Internasional

Ki Ageng Ganjur Bawa Tembang Lir Ilir Bergema di Panggung Musik Dunia

NU Online  ·  Senin, 6 Oktober 2025 | 17:30 WIB

Ki Ageng Ganjur Bawa Tembang Lir Ilir Bergema di Panggung Musik Dunia

Grup musik asal Yogyakarta, Ki Ageng Ganjur, saat tampil membawakan tembang Jawa Lir Ilir dalam acara Asia Pasific Music Festival di Fujian, China, pada 4 Oktober 2025. (Foto: dok. Ki Ageng Ganjur)

Fujian, NU Online

Tembang Jawa Lir Ilir menggema di panggung musik dunia ketika kelompok musik Ki Ageng Ganjur (KAG) tampil dalam ajang Asia Pacific Music Festival (APMF) di Fujian, China, pada 4-6 Oktober 2025.


Kelompok musik kreatif-akulturatif asal Yogyakarta itu tampil pada hari pertama, sesi kedua, yakni Sabtu, 4 Oktober 2025, pukul 16.30-17.30 waktu setempat.


APMF merupakan festival musik internasional yang diselenggarakan oleh China International Communication Group (CICC) melalui *Center for Asia Pacific Culture, dengan dukungan pemerintah lokal Fujian.


Tahun ini, sebanyak 20 kelompok musik dari kawasan Asia Pasifik menjadi pengisi acara. Setiap hari, 6-7 grup tampil di panggung megah dan berkelas dunia.


Meski tidak diadakan setiap tahun, APMF selalu mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan penikmat musik internasional.


Penyelenggaraan festival bergantung pada keputusan panitia penyelenggara, dan tahun ini merupakan edisi ketiga yang kembali menarik perhatian publik luas.

Penampilan Ki Ageng Ganjur dibuka dengan komposisi Sound of Peace karya Dwiki Dharmawan, yang memadukan unsur gamelan dan musik Barat dengan nuansa Timur Tengah, Nusantara, dan Eropa. Komposisi ini menggambarkan dialog seimbang antara Timur dan Barat, antara tradisional dan modern. Semangat perdamaian yang terkandung di dalamnya menjadi alasan komposisi tersebut diberi judul Sound of Peace.


Ketika tembang Lir Ilir dibawakan, para penonton tampak terpukau dan larut mengikuti irama, meski tidak memahami liriknya. Puluhan ribu penonton yang memadati Mazu Meizhou Square larut dalam harmoni musik yang dimainkan Ki Ageng Ganjur.


Mereka terkesima oleh keunikan komposisi yang memadukan unsur jazz dan blues dengan gamelan Bali serta langgam Jawa. Selain Lir Ilir, Ki Ageng Ganjur juga membawakan sejumlah lagu daerah Indonesia dalam bentuk medley dengan aransemen yang variatif.


Suasana semakin meriah ketika Ki Ageng Ganjur membawakan lagu-lagu rock dunia yakni Wind of Change, Sweet Child o’ Mine, dan Heal the World dengan sentuhan etnik Nusantara. Komposisi unik ini memadukan gitar listrik, keyboard, dan saksofon dengan gamelan, angklung, serta suling bambu.


Penonton pun semakin antusias ketika kelompok musik ini membawakan dua lagu populer dari China yaitu Yue Liang Dai dan Tian Mi Mi. Kedua lagu tersebut diaransemen dengan sentuhan gamelan, suling, angklung, dan gendang khas Nusantara. Hampir seluruh penonton yang hadir di lapangan bergoyang dan bernyanyi bersama saat lagu itu dibawakan.


Selain sambutan meriah dari penonton, Ki Ageng Ganjur juga mendapat apresiasi tinggi dari panitia.


Liu, salah seorang supervisor acara, menyambut para musisi KAG dengan antusias begitu mereka turun panggung. Ia menyalami dan memeluk satu per satu anggota tim sambil terus mengucapkan terima kasih.


Wonderful and interesting perform. It’s beautiful and very impressive music (Pertunjukan yang luar biasa dan menarik. Musiknya indah dan sangat mengesankan),” kata Liu sambil terus menyalami para musisi Ganjur.


Tanggapan senada datang dari Tao, manajer promosi APMF tahun ini. Ia menilai penampilan Ki Ageng Ganjur memberi warna baru dalam festival. Menurutnya, kehadiran Ganjur menjadikan festival tahun ini lebih variatif berkat sentuhan etnik-tradisional yang kuat.


“Sentuhan nuansa etnik-tradisional yang dimasukkan dalam komposisi musik modern membuat warna musik menjadi semakin unik dan menarik,” jelas Tao.


Sementara itu, Li Pei Feng dari Cheng Ho Museum yang menjadi inisiator sekaligus sponsor keikutsertaan KAG di festival ini, mengaku puas dengan penampilan grup asal Yogyakarta tersebut.


Li menyebut, penampilan Ki Ageng Ganjur menjadi jembatan kebudayaan antara Indonesia dan China. Melalui festival ini, musik dan budaya Indonesia, khususnya Islam Nusantara, berhasil diperkenalkan kepada masyarakat dunia.


“Saya akan terus memperkenalkan Ganjur dan budaya Islam Nusantara (NU) kepada masyarakat China. Kami berharap Ki Ageng Ganjur dapat kembali ke China dan memperkenalkan budaya Islam Nusantara di sini,” kata Li kepada Ngatawi Al-Zastrouw, Ketua Tim Misi Kebudayaan Ki Ageng Ganjur ke China.

Zastrouw merasa bersyukur dan bangga atas sambutan luar biasa yang diterima dalam ajang internasional tersebut.


“Kami tidak mengira akan mendapat respon dan apresiasi sebesar ini saat kami membawakan lagu daerah Nusantara. Kami juga tidak mengira komposisi dengan sentuhan etnik-tradisional dapat menarik perhatian penonton di sini. Ini benar-benar surprise bagi kami,” kata Zastrouw.


Ia menilai, apresiasi masyarakat internasional terhadap tembang Lir Ilir dan lagu-lagu daerah Nusantara membuktikan bahwa musik tradisional mampu berdiri sejajar dengan karya-karya musik modern dunia.


“Hal ini juga membuktikan bahwa musik tradisional dapat diterima publik modern jika dikonstruksi dan diaktualisasikan secara kreatif serta inovatif,” ujarnya.


Zastrouw menegaskan, keberhasilan misi kebudayaan Ki Ageng Ganjur di China menjadi bukti bahwa musik etnik Nusantara mampu bergema di panggung internasional dan diterima masyarakat dunia.


“Saya bersyukur misi kebudayaan yang dibawa Ki Ageng Ganjur kali ini dapat terlaksana dengan sukses dan lancar. Saya juga merasa bangga musik etnik Nusantara dapat bergema di panggung internasional dan diterima masyarakat dunia,” kata Zastrouw.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang