1.755 anak-anak. Ratusan tenaga profesional seperti tenaga medis, jurnalis, dan petugas keamanan sipil juga dilaporkan tewas.


Data terbaru dari Times of Gaza menunjukkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan sedikitnya 200 tenaga kesehatan (nakes) meninggal dunia, menghancurkan 55 ambulans, dan menyebabkan 25 rumah sakit tidak berfungsi. 


Kekejaman tersebut tidak hanya mencakup serangan terhadap fasilitas kesehatan, tetapi juga menargetkan warga Palestina secara langsung, dengan 700 korban jiwa yang tewas dalam berbagai serangan yang ditujukan kepada rumah sakit di Jalur Gaza.


Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa serangan militer Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa sama sekali tidak dibenarkan. Rumah sakit bukanlah medan pertempuran.


“Rumah sakit bukanlah medan pertempuran. Kami sangat khawatir dengan keselamatan staf dan pasien. Melindungi mereka adalah hal yang terpenting,” ungkap Tedro pada konferensi pers di Jenewa.


Ia menyatakan, WHO telah kehilangan kontak dengan petugas kesehatan di Rumah Sakit Al-Shifa. Baginya, fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, ambulans dan pasien harus dijaga dan dilindungi tidak hanya dari segala tindakan perang, tetapi juga selama perencanaan militer.


“Kalaupun fasilitas kesehatan digunakan untuk keperluan militer, prinsip pembedaan, kehati-hatian, dan proporsionalitas selalu berlaku,” ujarnya.


“Keselamatan pasien dan staf, serta integritas sistem pelayanan kesehatan di masyarakat luas, merupakan perhatian utama. Hukum humaniter internasional harus dihormati,” imbuhnya.


Tedros mengatakan bahwa dibutuhkan setidaknya 120.000 liter per hari untuk mengoperasikan generator rumah sakit, ambulans, pabrik desalinasi, pabrik pengolahan limbah, dan telekomunikasi.


Ia mencatat bahwa sebuah truk dengan 23.000 liter bahan bakar memasuki Gaza pada Rabu (15/11/2023) pagi, namun penggunaannya telah dibatasi oleh Israel untuk hanya mengangkut bantuan dari Rafah.


“Kami mungkin bisa menyalurkan bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah, tapi tanpa bahan bakar, kami tidak bisa menyalurkannya ke tempat tujuan,” tegasnya.


Tentara Israel mulai menggerebek Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, dengan 700 pasien dan ribuan pengungsi di dalamnya pada Rabu (15/11/2023). Israel mengakui tindakan tersebut.


Meskipun status Al-Shifa sebagai fasilitas umum, tetapi Israel tak peduli. Mereka tetap membombardir dengan serangan, sehingga membuat RS Al-Shifa kekurangan bahan bakar. Bahkan kekurangan pasokan medis karena blokade Israel telah membuat perawatan medis menjadi sulit.

 

Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, PBNU melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan via rekening BSI 7015 654 583 a/n PP LAZIS NU Non Zakat atau rekening BCA 0680 1926 77 a/n Yayasan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU. Bantuan juga dapat disalurkan melalui tautan https://nucare.id/program/pedulipalestina.