Internasional

Krisis Sanitasi, Perempuan di Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi

Senin, 6 November 2023 | 08:03 WIB

Krisis Sanitasi, Perempuan di Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi

Salah satu kondisi miris anak-anak dan perempuan di Gaza, Ahad (5/11/2023) malam. (Foto: X/@Timesofgaza)

Jakarta, NU Online 

Situasi di Gaza semakin memburuk dan perjuangan paling menantang dihadapi oleh perempuan dan anak-anak. Banyak perempuan Palestina yang terpaksa meminum pil penunda menstruasi karena kondisi yang mendesak akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza.


Perempuan tidak mempunyai tempat yang aman untuk mencari perlindungan dan kondisi sanitasi semakin memburuk. Akibat kondisi yang buruk dan tidak higienis di Gaza saat ini, banyak perempuan yang beralih menggunakan pil untuk menunda siklus menstruasi.

 

Perempuan di Gaza menghadapi pengungsian dan kepadatan yang berlebihan, serta kurangnya akses terhadap air dan produk kebersihan menstruasi. 


Dalam situasi yang serba terbatas setelah perang Israel-Palestina meletus 7 Oktober 2023 lalu, perempuan di Gaza mulai menggunakan tablet norethisterone. Tablet yang biasanya diresepkan untuk kondisi seperti nyeri haid, perdarahan menstruasi berat, atau endometriosis.


Salma Khaled, misalnya. Perempuan berusia 41 asal Tel al-Hawa di Kota Gaza mengaku perang telah membawa dampak buruk pada siklus menstruasinya.


“Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini –yang sangat tidak teratur bagi saya dan mengalami pendarahan hebat,” tutur Salma dikutip dari Al Jazeera, Senin (6/11/2023).


Salma mengatakan, tidak tersedia cukup pembalut di beberapa toko dan apotek serta akses air bersih yang sulit telah membuat kebersihan rutin menjadi sebuah kemewahan, bahkan hal mustahil. Penggunaan kamar mandi harus dijatah dan mandi dibatasi beberapa hari sekali.


Tanpa sarana untuk mengatur menstruasi seperti biasanya, Salma terpaksa untuk menelan pil penunda menstruasi.


“Saya meminta putri saya pergi ke apotek dan membeli pil penunda menstruasi. Mungkin perang ini akan segera berakhir dan saya tidak perlu menggunakannya lebih dari sekali,” terangnya. 


LAZISNU PBNU kirim bantuan ke Palestina

Manager Fundraising dan Program Lembaga Amil, Zakat Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LAZISNU PBNU) Anik Rifqoh mengatakan bahwa pihaknya mengirimkan bantuan ke rakyat Palestina dalam beberapa tahap. 


Setelah tahap pertama dilakukan pada Sabtu (4/11/2023) dengan mengirimkan bantuan 1 ton selimut musim dingin, LAZISNU PBNU dalam waktu dekat ini juga akan melakukan pengiriman bantuan tahap selanjutnya. 


Pada tahap berikutnya, Anik mengatakan bahwa LAZISNU PBNU akan bekerja sama dengan mitra terpercaya yang berbasis di Yerusalem, yakni Althouri Women Center (AWC). AWC merupakan sebuah organisasi sosial yang berfokus pada penanganan perempuan dan anak-anak korban konflik. 


Selain mengirimkan bantuan berupa obat-obatan, bahan pangan, alat bantu difabel, air minum dan air bersih, pihaknya juga akan menyalurkan bantuan berupa pengadaan pembalut menstruasi. 


“Yang penting sekarang juga bantuan pembalut wanita. Karena sedihnya, perempuan di sana sampai minum pil pencegah menstruasi untuk mereka tidak menstruasi karena tidak ada pembalut, supaya mereka tidak menstruasi. Satu fokus yang kita titip ke AWC adalah kita titip penyediaan pembalut,” kata dia. 


Adapun bantuan dana donasi yang disalurkan melalui AWC total Rp700 juta. Pada tahap pertama, bantuan yang disalurkan senilai Rp400 juta atau USD 25.430, yang kemudian disalurkan dalam bentuk bantuan berupa 17.000 liter air minum, 1.000 paket makanan siap santap, ribuan paket bahan makanan pokok, ratusan paket obat-obatan, dan kebutuhan pribadi bagi anak-anak, perempuan, juga lansia.


PBNU melalui NU Care-LAZISNU juga mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan bagi warga Palestina. Untuk memudahkan masyarakat, LAZISNU membuat laman penggalangan Donasi Palestina 2023 melalui tautan: nucare.id/program/pedulipalestina.