Internasional

Turki Pertanyakan Peta Israel di Sidang PBB

Rabu, 25 September 2019 | 17:00 WIB

Turki Pertanyakan Peta Israel di Sidang PBB

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berpidato di Sidang Umum PBB di New York, Selasa (24/9). (Foto: Reuters/Carlo Allegri)

New York, NU Online
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan tanah Israel ketika berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (24/9). Dia menuturkan, negara Israel telah mengambil tanah Palestina.
 
"Di mana perbatasan Negara Israel? Apakah itu perbatasan 1947, perbatasan 1967, atau ada perbatasan lain yang perlu kita ketahui?" kata Erdogan, merespons rencana PM Israel Benyamin Netanyahu yang akan memperluas wilayahnya ke permukiman Tepi Barat, seperti diberitakan Jerusalem Post, Rabu (25/9).
 
Pada kesempatan itu, Erdogan membawa empat peta wilayah Palestina yang dicaplok Israel dari tahun ke tahun. Dalam peta tersebut, wilayah Israel berwarna putih dan wilayah Palestina hijau. Pada 1947, kawasan dalam peta yang dibawa Erdogan tersebut berwarna hijau, menandakan bahwa wilayah tersebut adalah Palestina. Namun kini, wilayah tersebut dominan berubah menjadi putih.  
 
Erdogan menyebut, negara Israel hampir tidak ada pada tahun 1947. Namun kemudian Israel merebut dan menduduki tanah-tanah Palestina hingga hari ini. "Israel, yang hampir tidak ada pada tahun 1947, sampai hari ini terus merebut tanah Palestina dengan tujuan menghilangkan negara dan Kesepakatan Abad akan mendukung ambisi teritorial itu," jelasnya.
 
Seperti diketahui, pada 1947 Liga Bangsa-Bangsa (LBB) menyetujui pembagian tanah Palestina sesuai mandate Inggris menjadi dua negara; negara Yahudi dan negara Arab. Setahun berselang, negara Yahudi—Israel-memproklamasikan kemerdekaannya. Sejak saat itu, Israel terus menerus mencaplok wilayah-wilayah Palestina. 
 
Pada kesempatan itu, dia juga menentang kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mengakui Dataran Gholan sebagai bagian dari wilayah Israel pada 1981.
 
"Bagaimana bisa Dataran Tinggi Golan dan pemukiman Tepi Barat direbut seperti wilayah Palestina yang diduduki lainnya di depan mata dunia?" tanyanya.
 
Dia mengutuk ‘Kesepakatan Abad ini’, solusi untuk menghentikan konflik Israel-Palestina usulan Presiden AS Donald Trump yang sebetulnya belum dirilis. Ia mempertanyakan, apakah solusi yang diusung Trump tersebut untuk menghilangkan negara dan rakyat Palestina. Menurutnya, solusi dua negara adalah rencana yang tepat untuk mengentikan konflik Israel-Palestina. 
 
"Setiap rencana perdamaian lain selain ini (solusi dua negara) tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menjadi adil, dan itu tidak akan pernah dilaksanakan," sebutnya, merujuk ‘Kesepakatan Abad Ini’ yang diusulkan Trump. 
 
Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan